Waspada, Banjir di Kalteng Akan Berlanjut ke Wilayah Hilir
Hampir seminggu banjir menerjang 7 dari 14 kabupaten di Kalimantan Tengah. Air sungai meluap, akses jalan tertutup, dan berbagai fasilitas publik tak dapat digunakan. Banjir itu pun dinilai berlanjut.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir yang melanda tujuh kecamatan di Kalimantan Tengah diprediksi masih akan berlanjut dan panjang. Banjir kali ini baru menerjang di bagian hulu dari wilayah-wilayah tersebut, biasanya banjir akan kembali menerjang bagian hilir sungai-sungai di wilayah tersebut.
Tujuh kabupaten yang terendam banjir itu adalah Kabupaten Katingan, Seruyan, Kotawaringin Timur, Lamandau, Kotawaringin Barat, Kapuas, dan Kabupaten Murung Raya. Setidaknya 30 kecamatan terdampak banjir. Total terdapat lebih kurang 20.500 warga terdampak banjir.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng Darliansjah mengungkapkan, di beberapa wilayah di Kalteng, banjir merupakan bencana tahunan yang sulit dihindari. Belajar dari pengalaman selama ini, menurut dia, banjir saat ini belum tuntas karena masih berada di wilayah hulu sungai.
”Ini, kan, masih di hulu, biasanya banjir bakal menuju ke wilayah hilir sungai. Kami antisipasi dengan koordinasi dengan pemerintah daerah untuk memantau tinggi muka air dan menyiapkan posko darurat,” kata Darliansjah di Palangkaraya, Kamis (17/9/2020).
Tujuh kabupaten yang terendam banjir itu dilalui oleh sungai-sungai panjang di Kalteng, seperti Sungai Katingan yang panjangnya mencapai 650 kilometer, lalu Sungai Mentaya yang panjangnya 250 kilometer, ditambah Sungai Lamandau dan Sungai Arut yang panjang keduanya lebih kurang 300 kilometer.
Sungai-sungai itulah yang meluap lantaran perubahan cuaca yang begitu cepat. Kalteng yang sseharusnya masih musim kemarau malah mendapatkan hujan dengan intensitas tinggi di beberapa wilayah.
”Kami siapkan posko darurat yang sudah dilengkapi dengan kebutuhan air bersih hingga tenaga kesehatan,” kata Darliansjah.
Darliansjah mengungkapkan, di wilayah yang sering terendam banjir, masyarakat sudah mulai terbiasa. Bahkan, sebagian besar masyarakat menyiasati rumah mereka agar dibuat lebih tinggi, atau membuat ruangan tambahan yang dekat dengan atap.
”Makanya, yang dievakuasi atau mengungsi hanya ada 256 orang dan itu hanya di Lamandau,” kata Darliansjah.
Kabupaten Lamandau merupakan wilayah yang paling jarang diterjang banjir. Kepala Desa Kinipan Wilem Hengki dari Kecamatan Batang Kawa, Kabupaten Lamandau, mengungkapkan, banjir mengagetkan semua orang karena tidak pernah menyangka akan datang banjir sebesar itu. Ketinggian air mencapai 1,5 meter hingga 2 meter.
”Di sini mulai banjir sejak tahun lalu (2019) dan tahun ini paling parah, tahun-tahun sebelumnya mana pernah. Bahkan, saat saya masih kecil juga tak pernah dengar cerita banjir sebelumnya,” kata Wilem.
Kinipan dan Desa Bayat di Kabupaten Lamandau merupakan wilayah yang sulit diakses untuk diberikan bantuan pemerintah lantaran akses jalur darat yang tertutup banjir. Pemerintah provinsi pun berinisiatif menggunakan helikopter untuk membawa bantuan.
Gubernur Kalteng Sugianto Sabran mengatakan, pihaknya menggunakan tiga helikopter tipe MI-8 milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang selama ini digunakan untuk bom air saat kebakaran hutan dan lahan. Helikopter itu membawa 2 ton logistik dan paket kebutuhan pokok ke wilayah yang tak bisa dijangkau tim darat ataupun sungai.
Sugianto menambahkan, pihaknya membawa bantuan untuk korban banjir di tiga kabupaten, yakni Kabupaten Katingan, Murung Raya, dan Kapuas. Dari tiga kabupaten itu, terdapat lima kecamatan yang aksesnya tidak bisa ditembus, yakni Kecamatan Katingan Hulu, Marikit, dan Sanaman Mantikei di Kabupaten Katingan; Kecamatan Mandau Telawang di Kabupaten Kapuas; serta Kecamatan Permata Intan di Kabupaten Murung Raya.
”Pemerintah wajib membantu dan memfasilitasi warganya yang menjadi korban bencana. Kami juga akan terus memantau wilayah lain yang punya kesulitan serupa,” kata Sugianto.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Palangkaraya, Lian Adriani, mengungkapkan, Kalteng masih mengalami musim kemarau. Namun, hujan tetap diprediksi berlangsung dengan intensitas lebih rendah ketimbang musim hujan.
”Beberapa hari terakhir intensitas hujan memang tinggi. Salah satu penyebabnya karena ada pelambatan kecepatan angin di beberapa wilayah di Kalteng, termasuk yang saat ini mengalami banjir,” kata Lian.
Lian menjelaskan, kondisi pelambatan kecepatan angin tersebut membuat potensi pembentukan awan hujan. ”Kami sudah berikan peringatan dini mulai dari banjir hingga kebakaran hutan,” katanya.