Ruang Perawatan Covid-19 Penuh, RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi Terpaksa Tolak Pasien
Rumah Sakit Umum Daerah Dr Achmad Mochtar Bukittinggi, Sumatera Barat, terpaksa menolak sejumlah pasien Covid-19 karena kapasitas ruang perawatan tidak lagi mencukupi.
PADANG, KOMPAS — Rumah Sakit Umum Daerah Dr Achmad Mochtar Bukittinggi, Sumatera Barat, terpaksa menolak sejumlah pasien Covid-19 karena kapasitas ruang perawatan tidak lagi mencukupi. Rumah sakit rujukan Covid-19 lain di Sumbar juga mulai kelebihan pasien akibat lonjakan kasus. Dinas Kesehatan Sumbar meminta semua rumah sakit turut membantu merawat pasien Covid-19.
Wakil Ketua Penanggulangan Covid-19 RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi Dedi Herman, Selasa (15/9/2020), mengatakan, dalam dua pekan terakhir, RS sering mengalami kelebihan pasien Covid-19. Sebab, kecepatan pertumbuhan jumlah pasien positif Covid-19 tidak sebanding dengan penambahan ruang perawatan di RS itu dan kecepatan kesembuhan pasien.
”Beberapa pasien Covid-19 dengan kondisi kesehatan agak turun terpaksa kami tolak karena tidak ada lagi tempat. Kami bekali saja dengan obat dan meminta mereka mencari oksigen di rumah,” kata Dedi, ketika dihubungi dari Padang, Selasa siang.
Pasien yang dirawat di RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi, kata Dedi, merupakan kategori sedang dan berat. RS yang dikelola Pemprov Sumbar itu merupakan rujukan bagi pasien Covid-19 dari kabupaten/kota bagian utara Sumbar, seperti Bukittinggi, Agam, Tanah Datar, Padang Panjang, Payakumbuh, Limapuluh Kota, dan Pasaman.
Baca juga: Pasien Covid-19 Melonjak, RSUD Dr Acmad Mochtar Bukittinggi Kewalahan
Menurut Dedi, saat ini kapasitas ruang perawatan pasien Covid-19 di RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi sebesar 49-50 tempat tidur. Sementara itu, jumlah pasien pada Selasa ini sudah mencapai 53 orang. Pihak RS telah berupaya semaksimal mungkin menambah kapasitas dari awalnya 30 tempat tidur menjadi 49-50 tempat tidur.
Selain kelebihan beban, kata Dedi, penggunaan ventilator untuk pasien Covid-19 kondisi berat juga terkendala minimnya oksigen sentral. Di RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi, baru ada 1 oksigen sentral sehingga baru 1 unit dari total 10 unit ventilator yang dapat digunakan. RS sedang mengebut proses pengerjaan oksigen sentral agar semua ventilator dapat dipergunakan.
”Sekarang ada pasien positif Covid-19 yang menggunakan ventilator. Kami menyiapkan 8-10 ventilator sehingga pasien yang membutuhkan bisa menggunakannya. Sekarang sedang kejar tayang untuk bisa memasukkan oksigen sentralnya. Kalau pasien kondisi berat tidak cepat masuk ventilator, biasanya pasti meninggal,” ujar Dedi.
Dedi menambahkan, RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi masih kekurangan perawat untuk unit perawatan intensif (ICU). Setidaknya, ada 10 perawat ICU lagi yang dibutuhkan RS. Perawat ICU harus punya keahlian tertentu yang tidak bisa dikerjakan oleh perawat biasa.
”Kami berharap ada perhatian pemangku kebijakan terkait kondisi ini. Kasus bertambah banyak. Kalau tidak cepat dan sigap dalam mencari solusinya, akan banyak kematian akibat Covid-19,” kata Dedi.
Kepadatan kapasitas untuk ruang perawatan pasien Covid-19 juga mulai dialami oleh RS Semen Padang. Dari total 72 tempat tidur yang disediakan di RS Semen Padang, pada Selasa, sudah terisi 64 orang. Pasien positif Covid-19 yang dirawat di RS Semen Padang mulai dari kategori gejala ringan, sedang, hingga berat.
”Sekarang agak crowded (ramai), banyak pasien positif Covid-19 hendak dirawat yang antre. Meskipun ada tempat tersedia karena pasien pulang, kami mesti mensterilisasi ruangannya terlebih dahulu sebelum digunakan,” kata Farhaan Abdullah, Direktur Utama Rumah Sakit Semen Padang, Selasa siang.
Menurut Farhaan, dengan adanya tren peningkatan kasus positif Covid-19 di Sumbar, RS Semen Padang bakal menambah 23 tempat tidur lagi sehingga total daya tampung menjadi 95 tempat tidur. Penambahan kapasitas tersebut dikerjakan dalam dua minggu ke depan. Adapun sekarang, dari total kapasitas 72 tempat tidur, 7 tempat tidur di antaranya memiliki ventilator.
Farhaan melanjutkan, selain ramainya pasien, kendala lain yang dihadapi rumah sakit adalah kurangnya perawat ICU. RS Semen Padang kesulitan mencari perawat ICU untuk direkrut sehingga butuh bantuan Dinkes Sumbar dalam mencarikan jalan keluar. RS setidaknya butuh 15 orang lagi perawat ICU agar penggunaan ventilator untuk pasien kondisi berat dapat dimaksimalkan.
”Kami berharap RS swasta bisa berkolaborasi dalam mendukung penanganan Covid-19. Perawat ICU mahir di RS swasta lain yang tidak menangani Covid-19 bisa diperbantukan ke RS Semen Padang. Nanti jasa medis dan insentifnya kami yang bayarkan. Ini dibutuhkan karena kami juga menerima pasien positif Covid-19 rujukan RS swasta sekitar,” ujar Farhaan.
Kami berharap ada perhatian pemangku kebijakan terkait kondisi ini. Kasus bertambah banyak. Kalau tidak cepat dan sigap dalam mencari solusinya, akan banyak kematian akibat Covid-19.
Selain itu, kata Farhaan, RS Semen Padang juga membutuhkan alat pembuang lendir saluran pernapasan pasien positif Covid-19. Jika lendir tidak dibuang, oksigen yang disalurkan untuk membantu pernapasan pasien terhambat. Menurut Farhaan, RS sudah mencoba meminta bantuan ke Pemprov Sumbar tetapi tidak jadi karena masa tanggap darurat Covid-19 sebelumnya telah berakhir. Sekarang, RS Semen Padang mencoba meminta bantuan pada BUMN.
Secara terpisah, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Sumbar Busril mengakui, beberapa RS rujukan Covid-19 di Sumbar mengalami kelebihan pasien. Selain RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi, penuhnya ruang perawatan Covid-19 juga dialami oleh RS Tentara Dr Reksodiwiryo dan RS Hermina Padang.
”Untuk pasien kondisi sedang dan berat, memang menjadi kewajiban RS rujukan Covid-19 untuk menangani, seperti RSUD Dr Achmad Mochtar dan RSUP Dr M Djamil Padang. Kalau RS rujukan yang dituju penuh, tentu mesti dicarikan solusi ke RS rujukan lain yang masih ada ruang kosong. Kalau di RSUD Pariaman kosong, mau tidak mau pasien dirujuk ke sana,” kata Busril.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Kota Solok Meningkat Saat Normal Baru
Menurut Busril, saat ini, ada 10 RS rujukan Covid-19 di Sumbar dengan total kapasitas hingga Senin (15/9/2020) sebanyak 601 tempat tidur. RS tersebut adalah RSUP Dr M Djamil Padang, RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi, RSUD Pariaman, RSUD Rasidin Padang, RSUD M Natsir Solok, RS Semen Padang, RS Universitas Andalas, RST Dr Reksodiwiryo, RSJ HB Saanin Padang, dan RS Hermina Padang.
Hingga Senin, rata-rata tingkat okupansi RS rujukan Covid-19 di Sumbar mencapai 70,71 persen atau terisi 425 tempat tidur dari total 601 tempat tidur. Kapasitas RSUP Dr M Djamil Padang sebanyak 200 tempat tidur (terisi 129), RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi 49 tempat tidur (terisi 51), RSUD Pariaman 47 tempat tidur (terisi 16), dan RSUD Rasidin Padang 96 tempat tidur (terisi 70).
Selanjutnya, kapasitas RSUD M Natsir Solok 16 tempat tidur (terisi 4), RS Semen Padang 72 tempat tidur (terisi 62), RS Universitas Andalas 71 tempat tidur (terisi 51), RST Dr Reksodiwiryo 29 tempat tidur (terisi 32), RSJ HB Saanin Padang 12 tempat tidur (terisi 1), dan RS Hermina Padang 9 tempat tidur (terisi 9).
”Kami terus berupaya agar RS bisa melayani pasien Covid-19 secara maksimal. Saat ini, pasien Covid-19 masih bisa ditangani. Tingkat hunian 70-80 persen, masih ada ruangan untuk pasien pasien Covid-19,” ujar Busril.
Sebagai antisipasi kasus positif Covid-19 yang terus melonjak, Busril mengatakan, Dinkes Sumbar meminta semua RS di Sumbar, baik RS pemerintah, daerah, maupun swasta, bisa melayani pasien Covid-19. Total ada 76 RS di Sumbar (termasuk 10 RS rujukan Covid-19), yaitu RS khusus, RS umum, dan lainnya. Dinkes Sumbar sedang mengumpulkan data potensi tambahan tempat tidur untuk pasien Covid-19 dari RS tersebut.
Baca juga: RS Rujukan Covid-19 di Sumbar Mulai Penuh
Antisipasi lainnya jika kasus terus meningkat, kata Busril, adalah upaya pembatasan pasien positif Covid-19 yang dirawat inap berdasarkan kondisi kesehatan. Pasien yang dirawat di RS hanya pasien kondisi kesehatan kategori sedang hingga berat.
”Kalau peningkatan kasus terus terjadi, kami sudah harus memilah pasien. Yang dirawat itu tentu orang dengan gejala, kategori sedang hingga berat, atau pasien dengan gejala serius. Kalau pasien yang tidak ada gejala, tidak perlu dirawat di RS lagi. Mereka bisa isolasi di tempat karantina atau di rumah. Namun, sekarang, mereka (tanpa gejala atau kategori ringan) masih boleh dirawat di RS,” ujar Busril.
Pada Selasa (15/9/2020) pagi, kasus positif Covid-19 di Sumbar bertambah 142 orang dari 2.383 sampel yang diperiksa. Tambahan kasus paling banyak berasal dari Padang, 73 orang, Pesisir Selatan 24 orang, Agam 14 orang, dan Padang Pariaman 11 orang.
Total kasus positif Covid-19 di Sumbar hingga Selasa pagi 3.644 orang. Dari total kasus 3.502 orang hingga Senin (14/9/2020) malam, 74 orang di antaranya meninggal dan 1.804 orang sembuh.
Jumlah spesimen atau sampel yang diperiksa di Sumbar hingga Senin sebanyak 153.347 spesimen dengan jumlah orang diperiksa 128.042 orang. Adapun rasio kasus positif dibandingkan dengan spesimen yang diperiksa (positivity rate) sekitar 2,74 persen.