BPBD Sleman sedang mengkaji rencana pemulangan pengungsi Merapi di Balai Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Hal ini didasari perubahan rekomendasi ancaman erupsi.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sleman mengkaji rencana pemulangan pengungsi Merapi di Balai Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Rencana itu muncul seiring perubahan rekomendasi ancaman erupsi. Hingga kini, pengungsi masih bertahan di barak pengungsian.
”Persoalan (pengungsi) kembali atau tidak masih akan dikaji. Pemulangan ini didasari perubahan ancaman erupsi. Dari semula ke arah tenggara, menjadi ke arah barat daya. Kondisi ini membuat ancamannya berkurang,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) Sleman Joko Supriyanto di kompleks Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (18/1/2021).
Pada Sabtu (16/1/2021), Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengubah ancaman bahaya erupsi Merapi berupa guguran lava dan awan panas ke sektor selatan dan barat daya, yang meliputi wilayah Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Sungai Putih sejauh maksimal 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi. BPPTKG juga mengingatkan ancaman lontaran material vulkanik apabila terjadi letusan eksplosif bisa menjangkau area 3 kilometer dari puncak gunung tersebut (Kompas, 16/1/2021).
Adapun barak pengungsian yang masih ditempati pengungsi berlokasi di Balai Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Setidaknya 186 warga dari Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, menghuni barak tersebut, hingga Senin (17/1/2021) malam. Dusun tersebut berada di sisi tenggara lereng Merapi dan dalam radius 5 kilometer dari puncak.
Dari total jumlah pengungsi, sebanyak 123 pengungsi merupakan warga kelompok rentan yang terdiri dari lansia, ibu hamil, dan anak balita. Sisanya merupakan warga bukan kelompok rentan berusia produktif, yakni di bawah 50 tahun.
”Saat ini, kami belum memberikan perintah untuk kembali (ke rumah). Jadi, sampai sekarang kelompok rentan masih tinggal di tempat pengungsian. Status tanggap darurat juga belum dicabut. Sementara itu, tidak ada yang bisa memastikan juga jika nanti pulang berada dalam kondisi aman. Maka, kami selalu meminta masyarakat waspada. Ini jadi pertimbangan kami,” kata Joko.
Joko menambahkan, pihaknya baru akan memutuskan persoalan mengenai pemulangan pengungsi setelah tanggal 25 Januari 2020. Alasan lain, pengungsi belum dipulangkan juga karena saat ini masih berlangsung masa pembatasan kegiatan masyarakat. Jika pengungsi dipulangkan dalam waktu dekat, dikhawatirkan menimbulkan kerumunan. Ini tidak sesuai dengan anjuran pembatasan kegiatan masyarakat yang mengharuskan ditiadakannya kerumunan.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyampaikan, Merapi sudah memasuki fase erupsi sejak 4 Januari 2020. Adapun fase erupsi yang terjadi cenderung bersifat efusif. Dalam kondisi ini, erupsi berwujud leleran magma yang keluar secara perlahan.
”Kegempaan juga sudah mengalami penurunan. Ini menunjukkan magma sudah menuju permukaan dan melakukan ekstrusi. Indikatornya ditunjukkan dengan guguran lava pijar. Potensi bahayanya juga cenderung berada di sisi selatan sampai barat daya,” kata Hanik.
Kepala Desa Glagaharjo,Suroto mengungkapkan, pihaknya akan mengikuti arahan dari Pemerintah Kabupaten Sleman terkait dengan rencana pemulangan pengungsi. Hingga saat ini, barak pengungsian masih ditempati para pengungsi kelompok rentan. Barak pengungsian akan tetap diaktifkan selama kondisi Merapi belum diturunkan statusnya.
”Barak pengungsian tidak akan kami ubah sampai Gunung Merapi normal kembali. Jadi, meski nanti pengungsi dipulangkan, barak tetap bisa menerima warga kembali jika ada yang merasa khawatir tinggal di rumahnya,” kata Suroto.
Sementara itu, Joko menyatakan, dengan perubahan rekomendasi ancaman ke sisi selatan dan barat daya, pihaknya telah menjamin kesiapan barak-barak pengungsian di wilayah tersebut. Namun, pihaknya memastikan sudah tidak ada warga yang tinggal di dalam radius bahaya ancaman erupsi, yakni 5 kilometer dari puncak. Permukiman terdekat dari puncak Merapi berada di Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman. Dusun tersebut berjarak sekitar 6,5 kilometer dari puncak.