Antisipasi Lonjakan Pengungsi, Dua Lokasi Tambahan Disiapkan di Magelang
Sejumlah titik pengungsian tambahan mulai disiapkan mengantisipasi bertambahnya jumlah pengungsi erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kapasitas tempat pengungsian dibatasi sesuai protokol kesehatan.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sejumlah titik pengungsian tambahan mulai disiapkan mengantisipasi terus bertambahnya jumlah pengungsi erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Warga di lokasi aman juga siap membantu evakuasi hewan ternak milik warga terdampak.
Pendamping Desa Bersaudara Krinjing dan Deyangan, Priyo, Minggu (22/11/2020), mengatakan, saat ini titik pengungsian yang sudah digunakan baru Balai Desa Deyangan. Namun, kini warga mulai menyiapkan dua titik pengungsian lain di SMP Negeri 1 Kota Mungkid dan SMK Ma’arif Kota Mungkid.
”Di Desa Deyangan, total ada 13 titik pengungsian. Titik pengungsian itu sudah dihitung mampu menampung 754 warga tiga dusun di Desa Krinjing yang diperkirakan terdampak erupsi Merapi,” kata Priyo.
Mitigasi bencana erupsi Merapi di Kabupaten Magelang dirancang dengan konsep desa bersaudara. Konsep ini memasangkan desa di kawasan rawan bencana erupsi dengan desa yang berada di kawasan aman.
Misalnya, 116 jiwa dari tiga dusun di Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, yang berjarak kurang dari 5 kilometer (km) dari puncak Merapi mengungsi ke Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, yang berjarak sekitar 30 km dari puncak Merapi. Untuk saat ini, warga yang telah mengungsi baru kaum rentan, yaitu warga lansia, ibu hamil, dan anak balita.
”Jumlah titik pengungsian lebih banyak dari tahun sebelumnya karena ini masa pandemi Covid-19. Satu titik pengungsian hanya diisi 50 persen dari kapasitas asli agar pengungsi tetap bisa menerapkan jaga jarak,” ujar Priyo.
Warga dan pemerintah di Kabupaten Magelang menghadapi tantangan ganda dalam menyediakan lokasi pengungsian pada erupsi Merapi kali ini. Di masa pagebluk, pengungsian tak cukup sekadar menjadi tempat berlindung warga dari bencana, tetapi sekaligus menjadi tempat aman dari penularan Covid-19.
Jumlah titik pengungsian lebih banyak daripada tahun sebelumnya karena ini masa pandemi Covid-19. Satu titik pengungsian hanya diisi 50 persen dari kapasitas asli agar pengungsi tetap bisa menerapkan jaga jarak. (Priyo)
Pantauan di lapangan, 56 bilik di delapan ruang kelas SMP Negeri 1 Kota Mungkin telah selesai dipasang. Adapun di SMK Ma’arif Kota Mungkid sudah disiapkan 48 bilik di gedung mushala. Fasilitas ibadah, juga mandi, cuci, dan kakus sudah disiapkan.
”Kami hanya butuh waktu satu hari untuk menyiapkan tempat pengungsian, asalkan tripleks untuk biliknya sudah diberikan oleh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah),” ucap Priyo.
Sebelumnya, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, saat ini ada sembilan pengungsian di empat desa aman yang berjarak lebih kurang 30 km dari puncak Merapi. Hingga 19 November, total pengungsi di Kabupaten Magelang mencapai 817 jiwa.
Menurut Edy, pihaknya juga mulai menyiapkan 87 pengungsian baru di wilayahnya untuk mengantisipasi kemungkinan naiknya status Merapi menjadi Awas (Level IV). Sebanyak 87 pengungsian baru tersebut mampu menampung hingga 1.028 keluarga.
”Saat ini kami sedang menghitung jumlah keluarga di sana untuk menentukan kebutuhan bilik di pengungsian,” kata Edy, Kamis (19/11/2020).
BPBD juga tengah berkoordinasi dengan sembilan dusun di kawasan rawan bencana (KRB) III untuk menyiapkan kendaraan yang dibutuhkan saat evakuasi. Di sembilan dusun itu, diperkirakan masih ada 1.747 jiwa yang belum mengungsi.
Di setiap pengungsian, BPBD akan menempatkan maksimal 20 sukarelawan. Jumlah sukarelawan dibatasi untuk menekan risiko penyebaran Covid-19.