Longsor telah menutup jalur Magelang-Boyolali selama sekitar delapan jam. Setelah longsoran dibersihkan pada Rabu sore, jalur Wonolelo masih tetap rawan dilalui karena ada ancaman longsor susulan.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sempat tertutup longsor pada Rabu (13/1/2021), jalur Magelang-Boyolali di Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, selesai dibersihkan dan kembali dibuka pada Rabu sore pukul 16.00. Kendati demikian, jalur tersebut masih rawan untuk dilalui karena masih ada retakan tanah di atas tebing yang berpotensi runtuh dan menjadi longsor susulan.
Sekretaris Desa Wonolelo Triyanto mengatakan, karena belum memiliki solusi mengatasi kondisi tersebut, untuk sementara jalan hanya dibuka satu jalur di sisi yang tidak berdekatan dengan tebing. ”Setidaknya, setiap kendaraan yang datang melintas nantinya tidak akan berada tepat di bawah tebing,” ujarnya, Rabu (13/1/2021).
Selain itu, warga Desa Wonolelo juga akan ikut berjaga mengamankan jalan. Ketika turun hujan lebih dari satu jam, warga akan berjaga, mengingatkan pengendara kendaraan akan bahaya longsor dan meminta mereka menempuh jalan melalui desa lain.
Solusi mengatasi bahaya longsor susulan tersebut nantinya baru akan diputuskan pada Kamis (14/1/2021) bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang. Sebelumnya, terpikir solusi dengan cara meruntuhkan rekahan di tebing. Namun, hal itu belum bisa dilakukan karena dinilai tidak cukup efektif mencegah adanya potensi longsor susulan.
Ketinggian tebing mencapai sekitar 20 meter dari jalan. Longsor yang terjadi pada Rabu pukul 09.00 tersebut sempat menutup jalan sepanjang 25 meter dengan ketebalan tanah berkisar 1,5-2 meter. Adapun panjang retakan tanah yang masih ada di atas bukit berkisar 20-25 meter.
Di atas retakan tanah tersebut terdapat lahan tanaman cabai seluas 1.000 meter persegi. Kendati demikian, jenis tanaman yang ditanam di atas tidak memicu longsor. ”Apa pun jenis tanaman yang ditanam di atas, tanaman keras sekalipun, semua tebing yang ada di sini (Desa Wonolelo) memang cenderung rawan longsor,” ujar Triyanto.
Pada Selasa (12/1/2021) hujan turun sejak siang hingga malam. Hingga Selasa malam sekitar pukul 22.00, terpantau telah terjadi delapan titik longsoran, yang kemudian disusul satu titik longsoran baru pada Rabu (13/1) pukul 09.00.
Di satu titik longsor di Dusun Windusajan, Desa Wonolelo, longsoran tanah telah menimbun dua pengendara sepeda motor. Seorang di antaranya mengalami luka-luka, dan satu orang lainnya tewas.
Kepala Kepolisian Sektor (Polsek) Sawangan Ajun Komisaris Tugimin mengatakan, karena wilayah Desa Ketep hingga Desa Wonolelo memang termasuk sebagai daerah rawan longsor. Oleh karena itu, saat turun hujan deras, setiap pengemudi dan pengguna kendaraan disarankan untuk tidak melewati jalur di dua desa tersebut.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, pihaknya masih perlu melakukan kajian lebih lanjut untuk menemukan cara untuk mencegah bahaya longsor susulan yang terjadi di Desa Wonolelo. ”Karena jalan yang ada di bawah tebing adalah jalan provinsi, kami juga perlu membicara upaya penanganan lebih lanjut dengan Dinas Bina Marga Jawa Tengah,” ujarnya.
Derasnya hujan yang berlangsung sejak Selasa hingga Rabu ini menyebabkan 34 kejadian longsor di tujuh kecamatan di Kabupaten Magelang. Selain menimbun jalan, sebagian kejadian mengancam rumah-rumah warga.