Penambangan pasir di lereng Merapi masih terus berjalan. Sekalipun tak memiliki kewenangan atas aktivitas tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tetap meminta aktivitas itu dihentikan karena ancaman erupsi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengimbau aktivitas penambangan galian C di sejumlah sungai yang berhulu di Gunung Merapi dihentikan menyusul ancaman erupsi dari gunung tersebut. Meski demikian, imbauan tidak bisa ditindaklanjuti larangan karena perizinan penambangan kini berada di bawah kewenangan pemerintah pusat.
Demikian dikatakan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen saat berkunjung ke Tempat Evakuasi Akhir (TEA) Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (29/1/2021).
Kendati demikian, tanpa perlu ada larangan atau upaya lebih tegas seperti penutupan izin penambangan, para pelaku penambangan, dengan kesadaran sendiri, diharapkan mau berhenti menambang demi menghindari dampak erupsi. ”Dengan mengingat keselamatan diri masing-masing, kami berharap imbauan ini cukup membuat aktivitas penambangan segera dihentikan,” ujarnya.
Dari beberapa kali erupsi dan semburan awan panas, Taj menyesalkan masih ada saja petambang yang membandel dan tetap melakukan aktivitasnya. Namun, para petambang diharapkan selalu waspada karena arah erupsi bisa berubah ke arah mana saja.
Kendati tidak memiliki kewenangan terkait penambangan, Taj mengatakan, pihaknya akan terus melakukan pemantauan. Pengawasan dan penghentian aktivitas penambangan saat bahaya erupsi mengancam juga tetap bisa dilakukan oleh aparat keamanan seperti TNI dan kepolisian.
Di tengah kondisi Gunung Merapi yang masih berstatus Siaga, Taj Yasin juga meminta warga lereng Gunung Merapi tetap berada di lokasi pengungsian. Pengungsian dianggap sebagai tempat paling aman untuk menyelamatkan diri demi mengantisipasi kemungkinan buruk.
”Kita tidak perlu mengulang pengalaman buruk di tahun 2006 ataupun 2010, di mana warga terpaksa berkejar-kejaran dengan awan panas. Pada kondisi kini, lebih baik warga lereng Merapi bertahan berada di pengungsian saja,” ujarnya.
Adapun pengungsi yang sudah kembali pulang ke lereng Merapi diharapkan juga tetap meningkatkan kewaspadaan. Mereka diminta tetap patuh pada arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat dan siap kembali ke pengungsian saat situasi mendesak.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Magelang Supranowo mengatakan, pihaknya hanya bisa memberikan rekomendasi risiko bencana erupsi kepada masyarakat. Namun, BPBD tidak berwenang untuk menghentikan aktivitas penambangan Merapi.
Supranowo menjelaskan, pihaknya juga tidak bisa menahan warga lereng Merapi untuk tetap bertahan di pengungsian. Mereka tetap diizinkan pulang, tetapi diingatkan selalu waspada terhadap bahaya erupsi Merapi.
”Mengingat status Gunung Merapi yang masih Siaga, warga diharapkan tetap memiliki kesadaran penuh akan ancaman bahaya erupsi saat ini,” ujarnya.
Koordinator TEA Banyurojo, Agus Firmansah, mengatakan, pihaknya hanya bisa mendukung kebutuhan dan keinginan pengungsi. Pada Senin (1/2/2021), sebanyak 265 pengungsi asal Dusun Babadan I, Desa Paten, yang semula mengungsi di TEA Banyurojo, berencana pulang kembali ke rumah. Menyikapi rencana tersebut, Pemerintah Desa Banyurojo akan membantu menyediakan empat kendaraan untuk mengangkut pengungsi. Empat kendaraan tersebut terdiri dari satu mobil dinas pemerintah desa dan tiga mobil pribadi perangkat desa.
Menurut Agus, saat ini pihaknya juga sudah memilah dan menyiapkan sisa stok logistik yang nantinya akan diberikan sebagai bekal pengungsi saat pulang. ”Logistik yang akan dibagikan saat mereka pulang antara lain beras, mi instan, dan gula,” ujarnya.