Kementerian Kesehatan Diminta Ikut Tangani Covid-19 di NTT
Kementerian Kesehatan diminta terlibat langsung menangani pandemi Covid-19 di Nusa Tenggara Timur. Di tengah kasus yang melonjak, koordinasi antara pemerintah di tingkat provinsi, kota, dan kabupaten dinilai tak jalan.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·5 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Kementerian Kesehatan diminta terlibat langsung menangani pandemi Covid-19 di Nusa Tenggara Timur. Sejumlah rumah sakit rujukan pasien Covid-19 di Kota Kupang mulai kekurangan oksigen. Ribuan spesimen antre untuk diperiksa di laboratorium di Kupang. Kegiatan penelusuran terhadap kontak erat pasien pun rendah.
Direktur Rumah Sakit Kristen Imanuel Waingapu dr Danny Christian di Kupang, Kamis (28/1/2021), mengatakan, laju perkembangan kasus Covid-19 di Kota Kupang dan 21 kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak awal Januari 2021 sampai hari ini begitu mengkhawatirkan. Sejauh ini belum ada kebijakan pemda yang bisa menekan perkembangan virus itu, padahal pemda memiliki sumber daya yang bisa dimanfaatkan menghadapi pandemi tersebut.
”Kementerian Kesehatan sebaiknya terlibat langsung dengan mengirim tenaga khusus untuk mengendalikan laju perkembangan kasus di Kota Kupang dan NTT umumnya seperti kasus DBD (demam berdarah dengue) di Sikka, Februari-Maret 2020. Jika mengharapkan pemprov dan pemkot/pemkab, laju pertumbuhan kasus tidak akan terbendung. Banyak warga jadi korban,” kata Danny.
Di tengah pandemi yang kasusnya terus melonjak, koordinasi antara pemerintah di tingkat provinsi, kota, dan kabupaten dinilai tidak berjalan. Usulan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Kupang ditolak Pemprov NTT dengan alasan kebijakan itu hanya berlaku di Jawa dan Bali. Namun, tidak ada solusi lain yang ditawarkan. Sementara jumlah kasus terus mengalami kenaikan.
Adapun jumlah kasus Covid-19 di NTT per 27 Januari 2021 mencapai 4.680 orang, 2.246 orang sembuh, dan 130 orang meninggal. Kota Kupang menyumbang 2.268 kasus, 738 orang sembuh, 1.485 orang masih dirawat dan isolasi mandiri, serta 63 orang meninggal.
Jumlah kasus sembuh harian di Kota Kupang jauh lebih lambat dibandingkan dengan penambahan kasus harian. Rata-rata tambahan kasus setiap hari 60 orang, sementara angka kesembuhan harian rata-rata 15 orang. Setiap dua orang yang ditelusuri kontaknya, satu orang pasti positif Covid-19. Upaya penelusuran pun terbatas karena keterbatasan tenaga kesehatan.
Danny mengatakan, jika jumlah kasus dibandingkan dengan jumlah penduduk NTT yang berjumlah lima juta jiwa, kasus Covid-19 di NTT masuk 10 besar nasional. Apabila kasus terus dibiarkan, kondisi kesehatan masyarakat terkait paparan Covid-19 bakal sangat buruk.
Apabila kasus terus dibiarkan, kondisi kesehatan masyarakat terkait paparan Covid-19 bakal sangat buruk. (Danny Christian)
”NTT ini provinsi termiskin ketiga nasional setelah Papua dan Papua Barat. Di tengah daya beli yang kian terpuruk karena kesulitan ekonomi, daya tahan tubuh menurun, imunitas juga menurun drastis. Jika dalam kondisi fisik seperti ini lalu terpapar Covid-19, kita sulit membayangkan NTT seperti apa dalam beberapa bulan ke depan,” tutur Danny.
Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia NTT dr Yudith Kota mengatakan, kelangkaan oksigen di tujuh rumah sakit rujukan di Kota Kupang mulai terjadi pada pekan ketiga Januari 2021. Idealnya, 12 rumah sakit di Kota Kupang membutuhkan 450-500 tabung oksigen sehari, tetapi yang tersedia saat ini 200-250 tabung oksigen.
Jumlah pasien Covid-19 terus bertambah. Pemerintah meminta pihak rumah sakit menambah ruang perawatan. Namun, jika ketersediaan oksigen terbatas, rumah sakit tidak mau mengambil risiko untuk menerima pasien.
Direktur RS Carolus Boromeus Belo Kota Kupang dr Herly Soedarmaji mengatakan, rumah sakit setiap hari membutuhkan 35-40 tabung oksigen, tetapi yang dilayani pihak penyedia hanya 25-30 tabung oksigen. Mengatasi kekurangan ini, pasien dengan saturasi oksigen yang sudah baik, yakni 75-100 persen, tidak menggunakan oksigen. Namun, jika semua pasien masih butuh oksigen, rumah sakit terpaksa tidak lagi menerima pasien di instalasi gawat darurat.
Namun, Direktur RSUD Naibonat Kabupaten Kupang dr Erol Nenobais mengatakan, stok oksigen untuk pasien setempat masih tersedia. Menurut dia, rumah sakit ini memiliki mesin pengisian oksigen sendiri di tabung, baik tabung besar maupun kecil.
”Kami kerja sama operasional dengan pihak ketiga, dengan sistem bagi hasil. Mereka yang menyediakan mesin pengisian dan oksigen itu. Sebelumnya kami juga kesulitan oksigen karena bergantung pada Kota Kupang,” katanya.
Direktur RSUD Gabriel Manek Atambua dr Batsheba Elena Coruputty juga mengatakan ketersediaan tabung oksigen di rumah sakitnya cukup memadai. Tabung oksigen yang disiapkan tidak berdasar jumlah tempat tidur, tetapi sesuai jumlah kebutuhan, berapa pasien yang membutuhkan tetap tersedia.
Sementara itu, Wakil Ketua Tim Pool Tes Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Dominggus Elcid Li mengatakan, Kota Kupang memiliki dua alat tes reaksi rantai polimerase (PCR), selain di Undana juga di RSUD Yohannes Kupang. Namun, alat tes PCR di Undana masih butuh dukungan alat ekstraksi senilai Rp 1,3 miliar agar alat itu bisa memeriksa lebih dari 1.000 sampel PCR per hari.
Saat ini antrean spesimen PCR di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Undana Kupang sebanyak 1.600 lebih. Antrean spesimen PCR juga terjadi di RSUD Yohannes Kupang karena laboratorium PCR itu memiliki kemampuan memeriksa 180-281 spesimen PCR per hari, sementara spesimen dari 22 kabupaten/kota setiap hari lebih dari 1.000 sampel.
Antrean spesimen yang cukup lama di dua laboratorium PCR itu membuat kegiatan penelusuran (tracing) terhadap mereka yang diduga telah melakukan kontak erat dengan pasien positif Covid-19 pun menjadi lambat, bahkan tidak dilakukan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan NTT dr Messe Ataupah di Kupang mengatakan, lonjakan kasus transmisi lokal di sejumlah daerah di NTT, terutama Kota Kupang, terjadi akibat musim hujan, cuaca dingin, dan masyarakat belum menaati protokol kesehatan secara ketat. Selama 10 bulan pandemi Covid-19, pemda berulang kali mengingatkan masyarakat agar selalu mengenakan masker secara benar, menjaga jarak, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan.
”Namun, kedisiplinan masyarakat masih sulit dibangun. Kasus transmisi lokal pun terus melonjak naik. Padahal, sejumlah daerah seperti Kota Kupang telah mengambil langkah penghambat, seperti membatasi jam operasional pasar tradisional, pusat perbelanjaan, kegiatan perkantoran dikurangi, dan belajar secara daring,” kata Messe.