Jembatan Musi VI untuk Pemerataan Kawasan Hulu dan Hilir Kota Palembang
Jembatan Musi VI Palembang diresmikan, Rabu (30/12/2020) malam. Jembatan keempat yang menghubungkan kawasan hulu dan kawasan hilir Palembang ini diharapkan bisa mengurangi beban Jembatan Ampera.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Jembatan Musi VI Palembang, Sumatera Selatan, diresmikan, Rabu (30/12/2020) malam. Jembatan keempat yang menghubungkan kawasan hulu dan kawasan hilir Kota Palembang itu diharapkan bisa mengurai kemacetan di jalan protokol Palembang dan mengurangi beban Jembatan Ampera yang sudah berusia 55 tahun.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru seusai meresmikan Jembatan Musi VI menuturkan, pembangunan jembatan bertujuan merealisasikan pemerataan pembangunan antara kawasan hulu dan hilir Palembang. ”Masyarakat yang tinggal di kawasan hulu berhak memperoleh pelayanan yang sama dengan warga yang tinggal di kawasan hilir,” katanya.
Jembatan yang dibangun 2015-2020 ini menghubungkan Jalan Faqih Usman, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang, di kawasan hulu dan Jalan Sultan Muhammad Mansyur, Kecamatan Ilir Barat II, di kawasan hilir. ”Ini menjadi kado akhir tahun bagi masyarakat Sumatera Selatan,” kata Herman.
Jembatan yang mengusung konsep jembatan pelengkung (arch bridge) itu kian indah dengan terpasangnya 1.527 lampu hias. Tak ayal jembatan ini menjadi obyek wisata baru di Palembang. Permainan lampu tersebut dapat dinikmati dari kawasan Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang.
Pembangunan jembatan menelan anggaran hingga Rp 548 miliar. Tuntasnya pembangunan jembatan, ujar Herman, juga mewujudkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan sarana infrastruktur di Sumsel.
Memang pada tahun 2020, ujar Herman, pembangunan infrastruktur di Sumsel sempat tersendat karena adanya refokusing dan realokasi anggaran. Tahun 2021 diharapkan pembangunan infrastruktur bisa semakin gencar. ”Tinggal usulkan saja sarana infrastruktur yang perlu dibenahi. Sebisa mungkin kita akan bantu,” ucapnya.
Pembangunan jembatan menelan anggaran hingga Rp 548 miliar.
Selain Jembatan Musi VI, pemerintah juga sudah membangun 11 jembatan lain yang tersebar di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Palembang, Banyuasin, dan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Jembatan dibangun untuk membuka akses bagi masyarakat dan menciptakan geliat perekonomian di daerah tersebut.
Herman berharap masyarakat dapat memelihara sarana infrastruktur ini sehingga dapat mencapai usia minimal 50 tahun. Ketahanan jembatan itu bisa saja tidak tercapai jika masyarakat tidak turut berperan menjaganya.
Wali Kota Palembang Harnojoyo menuturkan, keberadaan Jembatan Musi VI diharapkan dapat mengurangi beban Jembatan Ampera yang sudah berusia 55 tahun. Berdasarkan pembicaraan dengan Pemerintah Jepang, di ”Negara Sakura” jembatan yang berusia lebih dari 50 tahun sudah harus dirombak. Melihat fakta tersebut, Jembatan Ampera perlu dirawat secara maksimal, termasuk dengan mengurangi jumlah kendaraan yang melintas.
Sebelum Jembatan Musi VI beroperasi, sudah ada Jembatan Musi IV yang dibuka pada 2018. ”Hadirnya kedua jembatan ini dapat mengurangi kendaraan yang melintas di Jembatan Ampera,” ucap Harnojoyo.
Menurut rencana, setiap malam Minggu, Jembatan Ampera akan ditutup dan dijadikan pusat kuliner. Langkah itu untuk meneruskan program serupa yang sudah diterapkan di Jalan Sudirman Palembang.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga Sumatera Selatan Darma Budi menuturkan, sebelum diresmikan, sejumlah tahapan uji coba sudah dilakukan, termasuk uji beban. Saat ini, pihaknya sedang menunggu izin kelayakan dari Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan.
Sejak awal pembangunan, pemerintah terkendala pembebasan jalan akses jembatan lantaran ada sejumlah persil tanah milik masyarakat baik berupa tanah kosong maupun rumah penduduk yang tidak dilepas karena kesepakatan harga lahan antara pemerintah dan pemilik lahan tidak tercapai.
”Padahal, kami sudah menawarkan harga lahan jauh di atas harga pasar. Namun, masyarakat masih menginginkan harga yang lebih dari itu, bahkan ada yang meminta hingga tujuh kali lipat,” ucap Darma.
Sebelumnya, Kepala Proyek Pembangunan Jembatan Musi VI Meisyal mengatakan, model dari jembatan ini adalah jembatan pelengkung yang lebih sederhana, tetapi memiliki bentang yang lebih panjang dibandingkan dengan jembatan biasa. ”Dari sisi daya tahan, jembatan ini bisa berusia hingga 100 tahun,” ujarnya.