PLTP Sorik Marapi Diduga Alami Kebocoran Gas, Lima Warga Tewas dan Ratusan Orang Mengungsi
Lima warga tewas diduga karena kebocoran gas beracun dari PLTP Sorik Marapi di Kabupaten Mandailing Natal. Sebanyak 29 warga masih dirawat di rumah sakit dan lebih dari 200 warga mengungsi.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
PANYABUNGAN, KOMPAS — Sebanyak lima orang tewas diduga karena kebocoran gas dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Sorik Marapi di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Hingga Selasa (26/1/2021), sebanyak 29 warga masih dirawat di rumah sakit dan lebih dari 200 orang mengungsi.
”Warga desa mengungsi ke Masjid Agung Panyabungan. Mereka mengantisipasi meluasnya dampak kebocoran gas beracun dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Sorik Marapi Sorik Marapi,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Mandailing Natal M Yasir Nasution, Selasa.
Yasir mengatakan, saat ini, mereka fokus merawat korban, menangani pengungsi, dan menjaga agar warga tidak mendekat ke lokasi kebocoran gas. ”Lokasi kebocoran gas sangat dekat dengan ladang warga dan hanya ratusan meter jaraknya dari permukiman,” katanya.
Kepala Subbidang Penerangan Masyarakat Polda Sumut Ajun Komisaris Besar MP Nainggolan mengatakan, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Marapi, yang saat ini masih dalam tahap pembangunan, diduga mengalami kebocoran pipa gas di Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Senin (25/1/2021).
Lima korban meninggal tersebut merupakan warga yang sedang berladang di sekitar wilayah kerja PLTP Sorik Marapi. Mereka adalah Suratmi (46), Syahrani (14), Dahni, Laila Zahra (5), dan Yusnidar (3).
Nainggolan mengatakan, Polres Mandailing Natal menghentikan sementara aktivitas PLTP Sorik Marapi. Polisi masih menyelidiki apakah ada pelanggaran prosedur standar operasi ataupun kelalaian dalam peristiwa di PLTP yang dikembangkan PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) itu.
Berdasarkan informasi awal yang didapat polisi, kata Nainggolan, pekerja SGMP bernama Deden Dermawan awalnya membuka keran untuk mengalirkan panas bumi. Saat keran itu dibuka, gas beracun diduga bocor dari pipa tersebut. ”Saat gas beracun tersebut menyebar, warga yang berada di sekitar lokasi meminta agar keran itu ditutup,” kata Nainggolan.
Menurut Nainggolan, lebih dari 20 warga ikut mencoba menutup keran tersebut. Namun, beberapa saat kemudian, warga tersebut pingsan. Seorang di antaranya merupakan polisi yang mencoba menolong warga, yakni Ajun Inspektur Dua Lestari. Ia akhirnya ikut pingsan.
”Warga lainnya pun langsung menyelamatkan mereka dan membawanya ke rumah sakit. Namun, lima di antaranya tidak terselamatkan,” kata Nainggolan.
Polisi pun kini masih melakukan olah tempat kejadian perkara, menghentikan aktivitas di PLTP, serta memasang garis polisi.
Lebih dari 20 warga ikut mencoba menutup keran tersebut. Namun, beberapa saat kemudian, warga tersebut pingsan.
Hingga Selasa siang, belum ada keterangan resmi dari PT SMGP tentang kebocoran gas beracun itu. Krisna dari hubungan masyarakat perusahaan tersebut belum menjawab panggilan telepon ataupun pesan yang dikirim Kompas.
Berdasarkan informasi di situs resmi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, proyek pembangunan PLTP Sorik Marapi merupakan proyek strategis nasional dan merupakan bagian dari program 35.000 megawatt listrik nasional. PLTP tersebut direncanakan memiliki lima unit pembangkit dengan total daya listrik yang dihasilkan 240 megawatt.
Pada 2020, satu unit di antaranya telah beroperasi dengan daya yang tersambung ke jaringan PT Perusahaan Listrik Negara sebesar 45 megawatt. Unit lainnya sedang dalam pengerjaan. PLTP Sorik Marapi pun disebut sebagai proyek panas bumi tercepat berdasarkan durasi pengerjaannya. Mayoritas saham (95 persen) PT SMGP tersebut merupakan milik KS Orka Renewables Pte Ltd, perusahaan pengembang dan operator panas bumi yang berbasis di Singapura.