Penyebaran Covid-19 Merambat ke Sejumlah Kantor Pemerintah di NTT
Kasus Covid-19 di sejumlah perkantoran di Nusa Tenggara Timur mulai bermunculan. Kantor-kantor yang terpapar Covid-19 ini ditutup sehingga aktivitas di kantor tersebut berhenti beroperasi sementara.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Kasus Covid-19 di sejumlah perkantoran di Nusa Tenggara Timur mulai bermunculan. Instansi yang terpapar Covid-19 ini ditutup sehingga aktivitas berhenti sementara. Beberapa pejabat daerah dan petugas kesehatan pun tidak luput dari pandemi Covid-19 ini.
Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Nusa Tenggara Timur (NTT), Marius Ardu Jelamu, di Kupang, Rabu (20/1/2021), mengatakan, kluster perkantoran perlahan-lahan mulai ramai terjadi di lingkungan pemerintah provinsi, juga di kabupaten/kota, dan instansi vertikal. Kantor pun sejak satu pekan terakhir mulai menerapkan work from home (WFH) 75 persen dan 25 persen PNS bekerja di kantor.
”Kasus itu sudah merebak di mana-mana, tapi belum terpantau, juga belum dilakukan pemeriksaan cepat atau tes usap terhadap orang yang dicurigai, terutama kelompok orang tanpa gejala atau OTG. Penerapan protokol kesehatan secara individu di antara staf PNS masih lemah, terutama saat mereka berada di luar kantor,” kata Jelamu.
Ketua Pengadilan Negeri Atambua Gede Susila Putra mengatakan, lima hakim di pengadilan itu positif terpapar Covid-19. Kelima hakim tersebut sudah dibawa ke Kupang untuk menjalani perawatan. Kantor Pengadilan Negeri Atambua ditutup untuk tujuh hari ke depan.
Selama kantor tidak beroperasi akan dilakukan penyemprotan disinfektan di semua ruangan kantor. Pengadilan Negeri Atambua hanya bisa melakukan sidang kasus secara virtual, khusus bagi perkara yang memiliki batas waktu sesuai dengan undang-undang, seperti kasus pilkada dan masa penahanan hampir selesai. Sementara pelayanan administrasi, seperti pendaftran persidangan, dan pelimpahan berkas persidangan tidak dilayani.
Penambahan kasus
Sementara itu, EM (53), dokter spesialis kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Soe, Timor Tengah Selatan (TTS), mengatakan, swab PCR pada 4 Januari 2021, hasil baru diketahui Senin (18/1/2021). Hasil yang dirilis dari Laboratorium Biomolekuler RSUD WZ Yohannes itu menyebutkan, terjadi penambahan 23 kasus di TTS, tiga di antaranya berprofesi sebagai dokter di rumah sakit tersebut.
”Sekarang kami bertiga isolasi mandiri di Soe. Mohon doa dan dukungan semua pihak untuk proses pemulihan kami,” kata EM.
Proses pelacakan terkait ketiga dokter pun sedang dilakukan terhadap tenaga kesehatan setempat. Rumah sakit itu tetap beroperasi melayani masyarakat, tetapi dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Kasus itu sudah merebak di mana-mana, tapi belum terpantau, juga belum dilakukan pemeriksaan cepat atau tes usap terhadap orang yang dicurigai, terutama kelompok orang tanpa gejala. (Marius Jelamu)
Sebelumnya, dua dokter di RSUD Waingapu, Sumba Timur, pun terpapar Covid-19. Kedua dokter itu sudah dinyatakan sembuh atau pulih.
Kepala Tata Usaha RSUD Ben Mboi Ruteng, Manggarai, Maximilian Kolbey mengatakan, sesuai hasil tes cepat antigen ditemukan 32 tenaga kesehatan dan bukan tenaga kesehatan di rumah sakit itu reaktif. Sampel spesimen PCR sedang dikirim ke RSUD Yohannes Kupang.
”Sementara waktu pelayanan di Ruang Flamboyan atau ruang utama ditutup. Tenaga kesehatan dari ruangan itu akan dialihkan ke beberapa ruangan, termasuk ruangan isolasi pasien Covid-19. Pihak rumah sakit sudah meminta bantuan dari Dinas Kesehatan Manggarai guna mengatasi masalah ini,” kata Kolbey.
Anggota DPRD NTT, Viktor Mado, mengatakan, lima anggota DPRD NTT juga terpapar Covid-19 dan sedang menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. Mereka adalah ketua DPRD dan wakil ketua DPRD serta tiga anggota.
Secara virtual
Saat ini, setiap rapat dengan rekanan kerja atau rapat gabungan komisi DPRD dilakukan secara virtual. Untuk sementara, masyarakat juga diimbau agar tidak mendatangi gedung DPRD karena belum ada anggota DPRD yang masuk kantor.
Juru bicara Satgas Covid-19 Manggarai Timur, Bonifasius Sai, mengatakan, Bupati Manggarai Timur Andre Agas juga reaktif Covid-19 setelah melakukan tes antigen di Borong, Selasa (19/1/2021). Hasil spesimen PCR bupati telah diambil dan dikirim ke Kupang untuk diperiksa.
”Selama ini hasil itu bisa diketahui setelah 15-25 hari. Tetapi, untuk spesimen PCR bupati mudah-mudahan lebih dipercepat,” kata Sai.
Wakil Ketua Tim Pool Tes Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat NTT Dominggus Elcid Li mengatakan, jika pemkab di daratan Flores dan Sumba memiliki kepedulian terhadap pengadaan alat tes PCR, proses pemeriksaan spesimen PCR di NTT tidak butuh waktu lama, 14-25 hari.
Selama hasil belum diketahui, ternyata orang itu positif Covid-19 dan bebas beraktivitas di masyarakat karena dia termasuk OTG, maka ia sudah menyebarkan virus ke mana-mana.
Idealnya, di NTT ini ada tujuh alat tes PCR, yakni satu di Maumere untuk Flores Timur, Sikka, dan Lembata. Satu di Nagekeo untuk Ende dan Ngada. Satu di Ruteng untuk melayani pemeriksaan spesimen PCR dari Manggarai Timur, Manggarai, dan Manggarai Barat.
Satu lagi di Waingapu untuk melayani pemeriksaan spesimen PCR dari Sumba Timur, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya, serta satu lagi alat tes PCR di Atambua untuk melayani Malaka, Belu, dan Timor Tengah Utara. Sedangkan PCR yang ada di RSUD Yohannes Kupang melayani Kota Kupang, Timor Tengah Selatan, dan Kabupaten Kupang.
”Berhubung Kota Kupang memiliki kasus transmisi lokal terbesar saat ini, maka sebaiknya memiliki satu alat PCR sendiri. Ini juga tidak lagi membebani tenaga analis di RSUD Yohannes Kupang yang setiap hari sering kewalahan menangani ratusan bahkan ribuan spesimen PCR di sana,” kata Elcid.