Dua Minggu Banjir, Lebih dari 28.000 Warga Kalsel Masih Mengungsi
Banjir yang melanda wilayah Kalimantan Selatan sudah berlangsung lebih dari dua minggu dan belum juga surut meskipun ketinggian airnya mulai menurun. Lebih dari 28.000 warga masih harus mengungsi akibat banjir.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Banjir yang melanda wilayah Kalimantan Selatan sudah berlangsung lebih dari dua minggu. Namun, hingga Senin (1/2/2021), banjir di beberapa kabupaten/kota belum juga surut meskipun ketinggian airnya mulai menurun. Lebih dari 28.000 warga masih mengungsi.
Banjir di Kalsel pada awal 2021 ini disebut-sebut sebagai bencana besar yang belum pernah dialami dalam kurun lebih dari 50 tahun. Bahkan, pemerintah Provinsi Kalsel menyebut banjir besar ini merupakan siklus 100 tahun sekali, setelah banjir besar tahun 1928 di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Awal tahun ini, banjir melanda 11 dari 13 kabupaten/kota di Kalsel.
Sebanyak 24 orang meninggal dan 3 orang dilaporkan hilang. Pos Komando Tanggap Darurat Banjir Provinsi Kalsel, Senin (1/2) petang, memperbarui data dan mencatat 175.949 keluarga atau 631.889 jiwa terdampak banjir. Sebanyak 28.429 orang masih mengungsi dari total jumlah pengungsi yang sempat mencapai 135.656 orang.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalsel Mujiyat mengatakan, Kalsel saat ini masih memberlakukan tanggap darurat bencana banjir untuk penanganan secara optimal. Masa tanggap darurat yang sudah diperpanjang selama tujuh hari hingga menjadi 21 hari akan berakhir pada Rabu (3/2).
”Kalau pengungsi sudah tidak ada, bencana tidak lagi menimbulkan korban jiwa, dan gangguannya sudah semakin kecil, maka status tanggap darurat akan kami pertimbangkan lagi untuk diperpanjang,” kata Mujiyat, Senin petang.
Menurut dia, pemerintah provinsi tidak mutlak harus memperpanjang status tanggap darurat kendatipun masih ada kabupaten/kota yang memberlakukan status tersebut. Pemerintah kabupaten/kota bisa saja memperpanjang dengan mempertimbangkan kondisi banjir terkini di daerahnya masing-masing.
Saat ini, beberapa kabupaten/kota juga masih memberlakukan status tanggap darurat bencana banjir, di antaranya Kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar, Barito Kuala, Tanah Laut, dan Hulu Sungai Tengah. Di kabupaten/kota tersebut banjir belum sepenuhnya surut di sejumlah lokasi.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Banjarmasin Harli Husaini mengatakan, tanggap darurat banjir masih diberlakukan karena sebagian wilayah Banjarmasin Timur dan Banjarmasin Selatan masih terendam sampai dengan hari ke-18 banjir di Kota Banjarmasin. ”Warga di wilayah yang terendam saat ini masih memerlukan bantuan,” ujarnya.
Untuk mempercepat penanggulangan banjir, Pemkot Banjarmasin juga sudah bekerja sama dengan Balai Wilayah Sungai Kalimantan II untuk pompanisasi. Air di beberapa sungai kecil disedot pompa dan dibuang ke Sungai Martapura.
Fandi, petugas Operasional Pemeliharaan (OP) II dari Balai Wilayah Sungai Kalimantan II, menuturkan, pompanisasi di Sungai Gardu dilakukan sejak Rabu (27/1). Air Sungai Gardu disedot dan dibuang ke Sungai Martapura. ”Kami menggunakan pompa berkapasitas 250 liter per detik dengan diameter pipa 8 inci,” katanya.
Menurut Fandi, pompa di Sungai Gardu dioperasikan dari pukul 08.00 sampai 17.00 Wita. Pompanisasi itu turut mengurangi ketinggian air yang menggenangi rumah warga di Kelurahan Sungai Lulut, Banjarmasin Timur. ”Setiap hari pompa beroperasi rata-rata 8 jam karena ada jeda untuk pendinginan mesin sekitar 30 menit sampai 1 jam,” ujarnya.