Pembelajaran Tatap Muka di Papua Sesuai Kondisi Sekolah
Pemerintah Provinsi Papua tidak mewajibkan pelaksanaan pembelajaran secara tatap muka di sekolah pada tahun ajaran baru. Sekolah yang siap melaksanakan protokol kesehatan yang diizinkan.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Papua menyatakan, pembelajaran tatap muka pada tahun ajaran baru memerlukan banyak persiapan. Hanya sekolah yang mampu menyiapkan protokol kesehatan dengan baik dapat melaksanakan metode belajar tersebut.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah Provinsi Papua Christian Sohilait, di Jayapura, Senin (23/11/2020). Christian mengatakan, pembelajaran secara tatap muka butuh kesiapan dari setidaknya tujuh instansi.
Adapun tujuh instansi itu adalah Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, Satuan Polisi Pamong Praja, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas Pekerjaan Umum serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
”Setiap instansi berperan penting agar pembelajaran secara tatap muka berjalan aman. Misalnya, dinas kesehatan menyiapkan fasilitas, seperti pengukur suhu badan dan masker, dinas pekerjaan umum menyiapkan fasilitas cuci tangan, dan dinas perhubungan memastikan siswa menggunakan kendaraan umum dengan aman,” papar Christian.
Ia pun menyatakan, Pemprov Papua mendukung adanya surat edaran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim tentang pelaksanaan belajar secara tatap muka di sekolah pada Januari 2021. Hal ini disebabkan pelaksanaan belajar secara daring di Papua belum optimal.
Setiap instansi berperan penting agar pembelajaran secara tatap muka berjalan aman.
Diketahui dari data Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah Provinsi Papua, hanya 34 persen dari 600.000 siswa yang dapat mengakses kegiatan belajar secara daring. Adapun 66 persen siswa hanya mengerjakan tugas dari guru dan membaca buku pelajaran.
”Kami akan berupaya agar pelaksanaan pembelajaran tatap muka berjalan sesuai protokol kesehatan. Tujuannya agar tidak menciptakan kluster baru penyebaran Covid-19 di Papua,” tutur Christian.
Ketua Harus Satgas Pengendalian, Pencegahan, dan Penanganan Covid-19 Provinsi Papua Welliam Manderi mengatakan, pihaknya akan menggelar pertemuan dengan para bupati dan wali kota demi membahas persiapan pembelajaran tatap muka pada Januari mendatang.
”Kami akan membahas pelaksanaan kegiatan belajar tatap muka di Jayapura pada Selasa (24/11/2020) ini. Pertemuan ini bertujuan mengetahui kesiapan daerah untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah sesuai protokol kesehatan. Kami tidak mau anak-anak terpapar Covid-19,” kata Welliam.
Diketahui bahwa angka kumulatif kasus positif Covid-19 di Papua hingga Minggu kemarin mencapai 11.294. Jumlah penderita Covid-19 yang masih dirawat mencapai 2.854 orang, pasien sembuh 8.251 orang, dan meninggal sebanyak 189 orang. Terdapat 16 daerah zona merah Covid-19 di Papua.
Uskup Agats Monsinyur Aloysius Murwito yang berada di Kabupaten Asmat saat dihubungi mengatakan, pihaknya menyetujui pembelajaran secara tatap muka. Sebab, infrastruktur penyedia jasa internet di Asmat belum memadai.
”Kondisi pendidikan di Asmat selama pandemi Covid-19 sangat memprihatinkan. Banyak siswa yang tidak mendapatkan pendidikan dan guru tidak bekerja. Kami berharap pemerintah dapat menyiapkan fasilitas untuk pelaksanaan protokol kesehatan di sekolah. Misalnya masker dan fasilitas untuk mencuci tangan,” tutur Aloysius.
Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Wamena Yemima Kopeuw di Kabupaten Jayawijaya saat dihubungi mengatakan, pihaknya membutuhkan persiapan dan biaya besar untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka sesuai dengan protokol kesehatan. Adapun jumlah siswa di SMP Negeri 1 Wamena sebanyak 884 orang dan guru sebanyak 54 orang, sedangkan jumlah fasilitas untuk mencuci tangan tersedia di 14 titik.
”Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di tengah pandemi hanya bisa dihadiri 20 siswa setiap kelas. Sementara jumlah guru di sekolah kami tidak cukup untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar bagi para siswa secara bergiliran dalam sehari,” ungkap Yemima.