Pandemi Covid-19 Belum Usai, Kalteng Diterjang Banjir
Duet maut bencana di Kalimantan Tengah terjadi. Bencana nonalam yang tak kunjung selesai, kali ini enam kabupaten di Kalteng terendam banjir. Setidaknya 17.512 orang terdampak banjir tersebut.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Duet maut bencana di Kalimantan Tengah terjadi. Selain Covid-19, Kaltim dilanda banjir. Kali ini enam kabupaten di Kalteng terendam. Setidaknya 17.512 orang terdampak banjir tersebut.
Gubernur Kalteng Sugianto Sabran mengungkapkan, Kalteng kembali diterjang bencana alam banjir di enam kabupaten, yakni Kabupaten Katingan, Seruyan, Kotawaringin Timur, Kapuas, Gunung Mas, dan Kabupaten Lamandau.
”Penanganannya tidak boleh saling terganggu, kami tetap mengimbau masyarakat, juga petugas, agar tetap waspada dan taat protokol kesehatan dalam menangani warga yang terdampak banjir,” kata Sugianto di Palangkaraya, (15/9/2020).
Dalam menangani banjir, lanjut Sugianto, pihaknya sudah mengirim tim untuk evakuasi, juga distribusi logistik. Tak hanya paket makanan, pihaknya juga menyiapkan selimut dan kebutuhan air bersih.
”Saya juga sudah perintahkan agar di setiap posko banjir dan dapur umum disediakan tenaga kesehatan, dan itu sudah dilakukan,” kata Sugianto.
Sugianto mengungkapkan, dalam situasi banjir, penyakit yang sering muncul adalah muntaber dan penyakit kulit. Selain tenaga kesehatan, pihaknya juga akan memeriksa kebutuhan obat-obatan tertentu agar kesehatan para warga yang terdampak bisa terjaga.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng Darliansjah mengungkapkan, banjir yang merendam enam kabupaten itu terjadi di setidaknya 30 kecamatan. Pihaknya membuat tenda-tenda darurat di tiap kecamatan.
”Ada beberapa desa yang hingga kini belum bisa diakses karena ketinggian air tidak bisa ditembus lewat jalur darat. Maka dari itu, kami upayakan agar helikopter bisa membawa logistik,” kata Darliansjah.
Ada beberapa desa yang hingga kini belum bisa diakses karena ketinggian air tidak bisa ditembus lewat jalur darat. Maka dari itu, kami upayakan agar helikopter bisa membawa logistik.
Darlianjsah mengungkapkan, pihaknya menyiapkan 11 helikopter yang bersiaga di beberapa kabupaten di Kalteng untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. Dari 11 itu, tiga helikopter akan digunakan untuk membawa logistik dan bantuan lain untuk warga di desa yang sulit diakses melalui jalur darat.
”Kami upayakan semua cara agar semua warga yang terdampak banjir bisa tetap terpantau dan terpenuhi kebutuhannya,” kata Darliansjah.
Darliansjah mengungkapkan, terdapat tiga kabupaten yang sudah menetapkan status tanggap darurat banjir di wilayahnya. Di tiga kabupaten itu, yakni Katingan, Lamandau, dan Seruyan, menjadi wilayah yang paling parah terdampak banjir. Ketinggian air maksimal di wilayah itu berkisar 4 hingga 6 meter.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Katinngan Suryadilaga mengungkapkan, pada tahun ini pihaknya sudah dua kali diterjang banjir dan kali ini merupakan banjir yang terburuk karena menutup banyak akses.
”Banjir serupa terjadi 14 tahun lalu. Jadi, setelah itu, banjir tidak pernah setinggi dan sederas ini arusnya. Ini paling tinggi, mencapai 6 meter,” kata Suryadilaga.
Berdasarkan data BPBD Katingan, banjir kali ini merendam 10 kecamatan di Kabupaten Katingan dengan total warga lebih kurang 7.000 orang. Banjir juga menutup akses puluhan ruas jalan utama di beberapa kecamatan, khususnya di bagian hulu Sungai Katingan.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Palangkaraya, Lian Adriani, mengungkapkan, Kalteng masih mengalami musim kemarau. Namun, intensitas hujan tinggi akibat beberapa faktor salah satunya adalah atmosfer di beberapa wilayah yang tidak stabil.
”Ada juga pengaruh faktor lain, seperti daerah belokan angin di sekitar Kalteng, terutama Kalteng bagian utara, kondisi ini mengakibatkan adanya perlambatan kecepatan angin sehingga menimbulkan penumpukan awan yang dapat meningkatkan potensi hujan di wilayah tersebut,” kata Lian.
Lian menjelaskan, dari faktor global, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi adanya potensi La, Nina atau meningkatnya curah hujan di wilayah Indonesia, termasuk Kalteng pada musim kemarau ini.
”La Nina berkaitan dengan dinginnya suhu muka laut di pasifik ekuator dan lebih panasnya suhu muka laut di Indonesia sehingga uap air dari pasifik ekuator menuju ke Indonesia dan menambah suplai uap air di Indonesia untuk pertumbuhan awan-awan hujan,” kata Lian.