Tokoh Pariwisata Indonesia I Gede Ardika Tutup Usia
Gede mulai menggeluti dunia pariwisata sejak menjadi mahasiswa Akademi Pariwisata Nasional angkatan kedua. Gagasannya terkait konsep wisata desa menggema dalam Sidang Umum UNWTO di Santiago, Chile (1999).
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Menteri Kebudayaan dan Pariwisata periode 2000-2004, I Gede Ardika, tutup usia di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (20/2/2021), di usia 76 tahun. Tokoh kelahiran Singaraja, Bali, 15 Februari 1945, ini turut berperan mengembangkan pendidikan pariwisata di Tanah Air.
Kepala Unit Pusat Komunikasi Publik STPB (Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung) Florence Siegers menuturkan, I Gede Ardika meninggal dunia di Rumah Sakit Santo Borromeus pukul 07.46 WIB. Namun, ia belum mendapatkan informasi dari pihak keluarga terkait penyakit yang diderita.
”Kami baru mendapatkan informasi tadi pagi. Terkait penyakit yang diderita, kami belum bisa berkomentar karena belum ada rilis resmi dari keluarga. Terkait pemakaman atau kremasi juga belum ada informasi selanjutnya,” ujarnya saat dihubungi di Bandung.
Sebelum menjabat menteri, kata Florence, Gede menjejaki dunia pariwisata sejak masuk Akademi Pariwisata Nasional sebagai siswa angkatan kedua. Sekolah ini merupakan cikal bakal STPB dan menjadi salah satu acuan pendidikan pariwisata di Indonesia.
Lulus pada 1967, Gede pun direkrut sebagai dosen di perguruan tinggi bidang perhotelan pertama di Indonesia tersebut. Florence memaparkan, selama berkarier di sekolah kedinasan tersebut, Gede sempat dipercaya menjadi perwakilan Indonesia bersama Swiss dalam merancang pendidikan perhotelan.
”Beliau adalah alumnus dari angkatan kedua, kalau tidak salah tahun 1964. Setelah itu masuk sebagai staf pengajar. Beliau juga ikut merancang sistem pendidikan perhotelan dalam program bersama Swiss tersebut,” ujarnya.
APN pun berubah menjadi Pusat Pendidikan Perhotelan (National Hotel Institute/NHI) dengan sistem pendidikan program diploma I, II, dan III pada tahun 1973. Gede juga dipercaya menjabat sebagai Direktur NHI periode 1976-1978.
Kariernya tidak berhenti sampai di sekolah ini saja. Sebagai pegawai negeri, Gede tidak luput dari mutasi. Ia sempat menjadi Kepala Kantor Wilayah Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Bali periode 1991-1993.
Gede mengakhiri jabatan karier pegawai negerinya sebagai Wakil Kepala Badan Pengembangan Pariwisata dan Kesenian pada tahun 2000. Setelah itu, ia dipercaya Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Kebudayaan pada tahun yang sama.
”Almarhum menapaki jenjang karier dengan konsisten hingga bisa menjadi menteri di bidang yang beliau tekuni. Hal ini menjadi panutan dan contoh bagi kami. Apalagi, selama menjadi menteri, beliau menekankan kepada jajarannya untuk memberdayakan para siswa studi pariwisata. Mereka dianggap memiliki kompetensi tinggi dan mampu meningkatkan kualitas pariwisata Indonesia,” tuturnya.
Kepala Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Agustini Rahayu memaparkan, Gede menjadi menteri di dua kabinet kepresidenan.
Gede ditunjuk menjadi Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata Kabinet Persatuan Nasional di bawah Presiden Abdurrahman Wahid (2000-2001). Saat kepemimpinan berganti ke Presiden Megawati Soekarnoputri, almarhum juga ditunjuk menempati pos yang sama dalam Kabinet Gotong Royong (2001-2004).
Sekretaris Kemenparekraf Ni Wayan Giri Adnyani menuturkan, selama bertugas sebagai menteri, Gede bekerja keras untuk mewujudkan bangkitnya kembali dunia pariwisata di Tanah Air. Bahkan, ia menggagas konsep wisata desa yang dipresentasikan pada Sidang Umum UNWTO di Santiago, Chile (1999), saat pengesahan Kode Etik Pariwisata Dunia.
”Selamat jalan Bapak I Gede Ardika, dumogi polih genah sane becik, dumogi amor ing acintya (Semoga mendapatkan tempat terbaik, menyatu dengan Tuhan),” dalam rilis yang beredar.