Karakteristik Budaya Arek Berpotensi Jadi Energi Redakan Wabah di Surabaya
Budaya Arek di Jawa Timur dengan daya juang, daya suai, keterbukaan, dan kesetaraan merupakan karakter sekaligus senjata amat penting bagi masyarakat untuk meredam wabah Covid-19.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Budaya arek di Jawa Timur yang memiliki daya juang, daya suai, keterbukaan, dan kesetaraan merupakan karakter sekaligus senjata penting untuk meredam penularan Covid-19. Namun, kualitas layanan dan infrastruktur kesehatan juga harus terus disempurnakan untuk mewujudkan hasil ideal bagi masyarakat.
Budaya arek dalam penanganan pagebluk ini tercetus dalam debat publik pertama yang diikuti pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Surabaya, Eri Cahyadi-Armuji dan Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno, Rabu (4/11/2020) malam. Acara itu diselenggarakan KPU Surabaya, sebagai bagian dari serangkaian acara menjelang pemungutan suara 9 Desember 2020.
Bahasan utama dalam debat publik pertama ialah menjawab permasalahan dan tantangan Kota Surabaya di era pandemi Covid-19. Acara disiarkan stasiun televisi JTV dan dapat diikuti secara daring lewat YouTube.
Bersama Malang, Surabaya merupakan wilayah awal kemunculan kasus warga positif Covid-19 di Jatim. Pada Selasa (17/3), Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim menyebutkan delapan warga positif. Sebanyak 6 orang adalah warga Surabaya dan 2 warga lainnya dari Malang.
Sampai pelaksanaan debat atau Rabu malam, menurut laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/, Covid-19 telah menjangkiti 53.513 orang. Sebanyak 2.170 jiwa masih dirawat. Secara akumulasi, wabah mengakibatkan 3.838 jiwa meninggal dunia dan 47.505 orang lainnya sembuh.
Persentase kematian disebutkan 7,1 persen dan kesembuhan hingga 88,7 persen. Kematian akibat Covid-19 sebanyak 3.734 pasien. Sementara kematian akibat penyakit lain meski positif virus korona baru sebesar 104 pasien.
Di Surabaya, Covid-19 telah menjangkiti 16.108 warga atau 30,1 persen dari total jumlah di Jatim. Sebanyak 79 pasien masih dirawat. Sejauh ini, tercatat 1.175 jiwa meninggal dan 14.854 orang sembuh.
Fatalitas atau tingkat kematiannya tercatat 7,2 persen. Sementara kesembuhan mencapai 92,2 persen alias keduanya di atas nilai provinsi. Surabaya masih berstatus zona risiko sedang dengan skor 2,25.
Menurut Eri, penanganan wabah Covid-19 di Surabaya berada dalam jalur yang tepat. Kondisi terkini memperlihatkan kurang dari 80 pasien yang masih dirawat.
Selain itu, 95 kelurahan dari 154 kelurahan tidak ditemukan kasus baru dalam dua pekan terakhir. Sosialisasi gerakan 3 M, yakni memakai masker, mencuci tangan rutin, dan menjaga jarak fisik terus ditempuh, serta diperkuat dengan berbagai langkah strategis aparatur pemerintah.
”Langkah itu, antara lain, 3T (tes, telusur, tindakan atau testing, tracing, treatment), protokol kesehatan, operasi yustisi, swab hunter, dan kampung tangguh,” kata dia.
Eri mengatakan, penanganan wabah Covid-19 juga ditempuh secara luar biasa. Hal itu terlihat dari semangat gotong royong yang terbuka, setara, daya juang, daya suai atau adaptif, dan berani. Berbagai karakter tadi, kata dia, merupakan napas budaya arek.
”Budaya arek merupakan kenyataan amat penting yang terpelihara untuk memerangi wabah di Surabaya,” kata Eri, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya.
Sosiolog Universitas Jember Ayu Sutarto semasa hidup mengajukan pembagian Jatim yang saat ini terdiri dari 38 kabupaten/kota dalam 10 wilayah kebudayaan. Pembagian mengacu pada pendapat Koentjaraningrat, Mahaguru Antropologi Indonesia.
Dia mengatakan, dalam kebudayaan secara universal terdapat tujuh unsur, yakni sistem religi, organisasi masyarakat, pengetahuan, mata pencarian, ekonomi, teknologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian.
Jatim dibagi dalam wilayah kebudayaan jawa mataraman, jawa panaragan, arek, samin, dan tengger. Selain itu, ada osing, pandalungan, madura pulau, madura bawean, dan madura kangean.
Pembagian ini lebih kompleks karena dalam pandangan Ayu, ada perbedaan unik dan otentik, misalnya, dalam wilayah kebudayaan jawa mataraman, jawa panaragan, dan samin. Hal serupa juga tecermin dalam kebudayaan madura pulau, bawean, dan kangean serta antara pendalungan, tengger, dan osing.
Petugas mengecek bilik disinfektan di Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo di RT 002 RW 009, Kecamatan Genteng, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (1/9/2020). Sejak Juni, setidaknya 1.009 RW tercatat membentuk Kampung Wani Jogo Suroboyo yang bertujuan menekan penyebaran Covid-19.Akan tetapi, Machfud menilai, publik tetap perlu kritis terhadap kebijakan pemerintah dalam penanganan wabah. Perlu diingat, Surabaya pernah berkutat di zona risiko tinggi. Sejak awal pagebluk hingga kini, secara akumulatif, Surabaya merupakan episentrum Covid-19 di Jatim.
”Menurut saya, ada yang tidak beres, terutama belum terintegrasinya layanan kesehatan selama penanganan wabah,” ujar Machfud, mantan Kepala Polda Jatim itu.
Machfud melanjutkan, sejumlah terobosan yang ditempuh gugus tugas di Surabaya patut diapresiasi. Namun, berbagai kekurangan tidak bisa diabaikan.
Dia mengatakan, masih muncul keluhan terkait lemahnya sosialisasi protokol kesehatan hingga warga tidak bermasker karena tidak mampu membeli dan luput dari sentuhan program. Selain itu, ada juga tenaga kesehatan kekurangan alat pelindung diri, warga enggan mengikuti tes usap massal, dan penolakan hingga pengambilan paksa jenazah pasien Covid-19.
Sementara itu, Eri dan Machfud, sepakat pelayanan kesehatan di Surabaya masih harus terus ditingkatkan. Sejumlah kekurangan, seperti kemudahan klaim BPJS Kesehatan, waktu tunggu layanan, ketersediaan dokter spesialis di puskesmas, hingga tenaga medik andal, harus terus mendapat perhatian besar.
Kritik Machfud, misalnya, ada warga Surabaya yang masih memilih berobat ke mancanegara. Kondisi ini mungkin memperlihatkan rasa kurang percaya terhadap kemampuan dunia kesehatan di Surabaya menangani kasus tertentu.
Akan tetapi, Eri mengingatkan, Surabaya memiliki lembaga pendidikan kedokteran dan sejumlah rumah sakit milik pemerintah dan swasta terkemuka di Indonesia. Keberhasilan operasi pemisahan bayi kembar, cangkok hati, jantung, dan penyakit sulit lainnya, memperlihatkan dunia kesehatan Surabaya juga berkualitas.