Jalan Rusak, Akses Merauke-Boven Digoel Tak Lancar
Masalah klasik kerusakan jalan Trans-Papua ruas Merauke-Boven Digoel belum terselesaikan hingga kini. Ditemukan sembilan titik kerusakan jalan.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Jalan Trans-Papua ruas Merauke-Boven Digoel masih dirundung masalah kerusakan di sejumlah titik. Kondisi itu menyebabkan akses transportasi antardua kabupaten di selatan Papua itu tak lancar.
Hal ini disampaikan Ketua DPRD Boven Digoel Athanasius Koknak dalam webinar Dialog Nasional Seri 03 Masyarakat Transportasi Indonesia Wilayah Papua bertema ”Penanganan Jalan Ruas Merauke-Tanah Merah Papua”, Rabu (19/8/2020).
Ruas jalan itu menghubungkan Kabupaten Merauke dengan Kabupaten Boven Digoel sepanjang 425 kilometer. Menurut Athanasius, terdapat sembilan titik kerusakan, semuanya di wilayah Boven Digoel.
Athanasius menemukan titik kerusakan itu dalam perjalanan dari Merauke ke Tanah Merah, ibu kota Boven Digoel, pada 14 Agustus 2020. Kerusakan berupa lubang sedalam 20 hingga 30 sentimeter yang tergenang air. Kerusakan memakan hampir separuh dari lebar jalan. Adapun kondisi ruas jalan di wilayah Merauke mulus.
”Perjalanan dari Merauke hingga wilayah perbatasan dengan Boven Digoel hanya memakan waktu tiga jam. Namun, perjalanan dari perbatasan ke Tanah Merah bisa enam hingga delapan jam karena kondisi jalan yang rusak,” papar Athanasius.
Menurut Athanasius, selain sembilan titik tersebut, terdapat juga 14 titik kerusakan jalan perbatasan dari Tanah Merah ke Waropko sepanjang 115 kilometer. Ia mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten Boven Digoel sebelumnya telah menutup akses jalan ke Tanah Merah dan Waropko untuk diperbaiki pihak kontraktor sejak 23 Juli hingga 10 Agustus 2020. Namun, setelah diperbaiki, jalan kembali rusak.
”Diperlukan evaluasi penanganan jalan nasional di Boven Digoel. Sebab, jalan ini sangat penting untuk mobilitas masyarakat dan perekonomian Boven Digoel,” tutur Athanasius.
Ia berharap, campuran bahan untuk jalan tidak hanya menggunakan tanah dan pasir. Namun, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga dapat memanfaatkan sumber daya alam setempat, seperti batu kerikil yang berlimpah di enam distrik atau kecamatan di Boven Digoel.
Rektor Universitas Cenderawasih Apolo Safanpo, pembicara webinar, berpendapat, sebagian besar lapisan permukaan tanah di wilayah Papua merupakan tanah laterit. Hal ini menyebabkan tanah menjadi gembur ketika mengandung air dalam jumlah besar sehingga memengaruhi kekuatan struktur jalan.
”Merauke merupakan daerah yang tidak memiliki material batu sehingga biaya konstruksi menjadi mahal. Untuk menekan biaya konstruksi, perlu cara untuk memanfaatkan penggunaan material lokal,” tutur Apolo.
Wakil Menteri PUPR John Wempi Wetipo, yang juga menjadi pembicara webinar, mengapresiasi masukan ini karena menjadi bahan kebijakan penanganan. Ia mengatakan, pemerintah pusat telah menyiapkan anggaran pembangunan jalan serta jembatan di Provinsi Papua pada tahun 2020 senilai Rp 2,26 triliun. Adapun untuk Provinsi Papua Barat nilainya Rp 1,04 triliun.
”Jalan Trans Merauke–Tanah Merah sepanjang 425 kilometer ini adalah ruas logistik utama dari dan ke wilayah Pegunungan Tengah Papua bagian selatan, seperti Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Pegunungan Bintang, dan Kabupaten Yahukimo,” papar Wempi.