Jembatan Musi VI Dibuka, Sempitnya Jalan Akses Masih Jadi Kendala
Jembatan Musi VI Palembang sudah bisa dilalui warga, Rabu (6/1/2021) sore, tetapi hanya terbatas untuk mobil dan motor pribadi. Sempitnya jalan akses menuju jembatan masih menjadi kendala utama.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Jembatan Musi VI Palembang sudah bisa dilalui warga, Rabu (6/1/2021) sore, tetapi hanya terbatas untuk mobil dan sepeda motor pribadi. Sempitnya jalan akses menuju jembatan masih menjadi kendala utama. Kondisi itu dikhawatirkan akan memunculkan titik kemacetan baru.
Ratusan sepeda motor dan mobil melintas untuk ”menyicipi” jembatan yang baru diresmikan pada Rabu (30/12/2020). Warga tampak antusias melihat dari dekat jembatan sepanjang 925 meter tersebut. Tak jarang warga berhenti di tengah jembatan untuk sekadar berfoto.
Petugas kepolisian dan dinas perhubungan terus mengingatkan warga agar tidak berhenti di tengah jembatan yang bernilai Rp 548 miliar tersebut. Aktivitas itu dikhawatirkan dapat menimbulkan kepadatan kendaraan yang bisa mengganggu arus lalu lintas.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan Darma Budhi, Rabu (6/1), menerangkan, secara keseluruhan, jembatan ini sudah bisa dilalui. Terkait uji kelaikan, lanjut Darma, pihaknya belum menerima sertifikat uji kelaikan dari Komisi Keselamatan Jembatan dan Terowongan (KKJT), tetapi sudah ada salinannya.
Sampai sertifikat uji kelaikan dari KKJT diterbitkan, untuk sementara, pihaknya melarang kendaraan bertonase berat melintasi jembatan. ”Jika sertifikat sudah kami terima, kendaraan berat baru bisa melintas. Kemungkinan sertifikat akan terbit paling lambat satu bulan ke depan,” ucapnya.
Kepala Proyek Pembangunan Jembatan Musi VI Meisyal menuturkan, setelah melalui tahapan uji beban pada 22 Desember 2020, jembatan ini sudah terbukti cukup kuat menahan beban truk dengan kapasitas sumbu hingga 12 ton. Meski demikian, pihaknya tetap menunggu sertifikat dari KKJT sebagai jaminan.
Pihaknya harus tetap menunggu sertifikat dari KKJT sebagai jaminan.
Darma menuturkan, secara keseluruhan, proses pembangunan sudah rampung. Pihak kontraktor tinggal membenahi pekerjaan minor, seperti hiasan tanjak di sebelah hulu jembatan dan rambu yang perlu dipasang.
Masih sempit
Selain itu, pemerintah juga masih berupaya merampungkan pembangunan jalan akses di kedua sisi jembatan agar arus lalu lintas bisa lebih lancar. Pantauan Kompas, jalan akses menuju jembatan baik dari hilir, yakni Jalan Faqih Usman Kecamatan Seberang Ulu I Palembang, maupun di bagian hulu jembatan, yakni Jalan Sultan Muhammad Mansyur Kecamatan Ilir Barat II, masih sempit.
Kedua jalan tersebut hanya memiliki lebar sekitar 6 meter. Padahal, idealnya, ujar Darma, jalan akses harus selebar 8 meter. Karena itu, pelebaran jalan terus diupayakan.
Untuk di bagian hulu, lanjut Darma, pihaknya hampir merampungkan proses pembebasan lahan dan penimbunan. Panjang jalan penghubung antara jembatan dan jalan nasional Jalan Wahid Hasyim sekitar 700 meter. Dari jumlah itu, sekitar 290 meter di antaranya sudah ditimbun, sisanya akan disusulkan karena statusnya masih belum bebas. ”Dalam waktu dekat, jembatan dan jalan nasional di bagian hulu sudah tersambung.
Namun, ujar Darma, permasalahan utama berada di kawasan hilir. Proses pelebaran jalan masih harus didahului dengan dengan pembebasan lahan di kanan-kiri jalan. Lebar jalan saat ini masih 5 meter, sementara dibutuhkan jalan setidaknya selebar 8 meter.
Dengan jarak sekitar 2,3 kilometer antara jembatan dan jalan nasional, yakni Jalam Demang Lebar Daun, estimasi biaya yang diperlukan untuk pembebasan lahan bisa mencapai Rp 140 miliar. Anggaran pembebasan lahan itu masih diusulkan.
”Itu baru pembebasan, belum pembangunan sarana dan prasarana jalan,” ujarnya. Karena itu, proses pembenahan jalan akses akan dikerjakan secara bertahap.
Kepala Dinas Perhubungan Sumatera Selatan Nelson Firdaus menuturkan, dalam satu minggu ke depan, pihaknya masih memantau pergerakan lalu lintas di sekitar jembatan. ”Kami masih melihat titik mana saja yang bisa memunculkan kemacetan,” ujarnya.
Dari hasil evaluasi tersebut akan diambil sejumlah langkah lanjutan berupa rekayasa lalu lintas. Misalnya dengan menentukan lokasi putar balik yang jauh dari jembatan atau dengan menerapkan lajur satu arah di salah satu jalan akses. ”Jangan sampai nantinya ada titik kemacetan baru,” ujar Nelson.
Walau demikian, lanjut Nelson, keberadaan jembatan ini diharapkan bisa menjadi solusi untuk memecah kepadatan kendaraan di Jalan Sudirman dan Jembatan Ampera. ”Walau Jembatan Ampera masih menjadi urat nadi lalu lintas di Kota Palembang, setidakmya beban jembatan sudah berkurang,” ucapnya.