Selamat Jalan Prie GS, Penulis, Budayawan, dan Motivator Bangsa
Prie selalu memandang kesulitan sebagai kemudahan, kerumitan sebagai kesederhanaan, dan segala hal pelik menjadi demikian sederhana. Prie, yang meninggal di Semarang, Jumat (12/2/2021), juga sosok penyemangat bangsa.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·5 menit baca
Kabar duka menyelimuti dunia seni dan budaya Jawa Tengah. Salah satu budayawan, sekaligus kartunis, penyair, dan penulis asal Jawa Tengah, Prie GS (56), tutup usia di Kota Semarang, Jumat (12/2/2021) pagi. Semasa hidup, Prie GS dikenal sebagai sosok humoris dan kerap membuat sesuatu yang rumit menjadi sederhana. Ia pun dikenal sebagai motivator.
Prie, yang memiliki nama asli Supriyanto GS, lahir di Kabupaten Kendal, 3 Februari 1964, meninggalkan istri dan dua anak. Ia meninggal pada Jumat pagi akibat serangan jantung.
Prie mengawali karier sebagai wartawan harian umum Suara Merdeka. Ia juga dikenal sebagai kartunis. Sederet karyanya, seperti puisi, cerpen, kolom, dan kartun, banyak terbit di media massa. Selain itu, ia juga dikenal sebagai pembicara di berbagai seminar. Ia juga menerbitkan sejumlah buku, salah satunya Ipung, Novel Motivasi Pembangkit Kepercayaan Diri (2008).
Atas berbagai kemampuannya tersebut, Prie GS dianggap teladan dalam banyak hal. Tidak hanya bagaimana menulis secara mengalir, tetapi juga menyapa pembaca dari segala golongan. Ucapan-ucapannya juga mampu memotivasi banyak orang.
”Dia betul-betul motivator Indonesia. Dia selalu memandang kesulitan sebagai sebuah kemudahan, kerumitan sebagai kesederhanaan, dan segala hal pelik menjadi demikian sederhana. Apabila orang memandang laut dari ombaknya, dia selalu mengajak menyelam bersama,” kata dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni Unnes, Sucipto Hadi Purnomo, yang mengenal Prie sejak pertengahan 1990-an, Jumat.
Setiap persoalan-persoalan aktual yang dihadapi bangsa tak pernah luput dari perhatian Prie. Hal tersebut juga disampaikannya melalui berbagai medium, baik ceramah-ceramah maupun media sosial seperti Twitter, Facebook, bahkan lewat kanal Youtube.
Prie GS dianggap teladan dalam banyak hal. Tidak hanya bagaimana menulis secara mengalir, tetapi juga menyapa pembaca dari segala golongan.
Lewat karya-karyanya, Prie juga merefleksikan berbagai persoalan yang ada dalam keseharian sehari-hari. ”Selain itu, jalan yang ia gunakan ialah meledek diri sendiri, bukan orang lain. Namun, membuat orang lain menjadi ikut merasa,” kata Hadi.
Beberapa isu terakhir yang mendapat sorotan Prie, kata Hadi, yakni saat ramai perbincangan tentang sekolah unggulan. Dalam pandangannya, yang direfleksikan melalui karya, Prie menilai hal tersebut menjadi ajang pamer dan adu gengsi orangtua. Hal tersebut seakan melupakan hakikat sesungguhnya bahwa pendidikan itu untuk anak.
Sementara itu, sebagai pribadi, Hadi menilai Prie sebagai sosok yang rendah hati. ”Tak mengherankan kalau berbagai unggahannya di media sosial membangun kedekatan dengan siapa pun,” lanjut Hadi.
Seniman asal Semarang, yang juga pengasuh Sanggar Tari Greget, Yoyok B Priyambodo, menilai Prie sebagai sosok sederhana dan menyenangkan. ”Beliau sangat bersahaja dan bersahabat dengan siapa pun. Beliau tidak pernah marah dan selalu tertawa,” katanya.
Ia menambahkan, saat mengerjakan sesuatu, Prie melakukannya dengan senang hati. Namun, di sisi lain, almarhum juga dikenang sebagai sosok yang blak-blakan ketika mengungkap kebijakan pemerintah yang dinilai kurang tepat. Salah satu yang disorotinya ialah terkait korupsi.
Sosok cerdas
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menilai Prie sebagai sosok cerdas dan budayawan yang kritis dengan menyampaikan kondisi riil. ”(Misalnya) menunjukkan bagaimana kanal banjir yang ada di Semarang waktu dibangun itu bagus, bersih, dan tiba-tiba ada orang lagi buang air besar difoto oleh dia. Masyarakat Jateng, Indonesia, kehilangan seorang Prie GS,” kata Ganjar.
Ganjar juga memiliki beberapa kenangan menarik dengan Prie, salah satunya saat keduanya saling melempar canda. ”Beberapa kali kami gojekanngeledek saya. Saya masih ingat (Prie bilang), ’Sampeyan itu ndak cocok jadi gubernur karena gaya sampeyan itu bukan gaya gubernur’. Itu kalimat yang menurut saya menarik,” ucap Ganjar saat melayat ke rumah duka.
Selain itu, Ganjar teringat momen saat dirinya berada dalam sebuah acara debat Pemilihan Kepala Daerah Jateng menjelang periode keduanya sebagai gubernur. Saat itu, kata Ganjar, Prie melemparkan pertanyaan tentang apa arti keluarga baginya.
”Kemudian saya lari dari panggung, saya ketemu istri, anak saya, saya cium karena dia lagi di kursi penonton dan saya tidak jawab apa-apa. Setelah debat itu, Mas Prie cerita, ’Ngertio aku rasido tekon, jawabanmu ki marakke teksek (tahu begitu aku tidak tanya, jawabanmu bikin enggak berkutik)”,” kenang Ganjar.
Kepala Bidang Kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Ade Bhakti Ariawan menuturkan, Kota Semarang benar-benar kehilangan sosok Prie GS yang memiliki ciri khas dalam menyampaikan sesuatu, termasuk dengan cara-cara humoris. Jika tidak mengenal betul atau memperhatikan dengan saksama, tak mudah memahami apa yang disampaikan Prie.
Catatan Kompas, Prie pernah menjadi meraih peringkat 3 Lomba Kartun Nasional yang diselenggarakan di Galeri Pasar Seni Ancol, Jakarta, 1-5 April 1993. Ketika itu, Prie menggambar bapak berdialog dengan anaknya. Dalam kartun tersebut, taring sang anak ternyata lebih besar daripada taring ayahnya. Prie mendapat hadiah Rp 500.000 dari lomba itu (Kompas, 6 April 1993).
Pada 2010, di pameran Kartun, Komik, dan Grafis di Gedung Suara Merdeka, kawasan Kota Lama, Semarang, Prie menilai para kartunis muda mesti memiliki totalitas dan konsistensi dalam berkarya, selain teknik yang mumpuni. Itu terkait pemberian Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) kepada empat kartunis kala itu.
Pada Oktober 2018, Prie tampil pada pergelaran teater rakyat bertajuk ”Misteri Sang Pangeran” di Taman Indonesia Kaya Semarang, yang baru saja diresmikan. Teater rakyat itu disutradarai Agus Noor dan dibintangi sejumlah nama beken, seperti Cak Lontong, Insan Nur Akbar, Butet Kartaredjasa, dan Sruti Respati. Saat itu, Prie berperan sebagai penasihat raja.
Selepas pentas, Prie GS juga menilai kehadiran Taman Indonesia Kaya sebagai ruang publik di Kota Semarang sebagai sesuatu yang positif. ”Begitu kota memiliki banyak taman, penduduknya panjang umur. Karena ada ruang publik, ada ruang untuk menyublimasikan sumbatan-sumbatan energi. Ini kabar baik,” ucap Prie kala itu.
Bagaimanapun, lontaran humor dengan gaya khas Prie akan dirindukan Jateng, juga Indonesia. Selama jalan, Mas Prie....