7.450 Warga Terisolasi, Jalan Darurat Segera Dibangun di Malang
Jembatan Druju yang berada di akses utama warga di delapan dusun di Desa Pondokagung menuju ibu kota Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Jawa Timur, runtuh. Saat ini tengah dibangun jalan alternatif sementara.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Pemerintah daerah sepakat membangun jalan alternatif darurat menyusul runtuhnya Jembatan Druju di Desa Pondokagung, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (6/1/2021) petang. Jembatan tersebut merupakan akses utama 7.450 warga delapan dusun di desa tersebut ke pusat kota.
Beberapa dusun yang terisolasi di antaranya Sambirejo, Gocok, Sumberejo, Rekesan, Gobet, dan Mendalan. Warga tidak bisa mengakses jalan lain karena di sisi selatan dusun terdapat Sungai Konto selebar lebih dari 50 meter. Adapun di sisi utara terdapat lahan milik Perhutani.
”Yang memungkinkan dibuat saat ini, ya, jalan alternatif. Kalau menunggu pembangunan jembatan baru butuh waktu lama. Yang penting saat ini bagaimana ekonomi warga berjalan,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Bambang Istiawan di lokasi.
Menurut Bambang, jalan alternatif di dekat jembatan yang rusak menggunakan lahan milik warga dengan lebar 4-6 meter. Saat ini, jalan tersebut tengah dibangun secara gotong royong oleh TNI, BPBD, Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Malang, dan warga.
Camat Kasembon Kasiyanto mengatakan, selain Jembatan Druju sebenarnya ada jembatan Siman yang memutar menuju Kecamatan Kepung di Kabupaten Kediri. Namun, jembatan itu rusak oleh lahar Gunung Kelud beberapa tahun lalu.
”Jembatan Siman sudah diperbaiki dengan bronjong dan bisa digunakan untuk sepeda motor, tetapi rusak lagi. Praktis saat ini tidak ada jalan lain,” kata Kasiyanto seusai rapat bersama BPBD, pihak Musyawarah Pimpinan Kecamatan Kasembon, dan pihak desa terkait langkah darurat penanganan robohnya Jembatan Druju.
Dalam rapat di rumah Kepala Dusun Druju itu muncul beberapa alternatif yang mengemuka untuk penanganan darurat, yakni membuat jembatan sementara, jalan alternatif darurat, sembari menunggu pembangunan jembatan permanen.
Kepala Desa Pondokagung Soetrisno mengatakan, yang memungkinkan dibuat adalah jembatan atau jalan alternatif dengan alasan biaya, waktu, dan keamanan.
”Saya mohon yang punya lahan, karena ini darurat, yang punya lahan agar mengikhlaskan lahannya dipakai sementara untuk kepentingan masyarakat. Soal biaya, harapannya nanti ditanggung oleh pemerintah kabupaten,” ujar Soetrisno.
Dari pengamatan Kompas, jembatan permanen itu runtuh akibat fondasinya tergerus air. Menurut warga, hujan deras turun sejak sekitar pukul 15.00 hingga pukul 20.00. Tidak hanya air, hujan juga disertai angin cukup kencang pada sore hari.
”Banyak warga yang Rabu malam tidak bisa pulang karena jembatan runtuh. Mereka terpaksa menginap di rumah warga yang lain atau teman,” kata Abdul Rochim (65), warga Kasembon.