Nilai Kerusakan dan Kerugian Banjir Kalsel Melebihi Rp 1 Triliun
Nilai kerusakan dan kerugian material akibat bencana banjir dan tanah longsor yang melanda 11 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan lebih dari Rp 1 triliun. Perhitungan itu belum final dan berpotensi meningkat.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Nilai kerusakan dan kerugian material akibat bencana banjir dan tanah longsor yang melanda 11 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan pada awal tahun ini lebih dari Rp 1 triliun. Perhitungan itu belum final dan berpotensi terus berkembang karena inventarisasi di lapangan masih dilakukan.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diperbarui pada Rabu (27/1/2021), nilai kerusakan dan kerugian akibat banjir dan tanah longsor di Kalsel mencapai Rp 1,127 triliun. Rinciannya, nilai kerusakan sebesar Rp 858 miliar dan nilai kerugian sebesar Rp 269 miliar.
Banjir di Kalsel pada awal tahun 2021 ini disebut-sebut sebagai bencana besar yang belum pernah dialami dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun. Bahkan, Pemerintah Provinsi Kalsel menyebut banjir besar ini merupakan siklus 100 tahun sekali karena pernah terjadi pada tahun 1928 di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Bencana banjir kali ini juga merenggut 24 jiwa serta 3 orang dilaporkan masih hilang. Pos Komando Tanggap Darurat Banjir Provinsi Kalsel pada Jumat (29/1/2021) memperbarui datanya dan mencatat 176.101 keluarga atau 627.047 jiwa terdampak banjir. Sebanyak 49.105 orang masih mengungsi karena banjir belum surut.
Rumah penduduk terendam banjir sebanyak 101.903 unit, sekolah 1.419 unit, tempat ibadah 838 unit, jembatan 128 unit, jalan 1.693.295 meter, serta sawah 48.714 hektar. Kerugian akibat banjir di sektor perikanan budidaya mencapai Rp 93,68 miliar dan di sektor kehutanan sekitar Rp 1,456 miliar.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalsel Gusti Yanuar Noor Rifai mengatakan, semua perhitungan itu masih perhitungan sementara. Perhitungan kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan masih dilakukan Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Kalsel serta perhitungan kerusakan rumah dan bangunan fasilitas publik masih dilakukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kalsel.
”Sampai saat ini, total nilai kerusakan dan kerugiannya masih dalam perhitungan. Angka kerugian material akibat banjir yang sudah disampaikan kemungkinan masih akan terus berkembang,” kata Rifai, Jumat (29/1/2021).
Kepala Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan Dinas PUPR Kalsel Muhammad Nursjamsi menyampaikan, pihaknya baru menghitung kerusakan infrastruktur jalan provinsi akibat banjir. Sementara untuk kerusakan jalan nasional dan jalan kabupaten/kota dihitung oleh pihak Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional dan juga pemerintah kabupaten/kota.
Perhitungan sementara
Berdasarkan perhitungan terakhir Dinas PUPR Kalsel, ada 22 ruas dan 5 sub-ruas jalan provinsi yang terdampak banjir. Panjangnya mencapai 242,71 kilometer (km) dari total panjang jalan provinsi 756,12 km atau 32,1 persen. Sementara untuk jalan strategis provinsi yang terdampak ada enam ruas sepanjang 60,5 km atau sekitar 7,7 persen dari total panjang jalan strategis provinsi.
”Hasil pendataan terakhir kami, hitungan sementara dari kerusakan infrastruktur jalan provinsi yang terdampak banjir itu sekitar Rp 985,126 miliar. Untuk kerusakan jalan kabupaten/kota, kami juga masih menunggu laporan dari kabupaten/kota,” katanya.
Saat ini, menurut Nursjamsi, perbaikan jalan dan jembatan juga terus dilakukan, terutama perbaikan Jembatan Mataraman di ruas jalan nasional Trans-Kalimantan, Kabupaten Banjar, yang menghubungkan Kalsel dengan Kalimantan Timur. ”Perbaikan Jembatan Mataraman terus dikebut,” ucapnya.
Hasil pendataan terakhir kami, hitungan sementara dari kerusakan infrastruktur jalan provinsi yang terdampak banjir itu sekitar Rp 985,126 miliar.
Jembatan Mataraman yang berada di Kabupaten Banjar ambruk dua kali dihantam banjir. Untuk lalu lintas, sementara ini telah dibangun jembatan darurat dengan menggunakan jembatan bailey, yakni tipe jembatan rangka baja ringan berkualitas tinggi yang dapat dipindahkan.
Komandan Korem 101/Antasari Brigadir Jenderal TNI Firmansyah selaku Komandan Satuan Tugas Tanggap Darurat Bencana Banjir Kalsel menambahkan, lalu lintas kendaraan melewati Jembatan Mataraman masih dengan sistem buka tutup sehingga terjadi antrean kendaraan hingga 1 km. ”Tonase kendaraan yang melintas juga dibatasi, tidak lebih dari 5 ton,” katanya.