Meski pandemi Covid-19, sejumlah masyarakat masih peduli untuk berbagi dengan sesamanya lewat aksi donor darah. Mereka tidak pandang bulu untuk siapa darahnya nanti diberikan, mereka hanya ingin berbagi.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·5 menit baca
Dorongan untuk berbagi tetap menggelora meski pandemi Covid-19 masih membayangi awal 2021 ini. Tidak hanya uang atau harta, tapi juga bagian dari diri sendiri, yakni darah. Tanpa memilah dan memilih penerima bantuan, para donor hanya berharap darahnya bisa menyelamatkan sesama.
Bersama putrinya yang masih duduk di bangku sekolah dasar, Martin (43), yang sehari-hari pengemudi ojek daring Gojek, mendatangi kantor Kelurahan Purwokerto Wetan, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (3/1/2021), sekitar pukul 10.40 WIB. Martin ingin sekali berpartisipasi dalam kegiatan donor darah di kantor kelurahan yang digelar PMI Kabupaten Banyumas.
Setelah mencuci tangan, ia mendaftar dan menjalani pemeriksaan kesehatan awal, seperti pengecekan suhu tubuh, pemeriksaan tekanan darah, serta pemeriksaan hemoglobin. Setelah dinyatakan sehat, bapak empat anak ini langsung menuju dipan, berbaring, dan mengulurkan lengan tangannya untuk ditusuk jarum.
”Dulu sewaktu bapak saya operasi sekitar tahun 1995, butuh donor darah. Sulit sekali rasanya mencari donor darah. Mulai saat itu saya putuskan untuk rutin donor darah demi menolong sesama,” kata Martin.
Sang ayah saat itu menderita sakit diare, tapi kemudian diketahui ada peradangan usus sehingga harus operasi dan butuh banyak darah. Saat itu keluarga kesulitan mencari darah, akhirnya dia sendiri yang menjadi donor bagi ayahnya.
”Saya ingin menolong sesama. Jangan sampai ada orang yang kesulitan mencari darah hanya gara-gara dia tidak mampu,” kata Martin, yang rutin berdonor berkisar 2-3 bulan sekali.
Pandemi Covid-19 bukan halangan bagi Martin untuk berbagi. Ia tidak ragu untuk mendonorkan darah karena petugas PMI Kabupaten Banyumas dan dirinya berupaya sedisiplin mungkin menerapkan protokol kesehatan untuk menghindari penularan Covid-19.
”Meski ada Covid-19, saya tidak takut asal jaga protokol kesehatan,” ujarnya.
Martin menyelesaikan rangkaian donor darah sekitar pukul 11.03. Hanya dengan meluangkan waktu sekitar 28 menit, Martin merasa bahagia bisa mendonorkan darahnya demi sesama.
Saya ingin menolong sesama. Jangan sampai ada orang yang kesulitan mencari darah hanya gara-gara dia tidak mampu. (Martin)
Hal serupa disampaikan Ina Kristanti (41) dan suaminya, Sugeng Waluyo (51), yang turut mendonorkan darahnya. ”Pada dasarnya kami ingin memberikan sesuatu kepada masyarakat yang membutuhkan darah, dan kebetulan kami bisa,” kata Sugeng, yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang.
Selain demi keselamatan sesama, menurut Sugeng, tubuhnya juga terasa lebih segar dan sehat setiap kali selesai mendonorkan darahnya. Ada perasaan bahagia saat ia berhasil mendonorkan darah. Sebaliknya, jika tidak berhasil, dia merasa sedih.
Sebelum mendonorkan darahnya, Sugeng mempersiapkan diri sepekan sebelumnya untuk benar-benar menjaga kesehatan serta asupan gizi. ”Dulu pernah beberapa kali gagal atau tidak bisa mendonorkan darah karena Hb (hemoglobin) rendah. Ternyata harus makan-makanan yang bergizi dan menjaga kesehatan sebelum donor,” tuturnya.
Perawat PMI Kabupaten Banyumas Widyatmoko menyampaikan, orang yang diperkenankan mendonorkan darahnya harus memiliki tensi normal, yaitu 120/80 atau batas maksimal 160/100 atau batas minimal 100/60. Hemoglobin minimal 12,5 atau maksimal 17,0.
”Selain itu, kondisi tubuh sehat, tidurnya cukup, lebih dari 6 jam dan tidak sedang mengonsumsi obat 2 x 24 jam,” tutur Widyatmoko. Adapun dari segi pencegahan penularan Covid-19, warga yang baru bepergian dari luar kota tidak boleh menjadi donor.
Donor menurun
Koordinator Lapangan Mobil Unit PMI Banyumas Devin Eko Santosa menyebutkan, akibat pandemi, jumlah donor darah di satu unit mobil PMI memang menurun sekitar 50 persen, dari biasanya berkisar 40-50 orang menjadi hanya sekitar 25 orang per hari. Setiap hari ada empat tim yang berkeliling ke seluruh wilayah di Banyumas guna melayani donor darah dan ditargetkan per hari minimal mendapatkan 150 kantong darah.
Akibat pandemi, jumlah pendonor darah di satu unit mobil PMI memang menurun sekitar 50 persen. (Devin Eko Santosa)
Ada 8-10 rumah sakit se-Banyumas yang dilayani PMI. Setiap hari, kebutuhannya berkisar 200-300 kantong darah. ”Karena stoknya terbatas, jika ada rumah sakit yang misalnya butuh 70 kantong darah, kami sediakan dulu 40 kantong misalnya,” kata Devin.
Selain rutin menggelar layanan donor darah di tempat publik seperti pusat perbelanjaan, tempat ibadah, dan kantor-kantor instansi, PMI juga memberikan sosialisasi dan ajakan lewat media sosial untuk berdonor. Masyarakat yang telah sembuh dari Covid-19 juga bisa mendonorkan plasma konvalesen untuk pasien yang masih berjuang melawan Covid-19.
”Ayo masyarakat Banyumas donor untuk menyelamatkan sesama dan untuk kesehatan kita bersama,” ajak Devin.
Dalam kegiatan donor darah kerja sama Kelurahan Purwokerto Wetan, PMI Banyumas, dan Gereja Katolik Santo Yosep Purwokerto tersebut, hingga pukul 11.10 telah didapat 34 kantong darah. Namun, ada 16 orang yang gagal mendonorkan darah karena tidak memenuhi persyaratan.
Lurah Purwokerto Wetan Sugeng Wahyu Jatmiko menyebutkan, donor darah ini menjadi sarana untuk mengembangkan semangat toleransi antarumat beragama sekaligus memperjuangkan kemanusiaan.
”Dari kegiatan ini, kami di lingkungan masyarakat Purwokerto Wetan bisa saling berbagi kegiatan sosial, menjaga toleransi antarumat beragama dan berbuat demi kemanusiaan. Kami tahu saat ini persediaan donor darah sudah terus menipis,” papar Sugeng.
Seperti diberitakan Kompas (18/9/2020), Ketua Umum PMI Jusuf Kalla dalam perayaan secara virtual HUT Ke-75 PMI, Kamis (17/9/2020), mengatakan, PMI setidaknya membutuhkan lima juta kantong darah untuk memenuhi kebutuhan nasional selama setahun. Pandemi Covid-19 membuat ketersediaan kantong darah PMI menurun.
Dalam setahun dibutuhkan sekitar 2 persen dari jumlah penduduk Indonesia untuk menjadi pendonor. Kalla menilai, selama ini, TNI dan Polri membantu PMI untuk mengatasi kekurangan stok melalui donor darah dari para anggota mereka. Namun, PMI tetap sangat membutuhkan donor darah dari masyarakat.
Bahkan, pemberitaan Kompas (6/9/2020) menyebutkan, beberapa tahun terakhir persediaan darah di Indonesia masih kurang. Menurut data Kementerian Kesehatan, produksi darah tahun 2016 sebanyak 4,2 juta kantong darah. Jika mengacu pada standar minimal WHO, yaitu persediaan kantong darah di tiap negara harus 2 persen dari total penduduk, kebutuhan darah di Indonesia mencapai 5,2 juta kantong.
Disebutkan pula bahwa kegiatan donor darah belum menjadi kebiasaan banyak warga Indonesia. Hal ini terlihat dari hasil jajak pendapat Kompas pada Agustus lalu. Hampir 60 persen warga mengaku tidak pernah mendonorkan darah. Selebihnya, 22,3 persen responden hanya sesekali jika ada acara donor darah. Mereka yang rutin berdonor hanya 12,1 persen.
Adapun 28,7 persen responden mengaku takut jarum suntik dan khawatir tertular penyakit. Alasan terbanyak kedua, 22,9 persen responden tidak tahu cara berdonor darah walau sebenarnya ingin melakukannya. Padahal, akses warga untuk berdonor darah cukup baik. Data 2016 menunjukkan jumlah Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (UTD PMI) di Indonesia mencapai 421 unit atau setara dengan 81,9 persen dari total 514 kabupaten kota (Kompas, 6/9/2020).
Martin, Ina Kristanti, dan Sugeng Waluyo menjadi segelintir orang yang setia berbagi darahnya bagi sesama. Saat stok darah di PMI menipis kala pandemi, kepedulian mereka untuk berbagi menjadi nyala asa bagi yang membutuhkan.