Libur Natal dan Tahun Baru, Obyek Wisata di DIY Siap Jalankan Protokol Kesehatan
Sejumlah obyek wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta berkomitmen untuk menjalankan protokol kesehatan saat libur Natal dan Tahun Baru. Sebagian obyek wisata bahkan membatasi jumlah pengunjung untuk menghindari kerumunan.
Oleh
HARIS FIRDAUS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
·5 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Sejumlah obyek wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta berkomitmen untuk menjalankan protokol kesehatan selama masa libur Natal dan Tahun Baru. Untuk memastikan protokol kesehatan diterapkan dengan baik, sebagian obyek wisata bahkan membatasi jumlah pengunjung untuk menghindari terjadinya kerumunan.
Pembatasan jumlah pengunjung itu, antara lain, diterapkan di Candi Prambanan, Kabupaten Sleman, DIY. Sekretaris Perusahaan PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Emilia Eny Utari mengatakan, jumlah pengunjung Candi Prambanan saat ini dibatasi 3.500 orang per hari.
”Untuk masa liburan Natal dan Tahun Baru, kuota pengunjung di Candi Prambanan tidak ada penambahan. Jadi, masih 3.500 orang per hari,” ujar Emilia saat dihubungi, Senin (21/12/2020).
Emilia menuturkan, kuota jumlah wisatawan di Candi Prambanan itu diputuskan oleh Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY. Dia menyebut, PT TWC selaku pengelola Candi Prambanan selalu mengikuti ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY. ”Kami tidak bisa melakukan hal-hal di luar kebijakan yang diputuskan gugus tugas provinsi,” tuturnya.
Pembatasan jumlah pengunjung itu dilakukan untuk memastikan protokol kesehatan pencegahan penularan penyakit Covid-19 bisa diterapkan dengan baik. Sebab, tanpa adanya pembatasan jumlah wisatawan, dikhawatirkan terjadi kerumunan di area obyek wisata sehingga aturan jaga jarak akan sulit diterapkan.
Selain pembatasan jumlah pengunjung, Emilia memaparkan, PT TWC juga akan memastikan para wisatawan yang datang ke Candi Prambanan benar-benar menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Oleh karena itu, pengunjung yang ingin masuk ke Candi Prambanan harus memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak satu sama lain, serta menjalani pengukuran suhu tubuh.
Emilia menambahkan, Candi Prambanan sudah mendapatkan sertifikat kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan (clean, health, safety, and environment/CHSE). Sertifikat dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu menjadi salah satu sarana untuk memastikan penerapan protokol kesehatan secara ketat di Candi Prambanan.
Candi Prambanan juga sudah dilengkapi dengan sejumlah fasilitas untuk mendukung penerapan protokol kesehatan. Fasilitas itu, misalnya, tempat cuci tangan dan rambu-rambu untuk mengingatkan pengunjung agar menjaga jarak.
Selain itu, disiapkan pula petugas untuk mengawasi penerapan protokol kesehatan oleh para wisatawan. Apabila ada wisatawan yang kurang disiplin menjalankan protokol kesehatan, petugas akan mengingatkan.
”Kami sangat mengutamakan protokol kesehatan. Jadi, semua wisatawan yang masuk harus menerapkan protokol kesehatan, misalnya jaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan. Itu wajib,” ungkap Emilia.
Emilia memaparkan, selama beberapa waktu terakhir, jumlah wisatawan yang datang ke Candi Prambanan berkisar 700 sampai 1.000 orang pada hari biasa serta 2.000-3.000 orang pada akhir pekan. Jumlah pengunjung itu masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah wisatawan sebelum adanya pandemi Covid-19.
”Kalau sebelum pandemi Covid-19, jumlah pengunjung Candi Prambanan itu bisa 5.000 sampai 6.000 orang pas hari biasa. Sementara pas weekend (akhir pekan) bisa sampai 10.000 orang pengunjung per hari,” kata Emilia.
Untuk masa liburan Natal dan Tahun Baru, kuota pengunjung di Candi Prambanan tidak ada penambahan. Jadi, masih 3.500 orang per hari. (Emilia Eny Utari)
Tambah petugas
Sementara itu, pengelola obyek wisata Tebing Breksi, Sleman, akan menambah jumlah petugas untuk memastikan penerapan protokol kesehatan selama masa libur Natal dan Tahun baru. Ketua Pengelola Wisata Tebing Breksi Kholiq Widiyanto mengatakan, jumlah petugas yang berjaga di pintu masuk destinasi wisata itu akan ditambah agar pelayanan bisa lebih cepat sehingga wisatawan tak berkerumun.
Petugas di pintu masuk itu bertugas melayani pembelian tiket, mendata identitas pengunjung, dan memeriksa suhu tubuh wisatawan dengan thermo gun. Selain itu, jumlah petugas yang mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan oleh wisatawan juga akan ditambah.
”Di pintu masuk, kami tambah petugas dari biasanya 4-6 orang menjadi 12-15 orang. Ini agar tidak terjadi penumpukan dan timbul kerumunan. Lalu, petugas yang membawa pengeras suara juga kami tambah dari 2 orang menjadi 6 orang. Mereka akan mengingatkan wisatawan untuk selalu jaga jarak dan mengenakan masker,” kata Kholiq.
Kholiq menambahkan, penerapan protokol kesehatan di Tebing Breksi sudah disiapkan jauh-jauh hari. Protokol kesehatan itu mencakup pengukuran suhu, pemasangan instalasi cuci tangan, hingga penerapan jaga jarak fisik.
Menurut Kholiq, para wisatawan yang baru tiba di Tebing Breksi akan langsung dilakukan pengukuran suhu. Selain itu, setiap rombongan wisatawan juga akan dilakukan pendataan menggunakan aplikasi khusus.
Dalam pendataan tersebut, wisatawan akan ditanyai tentang tempat asalnya dan nomor kontak yang bisa dihubungi. Hal itu dilakukan untuk memudahkan tracing atau penelusuran kontak jika muncul kasus positif di destinasi tersebut.
Kholiq menuturkan, selama ini para wisatawan yang datang ke Tebing Breksi sudah memiliki kesadaran yang cukup tinggi dalam menerapkan protokol kesehatan. Hal ini tampak dari mayoritas wisatawan yang telah menggunakan masker. Meski begitu, memang masih ada sedikit wisatawan yang masih harus diingatkan terkait pemakaian masker yang benar.
Kholiq menyatakan, setelah adanya kewajiban tes antigen bagi pelaku perjalanan, jumlah wisatawan yang datang ke Tebing Breksi mengalami penurunan. Dia menyebut, pada akhir pekan lalu, jumlah wisatawan yang datang ke obyek wisata itu hanya sekitar 1.000 orang per hari. Padahal, selama beberapa waktu sebelumnya, jumlah pengunjung Tebing Breksi saat akhir pekan bisa mencapai 2.000 orang per hari.
Oleh karena itu, Kholiq memprediksi kunjungan wisatawan pada libur Natal dan Tahun Baru mendatang juga bakal mengalami penurunan dibandingkan masa liburan beberapa waktu sebelumnya. Dengan kondisi tersebut, pengelola Tebing Breksi pun tak mematok target jumlah wisatawan pada masa liburan mendatang.
”Kami tidak menerapkan target juga. Harapan kami malah kunjungan jangan sampai terlalu ramai. Sebab, selain kami menjaga pengunjung, kami juga harus menjaga diri dan keluarga. Kalau tidak ada pandemi, tentu harapannya pengunjung datang sebanyak mungkin. Tetapi, sekarang ini, yang penting asal jalan saja wisatanya,” ujar Kholiq.
Secara terpisah, Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji mengingatkan agar pengelola destinasi wisata, tempat hiburan, dan pusat perbelanjaan untuk benar-benar menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Kadarmanta menyebut, apabila ditemukan pelanggaran protokol kesehatan di tempat-tempat tersebut, Pemprov DIY tak segan memberikan sanksi.
Salah satu sanksi yang bisa diberikan untuk tempat usaha yang melanggar protokol kesehatan adalah penutupan sementara. ”Kalau ada yang melanggar protokol kesehatan, ya, kami tutup. Kalau ada destinasi wisata, tempat hiburan, mal, dan lain-lain, yang tidak mematuhi protokol kesehatan, tentu akan dilakukan penutupan,” ujar Kadarmanta.