Sidoarjo dan Madiun Batasi Mobilitas Masyarakat Saat Libur Imlek
Pergerakan masyarakat yang tinggi menyambut libur panjang Imlek berpotensi meningkatkan risiko penularan Covid-19. Sejumlah daerah di Jatim, seperti Sidoarjo dan Madiun, memperketat pengawasan keluar masuk warga.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Mobilitas warga yang tinggi menjelang libur panjang Imlek berpotensi meningkatkan risiko penularan Covid-19. Oleh karena itu, sejumlah daerah di Jawa Timur, seperti Sidoarjo dan Madiun, memperketat pengawasan di sejumlah daerah perbatasan.
”Kini kami fokus meminimalkan potensi lonjakan kasus pascalibur Imlek. Berkaca pengalaman libur sebelumnya, terjadi lonjakan kasus tinggi yang disebabkan meningkatnya mobilitas masyarakat,” ujar Penjabat Bupati Sidoarjo Hudiyono, Rabu (10/2/2021).
Langkah strategis yang diambil adalah membatasi kegiatan masyarakat dengan menyekat sejumlah akses masuk Sidoarjo, mulai Jumat hingga Minggu (12-14/2/2021). Salah satunya adalah Jalan Raya Waru, akses masuk dari Surabaya. Selain itu, penyekatan dilakukan di sekitar Perumahan Pondok Tjandra yang berbatasan dengan Surabaya.
Jalan Raya Krian dan Jalan Raya Prambon yang merupakan akses masuk dari Mojokerto juga dibatasi. Ada juga Jalan Raya Porong yang menjadi akses masuk dari Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Malang.
Di lokasi penyekatan itu, warga luar kota yang hendak masuk ke Sidoarjo diwajibkan membawa surat keterangan negatif Covid-19 atau dalam kondisi sehat dari tempat asal. Mereka yang tidak bisa menunjukkan surat keterangan sehat akan menjalani uji usap antigen. Satgas Covid-19 Sidoarjo telah menyiapkan 1.000 alat uji usap antigen.
”Warga yang hasil uji usapnya positif akan langsung dibawa ke tempat karantina,” kata Hudiyono.
Pengetatan ini dilakukan karena Satgas Covid-19 Sidoarjo mengklaim penanganan pandemi mulai membaik. Indikasinya, penurunan kasus baru Covid-19 yang signifikan dalam dua pekan terakhir. Jika sebelumnya 50 kasus per hari, saat ini tercatat 20 kasus per hari.
Indikator lainnya adalah tingkat keterisian tempat tidur di 11 rumah sakit rujukan Covid-19. Sebelum pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat, tingkat keterisian tercatat 97 persen. Kini, angkanya sekitar 62 persen untuk ruang isolasi biasa dan 67 persen untuk ruang isolasi khusus.
Hudiyono mengatakan, hal ini buah kerja kolaboratif seluruh pihak. Hasil yang baik itu harus terus dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Tujuannya agar Sidoarjo yang saat ini berada di zona oranye segera bergeser ke zona kuning dalam peta risiko sebaran Covid-19.
Kebijakan pengetatan aktivitas masyarakat jelang libur Imlek juga diterapkan di Madiun. Kepala Polres Madiun Ajun Komisaris Besar Bagoes Wibisono mengatakan, seluruh pintu masuk akan diawasi sejak H-2 libur Imlek. Petugas gabungan dari kepolisian, TNI, dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Madiun dikerahkan mengawasi perbatasan.
”Warga luar daerah yang tidak mengantongi surat keterangan negatif hasil uji usap antigen atau uji usap dengan metode reaksi berantai polimerase akan diminta kembali ke daerah asal,” kata Bagoes.
Agar pengetatan mobilitas masyarakat selama libur panjang ini berhasil, Bagoes mengharapkan partisipasi kepala desa dan para perangkatnya hingga satuan terkecil, seperti RT. Mereka harus mengawasi aktivitas warga, terutama pendatang, dan melaporkannya kepada satgas Covid-19 setempat.
PPKM mikro
Sementara itu, Sidoarjo juga tengah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro sejak Selasa (9/2/2021) di tiga desa. Desa itu adalah Bluru Kidul dan Suko di Kecamatan Sidoarjo serta Desa Pepelegi di Kecamatan Waru. Namun, baru Bluru Kidul dan Pepelegi yang aktif. Desa Suko hingga kini masih menyiapkan implementasinya.
Kepala Desa Bluru Kidul Tri Prasetiyono mengatakan, PPKM mikro diterapkan karena jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 aktif di desanya cukup tinggi, 16 orang. Untuk menghadang laju sebaran, diterapkan sistem satu pintu. Aktivitas warga diawasi ketat. Pendatang atau tamu diharuskan melapor dan menunjukkan surat keterangan negatif Covid-19.
”Untuk memetakan sebaran penyakit secara riil dan melacak kontak erat, dilakukan pengetesan Covid-19 menggunakan alat uji usap antigen. Disediakan kuota 250 orang yang digelar selama dua hari,” ucap Tri.