Fasilitas Penanganan Minim, Tenaga Kesehatan Jayapura Berisiko Tinggi
Tenaga kesehatan di Kota Jayapura berjibaku menghadapi virus korona jenis baru atau Covid-19 di tengah berbagai tantangan. Di ibu kota Papua ini masih minim fasilitas pemeriksaan sampel usap.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·4 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Tenaga kesehatan di Kota Jayapura, Papua, bertarung melawan virus korona jenis baru atau Covid-19 dengan kondisi fasilitas nan minim. Hal ini yang menyebabkan banyak tenaga kesehatan di ibu kota Provinsi Papua rawan terpapar virus.
Dari hasil pantauan Kompas di Kota Jayapura, pemeriksaan sampel usap hingga bulan lalu masih terlaksana di dua tempat saja, yakni Laboratorium Kesehatan Daerah serta Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Provinsi Papua.
Pengumuman hasil pemeriksaan sampel usap satu pasien saja bisa memakan waktu hingga satu minggu. Hal ini menyebabkan proses penelusuran warga yang diduga terpapar berjalan lambat dan tenaga kesehatan rawan tertular. Sebab, mereka tidak mengetahui warga yang ditangani status kesehatannya telah atau belum terpapar Covid.
Asnat Waimuri selaku koordinator tim medis di Karantina Terpusat Hotel Sahid Jayapura saat ditemui pada Kamis (5/11/2020) mengatakan, pihaknya sama sekali tidak terkendala dengan ketersediaan alat pelindung diri. Namun, tenaga kesehatan membutuhkan adanya tambahan alat pemeriksaan sampel usap di Kota Jayapura sehingga pasien tidak harus menunggu hingga berminggu-minggu.
Diketahui, total 19 tenaga kesehatan yang bertugas di karantina terpusat Kota Jayapura sejak 12 Mei hingga kini. Sebanyak 14 dari 19 tenaga ini tinggal bersama para pasien di Hotel Sahid. Total pasien yang dirawat di Hotel Sahid hingga Kamis kemarin mencapai 119 orang.
Tenaga kesehatan di karantina terpusat Hotel Sahid bertugas menjemput pasien yang diduga terpapar Covid-19, melakukan pemeriksaan Covid-19, dan merawat pasien yang terpapar hingga sembuh.
”Tugas kami tak hanya merawat para pasien agar kondisi kesehatannya kembali pulih. Namun, kami juga menjadi teman dan keluarga untuk menghibur mereka agar tidak jenuh menunggu hasil pengumuman sampel usap yang terlalu lama,” ungkap Asnat.
Ia mengungkapkan, dua tenaga kesehatan dari Hotel Sahid terpapar Covid-19 saat melakukan penelusuran ke sejumlah kompleks warga. Hal ini disebabkan keduanya belum mengetahui salah seorang warga yang diperiksanya telah positif terpapar Covid.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura Ni Nyoman Sri Antari mengaku, tenaga kesehatan di Kota Jayapura menghadapi Covid-19 dengan berbagai tantangan yang berat. Salah satu hambatan yang paling krusial adalah waktu pengumuman hasil yang terlalu lama akibat belum memadainya fasilitas pemeriksaan Covid-19.
Total sekitar 300 tenaga kesehatan di Kota Jayapura yang tersebar di rumah sakit, puskesmas, dan karantina terpusat telah terpapar Covid-19. Satu dari 300 tenaga kesehatan yang terpapar telah meninggal. Sejumlah 90 persen tenaga kesehatan yang terpapar Covid telah sembuh dan kembali bertugas untuk penanganan Covid.
”Ada sejumlah tenaga kesehatan kami yang terpapar Covid hingga dua kali saat bertugas. Kami sangat lelah secara fisik dan mental karena tidak beristirahat selama delapan bulan terakhir. Namun, kami tak boleh lengah walaupun fasilitas penanganan Covid belum memadai,” kata Sri.
Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Papua Antonius Oktavian mengatakan, pihaknya hanya mampu memeriksa 300 hingga 350 sampel usap per hari. Sementara jumlah sampel yang masuk ke Laboratorium Litbangkes Papua bisa mencapai 400-600 sampel usap per hari.
Adapun Litbangkes Papua tidak hanya menerima sampel usap dari Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, tetapi juga dari sejumlah kabupaten, seperti Keerom, Sarmi, Biak Numfor, Asmat, Nabire, Supiori, Yalimo, Tolikara, dan Pegunungan Bintang. Sementara jumlah tenaga di laboratorium Litbangkes Papua hanya 12 orang.
”Keterlambatan pengumuman berdampak pada upaya pencegahannya. Proses penelusuran warga yang kontak dengan seseorang yang diduga terpapar belum dapat terlaksana,” kata Antonius.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia Provinsi Papua Donald Aronggear mengungkapkan, banyak rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 yang belum memiliki alat pemeriksaan tes usap. Ia berpendapat minimnya fasilitas itu menyebabkan ratusan tenaga kesehatan rawan terpapar Covid-19 dan kegiatan penelusuran warga yang diduga terpapar juga berjalan lambat.
Dari catatan Kompas dan data Satuan Tugas Pengendalian, Pencegahan, dan Penanganan Covid-19 Provinsi Papua, jumlah kumulatif kasus tenaga kesehatan positif terinfeksi virus korona mencapai 345 orang selama enam bulan terakhir.
”Tanpa alat pemeriksaan Covid-19 yang akurat, kegiatan penelusuran warga terpapar juga terhambat. Pemerintah harus segera menambah fasilitas pemeriksaan tes usap di Papua,” kata Donald. (FLO)