Sebagian Siswa dari Luar Kota Tegal Difasilitasi dengan Bus Khusus
Salah satu sekolah di Kota Tegal, Jawa Tengah, menyediakan bus khusus untuk mengangkut siswa yang berasal dari luar kota. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan risiko penyebaran Covid-19 dalam perjalanan.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Puluhan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Tegal yang berasal dari luar Kota Tegal, Jawa Tengah, difasilitasi dengan sebuah bus khusus untuk menekan risiko penyebaran Covid-19 dalam perjalanan dari dan menuju sekolah. Sebelum dan sesudah digunakan mengangkut siswa, bus itu disemprot disinfektan.
Setelah hampir enam bulan menjalani pembelajaran jarak jauh, sebanyak 626 siswa SMPN 9 Tegal memulai pembelajaran tatap muka, Selasa (1/9/2020). Mereka termasuk yang terlambat menggelar pembelajaran tatap muka sebab SMP lain di Kota Tegal sudah memulai menerapkan tatap muka awal Agustus lalu.
Pada awal Agustus, SMPN 9 Kota Tegal dinilai belum siap mengadakan pembelajaran tatap muka. Hal itu terjadi karena 45 persen siswa di sekolah itu berasal dari luar Kota Tegal. Sebagian besar siswa yang berasal dari luar kota pergi ke sekolah menggunakan angkutan umum.
”Banyaknya siswa dari luar kota yang pergi ke sekolah menggunakan angkutan umum dikhawatirkan bisa memicu penyebaran Covid-19. Setelah mengupayakan bus khusus bagi siswa ini, kami mendapat izin dari Dinas Kesehatan Kota Tegal serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal untuk mengadakan pembelajaran tatap muka,” ucap Kepala SMPN 9 Tegal Eko Winarno di Kota Tegal.
Eko mengatakan, pihaknya sudah bekerja sama dengan tiga perusahaan otobus untuk menyediakan bus khusus bagi siswa. Sebelum dan sesudah digunakan mengangkut siswa, bus itu disemprot cairan disinfektan.
Di dalam bus, para siswa diminta memakai masker dan menjaga jarak. Setiap bus dengan kapasitas 30 penumpang hanya boleh diisi maksimal 20 penumpang. Saat mengangkut siswa, bus tersebut tidak diperbolehkan mengangkut penumpang lain.
”Dari pantauan di hari pertama, masih ada penumpang umum yang ingin naik bus khusus siswa. Padahal, sudah ada spanduk yang memberitahukan bahwa itu bus khusus. Karena sudah ada kesepakatan, sopir bus menolak penumpang selain siswa kami,” kata Eko.
Rachel (12), siswa kelas VII SMPN 9 Tegal, mengatakan sangat terbantu dengan adanya fasilitas bus khusus ini. Menurut Rachel, orangtuanya tidak bisa mengantar dirinya ke sekolah karena harus bekerja.
”Kalau naik sepeda kejauhan. Jadi, harus naik angkutan umum,” ujar warga Desa Purwahamba, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal, itu.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal Ismail Fahmi mengatakan, sebelum menggelar pembelajaran tatap muka, sekolah harus mendapat persetujuan dari wali murid, komite sekolah, dan pengawas. Jika sudah ada persetujuan, sekolah akan dicek kesiapan sarana penunjang protokol kesehatannya.
”Sebanyak 31 SMP di Kota Tegal sudah melakukan pembelajaran tatap muka awal Agustus. Adapun dua SMP, yakni SMPN 9 Tegal dan SMPN 4 Tegal, baru mulai pembelajaran tatap muka hari ini,” kata Fahmi.
Jika SMPN 9 Tegal memilih menyediakan bus khusus bagi siswa dari luar kota, SMPN 4 Tegal memilih tidak memberikan izin bagi siswa dari luar kota mengikuti pembelajaran tatap muka.
Di Kota Tegal, pembelajaran tatap muka digelar terbatas selama tiga hari dalam seminggu, yakni Senin, Selasa, dan Rabu. Dalam satu hari, hanya satu jenjang kelas yang masuk. Artinya, satu siswa masuk satu hari dalam seminggu. Adapun pada Kamis-Sabtu, siswa belajar secara daring.
Disiarkan
Di Kota Pekalongan, penyampaian materi pembelajaran melalui lembaga penyiaran publik lokal, yakni Batik TV dan Radio Kota Batik, dimulai Selasa pagi. Strategi ini dianggap efektif untuk mengatasi persoalan yang timbul selama pembelajaran daring, yakni keterbatasan gawai dan kouta internet serta ketidakstabilan jaringan internet.
”Semoga penyiaran materi pembelajaran melalui Batik TV dan Radio Kota Batik ini bisa menjadi solusi terbaik bagi wali murid, guru, dan peserta didik yang mengalami kendala saat pembelajaran daring,” kata Wali Kota Pekalongan Saelany Machfudz dalam keterangannya.
Sebelum menyiarkan materi melalui radio dan televisi, sebanyak 120 guru dari jenjang pendidikan SD dan SMP dilatih memproduksi materi siaran. Setelah selesai diproduksi, materi-materi pembelajaran yang mereka buat mulai disiarkan Selasa pagi. Selain menjadi solusi atas persoalan yang muncul akibat pembelajaran daring, penyiaran materi pembelajaran daring ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan guru.