NTB Zona Oranye, Masyarakat Diminta Tidak Abai Protokol Kesehatan
NTB sudah masuk zona oranye atau risiko sedang penularan Covid-19. Meski demikian, masyarakat diminta tetap waspada dan tidak mengabaikan protokol kesehatan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS – Nusa Tenggara Barat saat ini masuk zona oranye atau risiko sedang untuk penularan Covid-19. Meski demikian, masyarakat tetap diminta waspada dan disiplin menerapkan protokol. Hal itu karena potensi untuk kembali ke zona merah tetap ada karena penularan Covid-19 di daerah itu masih terus berlangsung.
Hingga Jumat (6/11/2020) sore, total pasien kasus positif di NTB menurut Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB Lalu Gita Ariadi sebanyak 4.111 orang.
Menurut Gita, dari jumlah itu, sebanyak 3.465 orang dinyatakan sembuh dan 227 orang meninggal dunia. Sisanya, 419 orang masih positif dan menjalani isolasi di sejumlah rumah sakit.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Nurhadini Eka Dewi menambahkan, NTB saat ini berada dalam zona oranye atau risiko sedang. Itu berdasarkan hitungan 14 indikator pengendalian Covid yakni sepuluh indikator epidemologi, dua indikator pelayanan surveilans, dan dua indikator pelayanan kesehatan.
Berdasarkan catatan Kompas, NTB telah masuk zona merah penularan Covid-19 sejak April 2020 lalu. Penetapan status itu karena indikator-indikator antara seperti laju penambahan kasus, pasien positif Covid-19 yang meninggal, terus meningkat.
Sejumlah kabupaten kota di NTB juga saat itu masuk zona merah. Seperti Kota Mataram dan Lombok Barat yang kemudian ditetapkan sebagai episentrum penularan Covid-19 di NTB.
Saat itu, sebanyak tujuh kabupaten kota, termasuk Mataram dan Lombok Barat sudah masuk zona kuning atau risiko sedang. Lima lainnya yakni Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Tengah, Sumbawa Barat, dan Sumbawa. Sedangkan tiga kabupaten kota yakni Bima, Kota Bima, dan Kabupaten Dompu, masih oranye.
“Ini merupakan kemajuan karena kita tahu Mataram dan Lombok barat, berada dalam zona merah selama berminggu-minggu,” kata Eka.
Eka menambahkan, meski telah berada dalam zona oranye, bukan berarti masyarakat NTB bebas melakukan segala hal tanpa menghiraukan protokol kesehatan.
“Kita pernah belajar dari beberapa kabupaten yang sebelumnya berada dalam zona hijau, tetapi karena longgar, kemudian terjadi lonjakan kasus sehingga menjadi zona merah,”kata Eka.
Ini merupakan kemajuan karena kita tahu Mataram dan Lombok barat, berada dalam zona merah selama berminggu-minggu
Daerah yang dimaksud Eka seperti kota Bima. Kota tersebut sebelumnya pernah menjadi satu-satunya daerah di NTB yang berada dalam zona hijau. Tetapi tak lama, meningkat menjadi zona merah karena lonjakan kasus positif dan pasien meninggal.
“Kita bersyukur bahwa sebagian besar wilayah NTB berada pada zona risiko rendah. Tetapi itu bukan alasan kita mengabaikan protokol kesehatan,” kata Eka.
Menurut Eka, saat berada dalam zona risiko rendah, justru masyarakat dihimbau untuk lebih waspada. Semakin ketat menjaga diri, keluarga, dan lingkungan karena tidak tahu sumber penularan.
“Sepuluh kabupaten kota di NTB mempunyai riwayat transmisi lokal yang cukup besar. Sehingga kepatuhan terhadap protokol kesehatan merupakan suatu kewajiban. Dengan demikian, upaya memutus rantai penularan Covid-19 (di NTB) bisa dipercepat,”kata Eka.
Hal itu karena meski sebagian besar berada dalam zona kuning, penambahan kasus masih terus terjadi. Dari total 36.503 sampel yang diperiksa sejak Februari 2020, ada 4.111 orang positif. Artinya, Positivity rate juga masih tinggi yakni 11,1 persen atau di atas standar WHO 5 persen.