Sepasang Pengantin Baru Itu Hilang Dalam Pelukan Langit
Kecelakaan pesawat yang menimpa Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak merenggut kebahagiaan banyak keluarga. Dukungan pun terus mengalir bagi keluarga korban agar mereka tetap kuat.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
Mulyadi-Makrufatul Yeti Srianingsih baru menikah sebulan lalu. Mereka sempat mengecap bahagia ketika Makrufatul mengabari bahwa dirinya telah mengandung dua pekan. Namun, mereka kini hilang ditelan langit.
Pesawat yang mereka tumpangi, Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak, hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021). Mulyadi dan Makrufatul atau biasa dipanggil Fatul saat itu hendak pulang ke Pontianak setelah melakukan perjalanan bisnis. Kehilangan mereka menjadi pukulan berat bagi keluarga.
Minggu (10/1/2021) malam, sehari setelah kabar pesawat mereka jatuh, adik Mulyadi, Slamet Bowo Santoso, menggelar Yasinan di Sekretariat Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI) di Pontianak, Kalimantan Barat. Yasinan dihadiri beberapa kerabat dan sahabat. Mulyadi sebelumnya aktif dalam organisasi ini.
Selain memanjatkan doa, teman-teman dan kerabat juga memeluk Bowo untuk menguatkan dia. Bowo pun tak kuasa menahan air mata tatkala menerima pelukan dari teman-temannya yang hadir di situ.
Menurut Bowo, keluarganya terutama yang tinggal di Kabupaten Sintang awalnya tidak mengetahui Mulyadi dan sang istri pergi ke Jakarta. Pihak keluarga baru mengetahui Mulyadi dan istri ternyata berada di Jakarta setelah menerima kabar kecelakaan pesawat, Sabtu lalu.
”Kami tahunya Bang Mul mau pergi ke Jakarta pada 15 Januari. Setelah kami konfirmasi, ternyata Bang Mul pergi ke Jakarta awal pekan lalu dalam rangka perjalanan bisnis,” kata Bowo.
Mulyadi dan sang istri, Makrufatul Yeti Srianingsih, baru saja melangsungkan pernikahan pada 20 November di Pontianak. Kemudian, perayaan juga dilaksanakan di Kabupaten Sintang pada 29 November.
Mulyadi sempat menghubungi ibundanya di Sintang, Jumat (8/1/2021) pekan lalu, untuk memberi tahu bahwa sang istri hamil berusia dua minggu. ”Keluarga di Sintang bahagia mendengar kabar bahwa istri Bang Mul sudah hamil. Rasanya baru kemarin berkomunikasi dengan Abang,” ungkap Bowo.
Namun, kebahagiaan itu terpenggal saat keluarga mendapati kenyataan bahwa Mulyadi dan istri menjadi bagian dari penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang hilang.
Keluarga di Sintang bahagia mendengar kabar bahwa istri Bang Mul sudah hamil. Rasanya baru kemarin berkomunikasi dengan Abang. (Slamet Bowo Santoso)
Saat mendapatkan data manifes, awalnya keluarga tidak percaya. Keluarga masih berpegangan bahwa Mulyadi berangkat ke Jakarta tanggal 15 Januari. ”Namun, setelah mendapatkan informasi dari keluarga di Pontianak, hampir dipastikan Mulyadi dan istri merupakan penumpang pesawat tersebut,” kata Bowo.
Kabar itu membuat orangtua Mulyadi lantas datang dari Kabupaten Sintang ke Pontianak. Mereka ke posko krisis untuk pengambilan sampel DNA guna pemeriksaan antemortem. Adapun Bowo dan beberapa keluarga lain berangkat ke Jakarta pada Senin (11/1/2021) ini untuk memastikan dan mengecek kondisi di sana.
”Pahit memang, tetapi insya Allah kami terima apa pun yang terjadi,” ungkap Bowo.
Selama ini Mulyadi dikenal keluarga sebagai sosok yang memiliki tekad kuat dalam visi hidupnya. Pada 2011, dia ke Jakarta dengan apa pun risikonya. Ia menyelesaikan S-2. Dia juga sempat menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar HMI pusat pada 2016-2018.
Muhammad Yusuf, senior Mulyadi di HMI yang juga Ketua Umum Korps Alumni HMI (KAHMI) Kalbar, menuturkan, ia sudah mengenal Mulyadi sejak Mulyadi masih aktif di HMI. Dia berkader di HMI cabang Sintang sekitar tahun 2002.
Yusuf sudah menganggap Mulyadi sebagai adik sendiri. Yusuf mengenal Mulyadi sebagai sosok yang apa adanya, sederhana, tegas, dan santun terhadap senior. Selain itu, dia juga peduli dan mengayomi adik-adik.
Yusuf terakhir berkomunikasi dengan Mulyadi saat Mulyadi menikah. Mulyadi sempat beberapa kali ke rumah Yusuf meminta Yusuf sebagai juru pengundang. ”Setelah itu, ada komunikasi lagi, tetapi hanya menanyakan kabar,” kata Yusuf.
Yusuf mendengar kabar bahwa pesawat yang ditumpangi Mulyadi hilang kontak pada Sabtu sore. Ia dihubungi seorang teman bahwa pesawat Sriwijaya Air SJ-182 hilang kontak. Di dalam manifes terdapat nama Mulyadi beserta istri.
”Saya syok, bercampur sedih, tidak percaya. Setelah tenang saya berusaha mengonfirmasi lagi di beberapa grupWA dan media daring ternyata kuat dugaan bahwa hal itu betul,” ujarnya.
Hingga Minggu (10/1/2021) sore, duka keluarga korban tragedi pesawat Sriwijaya Air SJ-182 masih terlihat di posko krisis Graha Chandra Dista Wiradi di sekitar Bandara Supadio, Pontianak. Isak tangis keluarga korban yang menunggu informasi perkembangan pencarian korban masih terlihat.
Seorang ibu, dengan langkah yang lemah, perlahan keluar dari posko seusai pengambilan sampel DNA, Minggu sore. Ia adalah ibu dari salah satu penumpang pesawat bernama Dinda Amelia.
Ibu tersebut sempat duduk di depan posko, menitikkan air mata sembari memandangi foto Dinda di telepon genggam. Sesekali ia memanggil Dinda dengan suara lirih meminta Dinda pulang. Langkah ibu itu lemah berjalan menuju mobil untuk pulang.
Rasa simpati pun mengalir dari segala penjuru. Sebagian ada yang turut meringankan beban dengan menyediakan layanan psikologi, ada yang datang menghibur, menyiapkan makanan dan minuman, hingga doa bagi para penumpang pesawat dan juga keluarganya. Semoga para korban mendapatkan tempat yang terbaik dalam pelukan langit.