Pengungsi dan Petugas Barak Akan Jalani Tes Cepat Antigen
Pemkab Sleman memperoleh bantuan 2.500 alat tes cepat antigen dari BNPB. Alat tersebut akan digunakan untuk melakukan penapisan kesehatan terhadap pengungsi, sukarelawan, dan petugas di barak pengungsian.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Badan Nasional Penanggulangan Bencana memberikan bantuan berupa 2.500 alat tes cepat kepada Pemerintah Kabupaten Sleman. Alat tes tersebut akan digunakan untuk menapis kesehatan pengungsi dan sukarelawan yang bertugas di barak pengungsian dari virus korona.
”Menurut rencana seperti itu (tes cepat antigen bagi pengungsi dan petugas barak). Tetapi, ini kami masih membahas bagaimana mekanisme pelaksanaannya,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo lewat pesan singkat, Sabtu (21/11/2020).
Joko mengungkapkan, diadakannya tes cepat antigen itu bertujuan memastikan penularan Covid-19 tidak terjadi di lingkungan pengungsian. Di Kabupaten Sleman, dengan adanya ancaman erupsi Merapi, ada satu dusun yang sudah mulai diungsikan, yakni Dusun Kalitengah Lor di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan. Dusun tersebut masih termasuk zona hijau atau belum pernah terjadi penularan Covid-19.
”Untuk itu, penting rapid test antigen ini ditujukan pengungsi, sukarelawan, dan petugas barak. Kami ingin memastikan apakah para pengungsi dalam kondisi aman dari penularan Covid-19,” kata Joko.
Bantuan berupa alat tes cepat antigen itu diberikan langsung oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo di barak pengungsian, Balai Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis (19/11/2020). Doni mengharapkan bantuan tersebut dapat digunakan untuk mengecek kondisi penularan di lingkungan barak pengungsian.
Doni menyatakan, pihaknya tak mau muncul kluster penularan Covid-19 dari lingkungan pengungsian. Untuk itu, protokol kesehatan harus diterapkan secara ketat. Para relawan dan warga dari luar daerah yang ingin beraktivitas di barak harus dipastikan kondisi kesehatannya.
”Jangan sampai ada orang baru datang tanpa kita tahu kondisinya. Tetapi, sudah positif Covid-19 tanpa gejala atau asimtomatik sehingga bisa menulari pengungsi yang belum terpapar Covid-19,” kata Doni.
Terkait hal itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta (BPBD DIY) Biwara Yuswantana meminta koordinator posko pengungsian mengawasi penerapan protokol kesehatan secara ketat. Belum pernah terjadi penularan Covid-19 di lingkungan barak. Hal ini harus terus dijaga. Interaksi antara sukarelawan dan pemberi bantuan dari luar daerah perlu ditekan seminimal mungkin.
Jangan sampai ada orang baru datang tanpa kita tahu kondisinya. Tetapi, sudah positif Covid-19 tanpa gejala atau asimtomatik sehingga bisa menulari pengungsi yang belum terpapar Covid-19. (Doni Monardo)
”Yang perlu disaring adalah orang yang datang ke pengungsian. Sukarelawan yang masuk harus didata dan dipastikan kondisi kesehatannya oleh petugas lewat pos sekretariat yang ada,” kata Biwara.
Secara terpisah, Kepala BPBD Sleman Joko Supriyanto mengungkapkan, guna meminimalisasi potensi penularan Covid-19, sukarelawan yang dikerahkan baru yang berasal dari Kabupaten Sleman. Ia memberikan catatan khusus. Pemberi bantuan dari luar daerah tak diperbolehkan berinteraksi langsung dengan para pengungsi.
”Jadi, bantuan yang disalurkan itu cukup diberikan lewat sekretariat. Nanti biar petugas dari sekretariat yang memberikan kepada para pengungsi. Pemberian bantuan juga dilakukan dengan protokol kesehatan, seperti mengenakan masker,” kata Joko.