Mendung Menggelayut di Pusara Covid-19 Fatukoa Kupang
Suara tangisan 40 pria dan wanita muda pecah ketika ambulans dari RS Leona Kupang diiringi bunyi sirene kematian memasuki tempat pemakaman jenazah Covid-19 di Fatukoa, Kelurahan Alak, Kota Kupang.
Suara tangisan 40 pria dan wanita muda itu pecah saat sebuah mobil ambulans dari RS Leona Kupang diiringi bunyi sirene kematian memasuki tempat pemakaman jenazah Covid-19 di Fatukoa, Kelurahan Alak, Kota Kupang.
Maria Lie (65) satu dari empat jenazah Covid-19 yang dimakamkan hari itu, yang diantar oleh puluhan karyawannya ke liang lahat. Lahan pemakaman berukuran 2.500 meter persegi itu pun tersisa 500 meter persegi.
Jenazah yang ada di dalam mobil ambulans itu adalah Maria Lie (64), pemilik swalayan ”Glory” Kota Kupang. Suaminya, Piet Lie (67), meninggal dunia pada Minggu (31/1/2021) juga akibat Covid-19, dan mereka dimakamkan berdampingan.
Agnes Lio (28), salah satu karyawan swalayan ”Glory”, di tempat pemakaman di Fatukoa, 40 km dari Kota Kupang, Minggu (7/2/2021), itu nyaris pingsan. Ia lalu dipapah temannya, Seni (24). Suara tangisan makin menjadi ketika belakang mobil ambulans bergerak mundur menghampiri liang lahat. ”Ma Aci, Ma Aci….,” teriak Agnes, karyawan yang sudah bekerja 10 tahun itu, sambil menangis histeris bersama sekitar 40 rekannya.
Baca juga: Tenaga Kesehatan Terpapar Covid-19, Tiga Puskesmas Ditutup di Kupang
Agnes menuturkan, terakhir kali melihat Maria Lie atau oleh karyawan setempat disapa Ma Aci, sekitar lima hari sebelum suaminya, Piet Lie meninggal. Saat itu Ma Aci masih sempat datang ke swalayan mengabari kepada semua karyawan bahwa Piet Lie sedang sakit di RS Leona.
Saat itu pula, kata Agnes, sekitar 50 karyawan mengikuti rapid test antigen, ada dua yang reaktif, meski setelah tes PCR negatif. Swalayan pun ditutup selama tiga hari untuk penyemprotan disinfektan. Kini, swalayan sudah buka kembali, tetapi karyawan dibagi tiga kelompok, masing-masing masuk tiga hari sekali, buka hanya lima jam per hari.
Berlangsung singkat
Pemakaman itu berlangsung begitu singkat. Tidak ada ritual doa pemakaman jenazah oleh tokoh agama. Juga tidak ada pesan penutup dari anggota keluarga. Begitu peti jenazah diturunkan dari mobil ambulans, langsung digotong masuk ke dalam liang lahat oleh tenaga kesehatan, yang mengenakan alat pelindung diri lengkap.
Lahan kosong di TPU Covid-19 sisa sekitar 500 meter persegi. Kalau kasus Covid-19 di Kota Kupang terus naik, tempat ini bakal penuh. Mungkin Mei 2021 ini sudah tidak muat lagi. Pemerintah harus menyediakan tempat baru. (Jean)
Suara tangisan makin menjadi ketika peti jenazah itu diturunkan perlahan ke dasar lubang. Kedalaman lubang itu sekitar 140 cm. Empat petugas masuk ke dalam lubang, sementara empat petugas lain memikul peti jenazah itu, kemudian menyerahkan kepada petugas yang sudah ada di dalam lubang. Peti jenazah itu tidak diturunkan menggunakan tali seperti peti jenazah pasien Covid-19 lainnya.
”Kedua suami istri itu sangat baik kepada semua orang. Kadang yang datang belanja warga tak mampu malah diberi beras, kue basah, minyak goreng, atau telur. Tidak setiap orang, tetapi dalam setiap pekan, ada 2-3 orang dibantu,” kata Agnes.
Baca juga: Lima Kabupaten di NTT Wajibkan Pelintas Batas Bawa Hasil Tes Antigen
Setiap hari raya keagamaan, semua karyawan mendapatkan tunjangan hari raya senilai satu kali gaji. Karyawan yang mengalami kesulitan keuangan mendadak selalu mendapatkan bantuan.
Sekitar 35 karyawan dari swalayan Glory Kupang hadir dalam pemakaman itu, dengan kendaraan masing-masing, setelah mendengar kabar bos perempuan meninggal di RS Leona. Mereka mengambil posisi berdiri sekitar 15 meter dari liang lahat.
Ketika peti jenazah diturunkan dari mobil ambulans, seorang anggota Satgas Covid-19 memberikan aba-aba agar semua pelayat mengambil posisi ke kiri dan kanan dari peti jenazah itu. Dengan ini arah angin dari peti jenazah itu, yang diduga membawa virus, tidak menabrak para pelayat tersebut.
Terpapar Covid-19
Saat Kompas berada dua jam di tempat pemakaman itu, ada empat jenazah Covid-19 yang dimakamkan. Sebelum pemakaman Ma Aci, telah dilakukan pemakaman tiga jenazah atas nama Nomleni (64), Kiren (61), dan George (69). Keempat pasien ini masing-masing dirawat di empat rumah sakit di Kota Kupang, yakni RSUD Yohannes, RS Siloam dua pasien, dan RS Leona. Mereka masing-masing dirawat 2-7 hari.
Baca juga:Penyebaran Covid-19 di NTT Merambat ke Kantor Pemerintah
Soleman Dethan (49), anggota keluarga Nomleni, memperlihatkan gerak keragu-raguan atas status Nomleni sebagai pasien Covid-19. ”Saya ragu, Mama Nomleni itu kena Covid-19. Tetapi, kalau pihak rumah sakit menyampaikan itu Covid-19, kami ikut saja,” kata Soleman.
Nomleni, pensiunan PNS Pemprov NTT, sebelumnya sakit di rumah selama satu pekan dengan keluhan sakit kepala bagian kiri dan sakit dada. Ia meninggalkan tiga anak. Suami Nomleni telah mendahuluinya pada 2018.
Berjarak 10 meter dari pusara Ma Aci, tampak Agustinus Taek (48), warga Soe, Timor Tengah Selatan, sedang menata makam ayahnya, Bernadus Taek (64). Ia mengatakan, sebelum masuk RS Siloam, ayahnya itu sempat masuk RSUD Soe selama dua pekan.
”Bapak meninggal 2 Janauri 2021 sekitar pukul 10.00 Wita di Siloam. Dua jam kemudian dimakamkan di tempat ini. Kalau pasien Covid-19 meninggal di mana saja, tetap dimakamkan di daerah itu, tidak boleh dibawa ke tempat asal, Soe, sejauh 130 kilometer,” kata Agustinus.
Siang itu Agustinus datang bersama tiga saudaranya, Anton, Tandi, dan Mince. Mereka membawa batako di dalam mobil pikap untuk diletakkan di sepanjang sisi makam ayah mereka. Makam semula dari gundukan tanah itu sudah tergerus air hujan.
Baca juga: Gubernur NTT Siap Tampung dan Karantina 17 Warga Timor Leste dari China
Ia mengatakan, pihak keluarga tidak mengeluarkan biaya apa pun terkait perawatan dan pemakaman Bernadus Taek karena sebagai pasien BPJS. ”Gali lubang ini dengan alat berat yang disiapkan pemerintah. Keluarga hanya menanggung pembangunan pemakaman secara lebih baik,” kata Agustinus.
Tempat pemakaman Fatukoa dibangun Pemkot Kupang pada Maret 2020 saat pandemi Covid-19 melanda. Luas lahan itu sekitar sekitar 2.500 meter persegi. Di dalamnya terdapat sebuah lorong berukuran 4 meter x 50 meter dan satu lorong lagi berukuran 2 meter x 50 meter.
Jean R (50), petugas penjaga pekuburan umum Fatukoa, mengatakan, sampai 7 Januari 2021 ada sekitar 72 pusara hadir di TPU Covid-19 Fatukoa itu. Masing-masing pusara berjarak 30 cm ke sisi tangan dan 5 meter ke arah kepala dan kaki.
”Lahan kosong di TPU Covid-19 sisa sekitar 500 meter persegi. Kalau kasus Covid-19 di Kota Kupang terus naik, tempat ini bakal penuh. Mungkin Mei 2021 ini sudah tidak muat lagi. Pemerintah harus menyediakan tempat baru,” ujarnya.
Tempat pemakaman itu berada sekitar 30 meter dari tempat pemakaman pasien umum Fatukoa.
Ketua Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia NTT Yudith Kota mengatakan, tidak pernah rumah sakit di NTT meng-Covid-kan pasien. Penetapan pasien Covid-19 itu dibuktikan dengan hasil laboratorium. Tidak boleh pihak rumah sakit atau dokter mengklaim sepihak tanpa dibuktikan dengan hasil laboratorium yang valid dan akurat karena itu menyangkut etika kedokteran.
Baca juga: Pemkab Sumba Timur Segera Memiliki Laboratorium PCR Mobile