Tanggap Darurat Merapi, Masih Ada Jalur Evakuasi Rusak di Sleman
Pemerintah Kabupaten Sleman menetapkan status Tanggap Darurat Bencana Gunung Merapi. Meski demikian, penanganan bencana dikhawatirkan terkendala karena sejumlah jalur evakuasi dalam kondisi rusak.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menetapkan status Tanggap Darurat Bencana Gunung Merapi. Meski demikian, penanganan bencana dikhawatirkan terkendala karena sejumlah jalur evakuasi dalam kondisi rusak.
Penetapan status tanggap darurat tertuang dalam Surat Keputusan Bupati Sleman Nomor 76/Kep.KDH/A/2020 tentang Status Tanggap Darurat Bencana Gunung Merapi. Surat itu ditetapkan dan ditandatangani oleh Bupati Sleman Sri Purnomo pada Kamis (6/11/2020). Surat tersebut menanggapi peningkatan status Merapi dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III), Kamis (5/11/2020).
”Kami harus menyiapkan pembiayaan-pembiayaan kalau ada yang harus diungsikan. Ini perlu dana. Untuk itu, kami menetapkan status tanggap darurat sehingga kami bisa menggunakan dana tak terduga seluas-luasnya,” kata Sri Purnomo, Jumat (6/11/2020).
Sri menyatakan, saat ini besaran anggaran tak terduga Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sleman yang tersisa berjumlah sekitar Rp 30 miliar. Anggaran tersebut akan digunakan untuk berbagai macam keperluan penanganan bencana Gunung Merapi. Misalnya, persiapan barak pengungsian dan segala keperluan logistik.
Meski demikian, penanganan pengungsi dikhawatirkan terhambat karena sejumlah jalur evakuasi rusak. Berdasarkan pemantauan Kompas, Jumat, jalur evakuasi warga yang di wilayah utara Dusun Singlar, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, rusak parah.
Jalan itu berlubang secara sporadis dengan kedalaman lubang mencapai 10 sentimeter. Lebar lubang ada yang mencapai 50 cm. Kondisi tersebut sangat membahayakan warga.
Jalan itu berlubang secara sporadis dengan kedalaman lubang mencapai 10 sentimeter. Lebar lubang ada yang mencapai 50 cm. Kondisi tersebut sangat membahayakan warga. Terlebih lagi, apabila warga harus melakukan evakuasi secara mendadak.
Gani Sadat (29), warga Cangkringan, mengungkapkan, jalan rusak itu panjangnya lebih kurang 3 kilometer. Jalan itu biasa digunakan untuk evakuasi warga dari tiga dusun, yaitu Kalitengah Kidul, Kalitengah Lor, dan Srunen. Jumlah warga dari ketiga dusun itu sekitar 1.200 orang.
”Ini akan sangat berbahaya jika mendadak harus evakuasi dengan kondisi jalan yang seperti ini. Risiko kecelakaannya sangat tinggi. Kami berharap agar jalur evakuasi ini bisa segera diperbaiki,” kata Gani.
Sebelumnya, Kepala Seksi Mitigasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sleman Joko Lelono menyampaikan, pihaknya telah melakukan pendataan mengenai jalur evakuasi yang rusak di Kecamatan Cangkringan. Sedikitnya ada 4 km jalan rusak. Sepanjang 2 km di antaranya rusak parah. Pihaknya telah merencanakan perbaikan jalan itu untuk keperluan evakuasi warga. Perbaikan jalan bakal dilakukan mulai pekan depan.
Tindak lanjut lain dari peningkatan status Merapi ialah penutupan sejumlah destinasi wisata dalam radius 5 km, seperti Bungker Kaliadem, Wisata Religi Turgo, Bukit Klangon, dan Petilasan Mbah Maridjan. Jip wisata masih diperbolehkan beroperasi, tetapi operasionalisasinya harus dilakukan di luar radius 5 km.
Barak pengungsian yang sudah disiapkan berlokasi di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Barak tersebut letaknya bersebelahan dengan Balai Desa Glagaharjo. Kapasitasnya mencapai 400 orang. Namun, pada kondisi pandemi Covid-19, kapasitas dibatasi hanya untuk 150 orang. Pembatasan kapasitas ini dilakukan agar protokol kesehatan pencegahan Covid-19 berupa menjaga jarak dapat diterapkan.
Terdapat tiga dusun yang berpotensi terkena bahaya akibat erupsi Merapi di Kabupaten Sleman. Ketiga dusun itu adalah Dusun Kalitengah Lor di Desa Glagaharjo, Dusun Kaliadem di Desa Kepuharjo, dan Dusun Pelemsari di Desa Umbulharjo. Ketiganya berada di Kecamatan Cangkringan.
Camat Cangkringan Suparmono mengatakan, pengungsian akan dilakukan secara bertahap. Warga yang diprioritaskan mengungsi lebih awal ialah warga kelompok rentan dari Dusun Kalitengah Lor sebanyak lebih kurang 130 orang. Kelompok rentan terdiri dari warga lansia dan anak-anak. Selain itu, ada 290 ekor sapi milik warga dusun tersebut yang juga akan diungsikan. Untuk itu, pihaknya turut membuat kandang sementara di dekat barak pengungsian.
”Setelah dikomando (Pemerintah Kabupaten Sleman), kami segera menurunkan (mengungsikan) yang rentan. Tapi, ini masih menunggu komando. Barak sudah siap, Jumat sore ini,” kata Suparmono.