Ribuan Pencari Kerja Berburu Pekerjaan di Bursa Kerja Sidoarjo
Ribuan pencari kerja di Sidoarjo, berburu lapangan pekerjaan di bursa kerja yang digelar oleh pemda. Kegiatan ini diharapkan mengurangi pengangguran terbuka yang jumlahnya naik tajam sebagai dampak pandemi covid-19.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Ribuan pencari kerja di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, berburu pekerjaan di bursa kerja yang digelar pemerintah daerah. Kegiatan ini diharapkan mengurangi pengangguran terbuka yang jumlahnya mengalami kenaikan tertinggi di Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja Sidoarjo, jumlah pencari kerja yang memanfaatkan bursa kerja hari pertama, Rabu (25/11/2020), mencapai 2.000 orang. Dari jumlah tersebut, 1.000 pencari kerja datang langsung ke lokasi bursa kerja di Balai Latihan Kerja (BLK) Tulangan.
”Sebanyak 1.000 pencari kerja lainnya memanfaatkan bursa kerja melalui sistem dalam jaringan (daring). Ini untuk mencegah terjadinya kerumunan mengingat pandemi Covid-19 belum berakhir,” ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja Sidoarjo Fenny Apridawati.
Fenny mengatakan, jumlah pencari kerja yang mengakses bursa kerja berpeluang bertambah dua kali lipatnya karena kegiatan itu digelar selama dua hari atau Kamis (26/11/2020). Dalam Bursa Kerja Sidoarjo, ada 17 perusahaan besar yang tengah mencari pekerja baru untuk 500 lowongan kerja.
Itu berarti, tingkat persaingan dalam upaya mendapatkan pekerjaan lumayan ketat. Berdasarkan data sementara, mayoritas pelamar kerja adalah lulusan baru dari jenjang sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), maupun sarjana strata satu.
Penjabat Bupati Sidoarjo Hudiyono mengatakan, bursa kerja di tengah pandemi Covid-19 merupakan sebuah terobosan. Awalnya, penyelenggara ragu karena berpotensi memicu kerumunan. Namun, akhirnya hal itu bisa disiasati dengan bursa kerja sistem daring untuk memecah kerumunan.
”Penyelenggaraan bursa kerja ini diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi tingkat pengangguran yang tinggi dan menggerakkan kembali sendi-sendi perekonomian di Sidoarjo,” kata Hudiyono.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Sidoarjo pada Agustus lalu menjadi 10,97 persen dari penduduk usia kerja atau 131.000 orang. Jumlah pengangguran terbuka itu meningkat dibandingkan Agustus 2019 yang hanya 4,62 persen atau 54.000 orang.
Sidoarjo mencatatkan kenaikan tingkat pengangguran terbuka paling tinggi dibandingkan 37 kabupaten dan kota lain di Jatim. Kenaikannya 6,35 persen poin atau 77.000 orang. Ini merupakan rekor kenaikan jumlah pengangguran tertinggi dalam lima tahun belakangan.
Masih berdasarkan data BPS, tingginya kenaikan jumlah pengangguran terbuka di Sidoarjo merupakan dampak pandemi Covid-19. Total terdapat 357.700 penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19, terdiri dari pengangguran karena Covid-19 sebanyak 47.000 orang, bukan angkatan kerja karena Covid-19 (9.600 orang).
Sementara itu, jumlah yang tidak bekerja karena Covid-19 sebanyak 12.900 orang dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19 sebanyak 288.200 orang. Sidoarjo berkontribusi terhadap keadaan ketenagakerjaan di Jatim. Sebagai gambaran, setahun terakhir, pengangguran di Jatim bertambah 466.020 orang, sebanyak 131.000 orang di antaranya merupakan kontribusi dari Sidoarjo.
Padat karya
Sekretaris Daerah Sidoarjo Achmad Zaini mengatakan, beragam upaya dilakukan pemerintah dalam mengatasi dampak pandemi terhadap sektor ekonomi. Salah satunya melalui program padat karya desa untuk menciptakan lapangan kerja dan mengatasi kesulitan ekonomi masyarakat, terutama mereka yang terkena pemutusan hubungan kerja.
Pemkab Sidoarjo melalui APBD-Perubahan telah menganggarkan Rp 37 miliar untuk bantuan keuangan desa yang akan digunakan membiayai program padat karya. Selain itu, anggaran bisa dimanfaatkan untuk membantu pelaku usaha mikro membangkitkan kembali usahanya. Khusus untuk pelaku usaha mikro, bantuan bersifat sosial bukan pinjaman.
Meski demikian, apabila pelaku usaha memerlukan modal yang lebih besar untuk merintis kembali usahanya atau mengembangkan pangsa pasar mereka juga bisa mengakses pinjaman dengan bunga ringan, yakni 3 persen per tahun. Pemkab Sidoarjo menyediakan program subsidi bunga untuk pinjaman modal usaha bagi warganya.
Selain program padat karya melalui bantuan keuangan desa, pemda juga menganggarkan program serupa dari pos anggaran Bantuan Tak Terduga (BTT) sebesar Rp 70 juta per desa. BTT ini disalurkan ke desa-desa yang belum tersentuh oleh program bantuan keuangan atau nilai bantuannya terlalu kecil sehingga tidak signifikan untuk mengatasi dampak ekonomi.