Lonjakan Transmisi Lokal Covid-19 di NTT Tak Terbendung
Lonjakan kasus transmisi lokal di Nusa Tenggara Timur tak terbendung. Jumlah kasus positif mencapai 207 pasien dengan jumlah kematian 11 orang per 21 Januari 2020.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Lonjakan kasus transmisi lokal Covid-19 di Nusa Tenggara Timur tak terbendung meskipun sejumlah daerah mengambil beberapa langkah penghambat. Penambahan kasus harian menembus angka 207 pasien per hari dengan 11 kasus kematian, empat kasus kematian di antaranya ada di Kota Kupang. Pihak rumah sakit mulai kewalahan menangani pasien Covid-19 yang terus memadati ruang isolasi.
Kepala Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur dr Messe Ataupah di Kupang, Jumat (22/1/2021), mengatakan, lonjakan kasus transmisi lokal di sejumlah daerah di NTT terutama Kota Kupang terjadi akibat musim hujan, cuaca dingin, dan masyarakat belum menaati protokol kesehatan secara ketat. Selama 10 bulan selama pandemi Covid-19, pemda berulang kali mengingatkan masyarakat agar selalu mengenakan masker secara benar, menjaga jarak, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan.
“Tetapi kedisiplinan masyarakat masih sulit dibangun. Kasus transmisi lokal pun terus melonjak naik. Padahal, sejumlah daerah seperti Kota Kupang telah mengambil langkah penghambat seperti membatasi jam operasional pasar tradisional, pusat perbelanjaan, kegiatan perkantoran dikurangi, dan belajar secara daring,” kata Messe.
Beberapa langkah yang telah diambil diantaranya Bupati Ende Ahmat Djafar telah melarang semua kegiatan pesta yang menimbulkan kerumunan warga. Satgas Covid-19 Kabupaten Ende, kecamatan, dan desa (Kelurahan) melakukan patroli membubarkan kegiatan pesta, sekaligus memberi sanksi kepada penyelenggara pesta berupa teguran dan sanksi sosial lain seperti membersihkan sampah.
Adapun Keuskupan Larantuka mengeluarkan surat edaran agar pemberkatan pernikahan, dan komuni pertama di wilayah keuskupan itu untuk sementara tidak diadakan guna mencegah penularan Covid-19. Namun dua hal itu ditindaklanjuti warga dengan mengadakan pesta di rumah dan hotel yang justru menimbulkan kerumunan warga.
Keuskupan Agung Kupang juga telah meniadakan ibadat tatap muka di gereja-gereja di Kota Kupang untuk menekan penyebaran Covid-19 melalui transmisi lokal. Pemkot Kupang pun memperpanjang pembatasan kegiatan masyarakat sampai dengan 30 Januari 2021.
Data yang dirilis Sekretaris Penanganan Covid-19 NTT David Mandala per 21 Januari 2021 menyebutkan, jumlah tambahan kasus positif Covid-19 mencapai 207 orang. Kasus terbanyak ada di Kota Kupang yang mencapai 182 kasus.
Selain itu, Kabupaten Manggarai Barat dan Manggarai Timur masing-masing 10 kasus, Rote Ndao tiga kasus, dan Sumba Timur satu orang positif Covid-19. Hasil itu diperoleh dari pemeriksaan PCR pada 466 spesimen yang berasal dari 14 kabupaten/kota di NTT.
”Transmisi lokal tak terbendung meskipun pemda telah melakukan sejumlah upaya pencegahan. Masyarakat sendiri harus lebih sadar diri lagi dengan menjalankan protokol kesehatan secara ketat,” kata Mandala.
Adapun jumlah kasus kematian per 21 Januari 2021 mencapai 11 orang. Ini merupakan kematian harian tertinggi. Kematian itu ada di Kota Kupang sebanyak 4 orang, Manggarai Barat 3 orang, dan Sumba Barat 1 pasien.
Dengan demikian, total pasien meninggal dunia sampai 21 Januari 2021 sebanyak 105 orang. Dari jumlah itu, kematian terbanyak ada di Kota Kupang yang mencapai 55 orang, menyusul Sumba Timur 10 orang, Timor Tengah Selatan tujuh orang, dan Kabupaten Kupang enam orang.
Sementara delapan kabupaten belum memiliki kasus kematian, yakni Belu, Timor Tengah Utara, Malaka, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, Manggarai Tumur, Nagekeo, dan Ngada.
Adapun total kasus Covid-19 di NTT per 21 Januari 2021 sebanyak 3.922, pasien sembuh 1.880, dan sedang dirawat 1.937 pasien. Sebagian besar pasien menjalani isolasi mandiri.
Kalau semua orang menjalankan protokol kesehatan dengan benar dan berdisiplin, bisa menekan angka penularan virus. (Stefanus Soka)
Wakil Direktur Pelayanan RSUD Yohannes Kupang dr Stefanus Soka mengatakan, enam rumah sakit rujukan pasien Covid-19 di Kota Kupang saat ini tidak mampu lagi menerima pasien Covid-19 karena tempat tidur terbatas. Beberapa rumah sakit malah menyiasati dengan menambah tempat tidur atau memperluas ruangan. Tetapi upaya itu pun tidak mampu menampung semua pasien Covid-19 yang terus mengalami lonjakan di Kota Kupang.
Salah satu cara mengatasi hal ini, dengan meminta pasien melakukan isolasi mandiri di rumah sambil mendapat pelayanan dari tenaga kesehatan setempat. Tetapi ini pun berisiko bagi penularan kasus, jika orang-orang di sekitar pasien itu tidak menjalankan protokol kesehatan secara ketat.
”Kalau semua orang menjalankan protokol kesehatan dengan benar dan berdisiplin, bisa menekan angka penularan virus. Kuncinya ada pada setiap anggota masyarakat. Dan saya kira, masyarakat sudah paham soal protokol kesehatan ini, hanya harus terus diingatkan,” katanya.
Sementara itu, Direktur RSUD Mgr Gabriel Manek Atambua, Batsheba Elena Corputty, membantah pelayanan di rumah sakit itu kurang optimal terkait adanya dua pasien Covid-19 yang dipindahkan ke Surabaya. Ia mengatakan, dua pasien Covid-19 yang sedang dirawat di rumah sakit itu meminta sendiri dirujuk ke Surabaya untuk menjalani pengobatan di sana. Kedua pasien itu merasa terlalu lama mengalami penyembuhan di rumah sakit itu.
”Itu bukan karena pelayanan di rumah sakit itu tidak optimal, melainkan atas permintaan kedua pasien sendiri,” kata Corputty. Kedua pasien ini adalah pengusaha di Atambua. Mereka mencarter pesawat Dimonim dari Bandara Atambua menuju Kupang, kemudian melanjutkan perjalanan ke Surabaya.