Meski bernama pesta demokrasi, suasana kemeriahan pesta tak tampak di sebagian besar tempat pemungutan suara di Kota Jambi. Pengamat politik memprediksi partisipasi pemilih kali ini lebih rendah.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·2 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Pemungutan suara pada pemilihan kepala daerah serentak kali ini kurang terasa geregetnya. Sebagian besar tempat pemungutan suara sepi. Partisipasi pun diprediksi turun.
Sejak pukul 08.00, aktivitas pemungutan suara di Kota Jambi tidak tampak ada kerumunan signifikan. Sebagian warga memilih tidak datang pagi agar tak menciptakan kerumunan. Namun, ada pula warga yang memilih tidak datang ke TPS karena khawatir tertular virus korona baru.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Syaifudin, Yulfi Alfikri, dan pengamat politik dari Universitas Jambi, M Farisi, menilai ada kecenderungan partisipasi menurun meski belum diketahui persentasenya.
Yulfi menilai sepinya partisipasi disebabkan perubahan jenis kampanye dari kampanye terbuka menjadi tertutup dan dialogis sebagai antisipasi penyebaran virus korona baru. Hal itu didorong pula situasi politik di tingkat nasional.
Sedikit banyak hal tersebut menimbulkan sikap apatis para pemilih dalam menentukan pilihan calon kepala daerahnya. Kondisi itu diperparah oleh pandemi yang menyebabkan masyarakat semakin ragu datang ke TPS. ”Sehingga TPS jadi cenderung sepi. Pilkada seperti kurang bergaung,” katanya, Rabu (9/12/2020).
Sementara itu, Farisi menilai keterbatasan dalam menyosialisasikan pilkada dan kampanye yang kurang optimal menyebabkan gaung pilkada kurang kuat. Selain itu, banyak pula warga memilih untuk tak mencoblos karena merasa tidak cocok dengan pilihan pasangan calon yang ada.
Pilkada di Jambi digelar untuk memilih gubernur dan wakil gubernur Jambi serta kepala daerah di lima wilayah, yakni Kota Sungai Penuh, Kabupaten Bungo, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Hasil penghitungan cepat sementara pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jambi oleh Lingkaran Survei Indonesia dan Charta Politika menunjukkan, pasangan nomor urut 1 Cek Endra dan Ratu Munawaroh serta pasangan nomor urut 3 Al Haris dan Abdullah bersaing ketat. Survei LSI menyebut Cek Endra dan Ratu memperoleh 36,17 persen, sedangkan Charta menghitung 37,75 persen.
Sementara survei LSI atas Al Haris dan Sani menghitung perolehan suara 39,28, sedangkan Charta menghitung perolehannya 37,06 persen. Pasangan nomor urut 2, Fachrori Umar dan Syafril Nursal, di urutan ketiga.
Sementara itu, Orang Rimba di wilayah Kedudung Muda Taman Nasional Bukit Duabelas berjalan keluar rimba untuk turut memilih calon kepala daerah. Dalam pemilihan ini tidak semua Orang Rimba keluar hutan untuk memilih. Tungganai Nggrip, pemimpin Orang Rimba Kedudung Muda, menyebutkan, sebagian undangan untuk memilih belum diterima warganya.
”Tidak dapat undangan (untuk memilih),” kata Gentar, Orang Rimba di wilayah Sako Nini Tuo Mekekal Hilir. Sebagian Orang Rimba juga enggan memilih karena belum tahu siapa saja calon pemimpin mereka.