Studi terbaru menunjukkan, permukaan benda di ruang publik berisiko terkontaminasi material genetik SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Untuk meminimalkan risiko, masyarakat dianjurkan rajin mencuci tangan.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setidaknya 8 persen sampel permukaan benda di ruang publik Amerika Serikat mengandung material genetik SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Namun, kontaminasi virus pada permukaan benda ini rendah dan risiko infeksi dengan menyentuhnya relatif kecil. Rajin mencuci tangan tetap direkomendasikan untuk meminimalkan risiko.
Temuan ini ditulis Amy Pickering dari Tufts University di Medford, Massachusetts, dan rekan-rekannya dengan berulang kali mengambil sampel 33 permukaan di tempat umum di Somerville, Massachusetts. Laporan kajian ini diunggah di situs pracetak medRxiv pada 1 November 2020.
Dalam penelitian ini, para peneliti mengambil sampel usap longitudinal pada 33 permukaan benda tidak berpori di Kota Massachusetts selama April hingga Juni 2020. Mereka kemudian mengukur RNA SARS-CoV-2 dalam sampel dengan reaksi berantai polimerase transkripsi balik kuantitatif waktu nyata (RT-qPCR).
Hasilnya, 29 dari 348 sampel atau sekitar 8,3 positif mengandung RNA SARS-CoV-2. Mereka mendeteksi SARS-CoV-2 pada permukaan di 10 dari 12 lokasi sampel, meliputi tombol lampu penyeberangan, pegangan tempat sampah, dan pegangan pintu masuk pertokoan di toko kelontong, toko minuman keras, bank, dan pompa bensin.
Dari semua permukaan yang diambil sampelnya, sebanyak 17 atau 52 persen positif SARS-CoV-2 setidaknya sekali. SARS-CoV-2 terdeteksi di permukaan di semua lokasi kecuali toko swalayan dan kotak pos.
Persentase sampel positif menurut lokasi berkisar 0-25 persen. Pegangan tempat sampah dan pegangan pintu toko minuman keras merupakan permukaan yang paling sering terkontaminasi.
Sekalipun kontaminasi virus cukup luas, kajian ini memperkirakan risiko infeksi dari menyentuh permukaan yang terkontaminasi relatif rendah, yaitu kurang dari 5 per 10.000. ”Ini menunjukkan fomite (benda yang jadi tempat jatuhnya virus) memainkan peran minimal dalam penularan komunitas SARS-CoV-2,” sebut peneliti.
Kajian ini memperkirakan risiko infeksi dari menyentuh permukaan yang terkontaminasi relatif rendah.
Namun, tim juga menemukan persentase sampel positif di satu wilayah yang diteliti memuncak sekitar tujuh hari sebelum lonjakan kasus Covid-19. Karena itu, peneliti berhipotesis, pengambilan sampel permukaan yang kerap dipegang orang bisa memberikan peringatan akan terjadinya gelombang infeksi.
Kurangi risiko
Dalam panduannya yang dikeluarkan pada 9 Juli 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, risiko penularan dari fomite atau permukaan tetap ada. Meski demikian, disebutkan virus ini terutama menyebar melalui kontak dan tetesan pernapasan.
”Dalam beberapa keadaan penularan melalui udara dapat terjadi, misalnya ketika prosedur yang menghasilkan aerosol dilakukan di tempat perawatan kesehatan atau berpotensi di tempat yang penuh sesak di tempat yang berventilasi buruk di tempat lain,” sebut panduan WHO ini.
Untuk mencegah penularan, WHO merekomendasikan serangkaian tindakan komprehensif, di antaranya mengidentifikasi kasus yang dicurigai secepat mungkin, menguji dan mengisolasi semua kasus (orang yang terinfeksi) di fasilitas yang sesuai. Selain itu, menggunakan masker dalam situasi tertentu, misalnya di tempat umum di mana ada penularan komunitas dan di mana tindakan pencegahan lain, seperti jarak fisik, tidak memungkinkan.
Penggunaan pencegahan kontak dan tetesan oleh petugas kesehatan yang merawat pasien yang dicurigai dan dikonfirmasi Covid-19 dan penggunaan kewaspadaan yang ditularkan melalui udara ketika prosedur yang menimbulkan aerosol dilakukan.
Selain itu, untuk mencegah penularan dari permukaan, WHO merekomendasikan agar sering mempraktikkan kebersihan tangan, menjaga jarak secara fisik dari orang lain jika memungkinkan, dan menjaga etika pernapasan.