Titik-titik Panas Mulai Bermunculan di Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah memasuki musim kemarau, titik api pun mulai bermunculan. Pada Selasa (18/8/2020) setidaknya 26 titik panas terpantau satelit. Hingga kini terdapat 174 kejadian kebakaran di lahan seluas 244,66 hektar.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Kalimantan Tengah memasuki musim kemarau. Titik api pun mulai bermunculan. Pada Selasa (18/8/2020) setidaknya 26 titik panas terpantau satelit. Hingga kini terdapat 174 kejadian kebakaran di lahan seluas 244,66 hektar. Pembasahan lahan rawan terbakar dan penguatan masyarakat pun terus dilakukan.
Dari data Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB) Provinsi Kalteng menunjukkan adanya titik panas dengan tingkat kepercayaan yang beragam dengan total mencapai 26 titik. Titik-titik itu tersebar di Kabupaten Kotawaringin Timur, Barito Utara, Barito Timur, dan Kabupaten Barito Selatan.
Prakirawan cuaca dari Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya, Lian Andriani, menjelaskan, saat ini Kalimantan Tengah sudah memasuki musim kemarau. Meskipun demikian, masih akan tetap terjadi hujan di beberapa wilayah.
”Seperti Kota Palangkaraya sudah lewat masa peralihan musimnya, jadi saat ini memang kemarau. Tetapi, bukan berarti tidak ada hujan. Dalam prediksi kami masih akan hujan dengan intensitas sangat kecil,” kata Lian.
Lian menambahkan, hujan pada musim kemarau terjadi karena ada pola gangguan atmosfer di wilayah ekuator tropis yang sebagian besar merupakan wilayah Kalimantan Tengah. Karena itu, beberapa wilayah masih akan terus terjadi hujan.
Seperti Kota Palangkaraya sudah lewat masa peralihan musimnya, jadi saat ini memang kemarau.
”Pengaruhnya hujan pada musim kemarau juga beragam, bisa karena sifat skala lokal maupun regional. Jadi, kalau kemarau di Palangkaraya ada beberapa tempat di wilayah itu yang masih akan dilanda hujan,” ucap Lian.
Sejak 1 Juli 2020, Pemerintah Provinsi Kalteng sudah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sampai dengan 20 September 2020 mendatang. Selain untuk mengantisipasi lebih cepat, pihak pemerintah juga mendasarkan pada prediksi Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya terkait dengan puncak musim kemarau pada akhir Juli hingga September (Kompas, Rabu 1 Juli 2020).
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Darliansjah mengungkapkan, pihaknya sudah menyiapkan tujuh helikopter untuk bom air. Sebagian besar merupakan bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI.
Selain helikopter, lanjut Darliansjah, saat ini pihaknya juga menyiapkan pembasahan gambut di lahan-lahan rawan terbakar. Gambut menjadi kawasan yang diperhatikan pada musim kemarau lantaran sifatnya yang sangat mudah terbakar.
”Koordinasi terus berjalan dengan semua pihak sehingga saat ini semuanya waspada sambil memeriksa kelengkapan infrastruktur pembasahan, juga melakukan pembasahan di lahan-lahan yang sudah dipetakan,” kata Darliansjah.
Data dari Dinas Lingkungan Hidup, sejak 2017-2019 Badan Restorasi Gambut (BRG) membangun setidaknya 10.905 sumur bor yang tersebar di beberapa kabupaten di Kalteng, lalu membentuk 103 kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) di delapan kabupaten/kota di Kalteng yang setiap kelompok berisi lebih kurang 20 orang.
”Saat ini masih dilakukan pendataan sekaligus perawatan infrastruktur sumur bor, petugas masih di lapangan,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Esau A Tambang.
Esau menambahkan, pihaknya saat ini fokus pada dua hal, yakni penguatan masyarakat dan pembasahan lahan gambut rawan terbakar. Meskipun anggaran di dinasnya minim, pihaknya mendapatkan dana dari Badan Restorasi Gambut (BRG) RI tahun ini sebanyak lebih kurang Rp 19 miliar.
Di Kabupaten Pulang Pisau, pemerintah daerah menyiapkan beberapa skema bersama BRG RI dan lembaga kemitraan. Skema penanganan kebakaran hutan dan lahan itu dijalankan melalui program Desa Tangguh Bencana yang berada di lima lokasi, yakni Desa Pilang, Tumbang Nusa, Jabiren Raya, Tanjung Taruna, dan Penda Barania.
”Hasil dari kesepakatan itu membentuk forum desa tangguh bencana, peta kerawanan karhutla, dan rambu-rambu di tiap lokasi untuk pengingat,” kata Bupati Pulang Pisau Edy Pratowo dalam sebuah acara webinar.
Menurut Edy, penguatan kelembagaan di tingkat tapak juga didukung oleh adanya Desa Peduli Gambut (DPG). ”Selalu ada hikmah dan pembelajaran dalam penanganan karhutla sehingga atas dasar itu kami berupaya melaksanakan pencegahan sedini mungkin hingga tingkat tapak,” ujarnya.