Cantelan Merah-Putih, Cara Warga Dusun Berbagi Beban pada Hari Kemerdekaan
Warga dusun di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, membagikan makanan secara gratis saat perayaan HUT Ke-75 Republik Indonesia. Uniknya, semua makanan berwarna merah putih. Contoh solidaritas pada masa pandemi.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·5 menit baca
Merayakan kemerdekaan tak selalu harus dengan gegap gempita dan sorak-sorai. Terlebih pada masa pandemi saat rasa empati lebih dibutuhkan. Dengan spirit solidaritas, warga kampung di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, memasak aneka makanan, lalu dibagikan gratis untuk siapa pun. Uniknya, semua makanan berwarna merah putih.
Puluhan kantong plastik tergantung di rak kayu di tepi jalan Dusun Burikan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Sleman, Senin (17/8/2020). Di dalam kantong-kantong plastik itu terdapat beberapa jenis makanan, seperti getuk, jenang, kue lapis, bolu kukus, dan cendol. Semua makanan tersebut berwarna merah putih atau sesuai dengan nuansa perayaan kemerdekaan Indonesia.
Hari itu warga Dusun Burikan menggelar kegiatan ”Semarak Canthelan Merah Putih Berbagi” untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-75 Republik Indonesia. Dalam kegiatan tersebut, warga bersama-sama membuat aneka jenis makanan dengan warna merah putih. Makanan-makanan itu kemudian diwadahi kantong plastik, lalu digantung di rak kayu di sejumlah lokasi.
”Kami sengaja membuat makanan berwarna merah putih, lalu di-canthelke (digantung) di pinggir jalan. Siapa pun boleh mengambil makanan-makanan itu secara gratis,” kata koordinator Relawan Canthelan Dusun Burikan, Murti Maharini (43).
Murti menjelaskan, ada sekitar 180 paket makanan yang dibagikan dalam kegiatan tersebut. Untuk menghindari kerumunan, makanan-makanan itu digantung di enam lokasi berbeda. Setiap orang, baik yang berasal dari Dusun Burikan maupun warga luar yang kebetulan lewat, boleh mengambil makanan-makanan tersebut secara gratis.
Adapun uang untuk membuat makanan itu, antara lain, berasal dari hasil kegiatan penjualan pakaian pantas pakai yang dilakukan oleh warga dusun tersebut. ”Beberapa waktu lalu kami memang menggelar kegiatan penjualan baju pantas pakai. Total penjualan baju pantas pakai itu hampir Rp 6 juta dan kami gunakan untuk menyubsidi kegiatan ini,” ujar Murti.
Murti menambahkan, selain makanan yang dimasak secara bersama-sama, sebagian warga juga menyumbangkan beberapa jenis makanan lain dalam kegiatan tersebut. Di RT 004, Dusun Burikan, misalnya, warga menyumbangkan beberapa jenis jajanan anak-anak sebagai canthelan khusus untuk anak-anak.
Uang untuk membuat makanan itu, antara lain, berasal dari hasil kegiatan penjualan pakaian pantas pakai yang dilakukan oleh warga dusun tersebut.
Sejak Mei
Murti menjelaskan, kegiatan ”Semarak Canthelan Merah Putih Berbagi” merupakan kelanjutan dari gerakan cantelan makanan yang berlangsung di Dusun Burikan sejak 17 Mei 2020. Cantelan merupakan kata dalam bahasa Jawa yang bermakna gantungan. Adapun gerakan cantelan makanan merupakan aktivitas sosial yang bertujuan membantu warga yang dilanda kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Dalam gerakan cantelan makanan, warga secara sukarela menggantung aneka jenis makanan di rak-rak yang sudah disediakan. Makanan-makanan yang telah digantung itu boleh diambil secara gratis oleh siapa saja yang membutuhkan, baik warga setempat maupun orang luar.
”Maksud tujuan kami melaksanakan cantelan itu untuk membantu orang-orang yang terkena dampak Covid-19 secara ekonomi. Di tempat kami, kan, banyak juga warga yang terkena dampak secara ekonomi, misalnya penghasilannya menurun, kehilangan pekerjaan, dan sebagainya,” tutur Murti.
Murti menuturkan, gerakan cantelan makanan di Dusun Burikan itu terinspirasi dari gerakan serupa yang lebih dulu muncul di beberapa lokasi di Sleman. Dia menyebutkan, pada mulanya gerakan cantelan makanan di Dusun Burikan dibantu oleh Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama). ”Kagama membantu dana awal sebesar Rp 500.000 untuk menyubsidi cantelan ini,” tuturnya.
Meski awalnya mendapat bantuan dari pihak luar, gerakan cantelan makanan di Dusun Burikan kemudian bisa berjalan secara mandiri. Hal ini karena banyak warga di dusun tersebut yang kemudian tergerak memberi makanan secara sukarela. Selain itu, terkadang juga ada bantuan dari pihak luar untuk mendukung gerakan cantelan makanan di dusun yang dihuni sekitar 300 keluarga tersebut.
”Di Dusun Burikan ini ada enam RT (rukun tetangga) dan sekarang ada enam titik cantelan juga. Sekarang yang ngisi cantelan itu semuanya dari warga. Kalau dulu, karena saya sering posting di media sosial, banyak donasi yang datang,” ucap Murti.
Dia menambahkan, dalam gerakan cantelan makanan di Dusun Burikan, setiap orang bebas menyumbangkan apa pun yang dimiliki. Hal ini karena tidak ada batasan jenis ataupun jumlah makanan yang boleh disumbangkan. Aturan ini sengaja dibuat untuk memudahkan warga menyumbang makanan sesuai dengan kemampuan.
Dalam gerakan cantelan makanan di Dusun Burikan, setiap orang bebas menyumbangkan apa pun yang dimiliki. Tidak ada batasan jenis ataupun jumlah makanan yang boleh disumbangkan.
”Makanan yang diberikan itu bisa mentah ataupun matang. Jumlah makanan yang diberikan juga enggak ditentukan. Bisa satu ikat kangkung atau satu butir telur saja,” ujar Murti.
Dengan ketentuan semacam itu, banyak warga Dusun Burikan aktif mengisi cantelanmakanan. Sebagian warga bahkan sengaja memasak makanan lebih banyak agar bisa berpartisipasi dalam cantelan makanan. ”Hampir semua warga terlibat. Kadang ada yang sengaja masakannya dilebihkan karena mau disumbangkan untuk cantelan,” paparnya.
Banyaknya warga yang aktif berpartisipasi itu membuat gerakan cantelan makanan di Dusun Burikan bisa berkelanjutan hingga sekarang. Bahkan, sejak 17 Mei 2020, cantelan makanan di dusun tersebut terus berjalan setiap hari, tanpa libur. Warga Dusun Burikan juga berkomitmen meneruskan gerakan itu sampai batas waktu yang belum ditentukan.
”Selama warga masih mau dan mampu, akan diteruskan karena ini merupakan cara yang paling gampang untuk bersedekah atau berbagi. Orang desa itu, kan, kalau pas kekurangan kadang malu untuk meminta. Nah dengan adanya cantelanini, kan, semua orang bisa ambil tanpa harus malu,” tutur Murti.
Orang desa itu, kan, kalau pas kekurangan, kadang malu untuk meminta. Nah, dengan adanya cantelan ini, kan, semua orang bisa ambil tanpa harus malu.
Beragam
Koordinator Relawan Canthelan RT 05 Dusun Burikan, Astuti (50), mengatakan, makanan yang disumbangkan warga dalam gerakan cantelan itu sangat beragam. Ada yang menyumbang makanan matang, misalnya bubur kacang hijau, bubur putih, soto, nasi goreng, capcai, dan sebagainya. ”Ada juga yang nyumbang buah, misalnya pisang, dan sayur-sayuran mentah,” katanya.
Astuti menuturkan, selain menyumbang makanan, ada juga warga yang menyumbang dalam bentuk uang. Uang sumbangan warga itu lalu dibelikan makanan oleh para sukarelawan yang sudah ditunjuk. Oleh karena itu, dalam satu hari, bisa terdapat beberapa cantelandengan isi yang berbeda. Adapun jumlah cantelandi satu lokasi bisa mencapai puluhan buah dalam sehari.
”Kalau cantelan yang saya koordiniasi itu biasanya saya taruh sekitar pukul 09.00 atau 10.00 pagi. Tapi, ada juga warga yang meletakkan cantelan waktu sore hari atau malah pagi-pagi sekali,” ujar Astuti.
Salah seorang warga Dusun Burikan, Yuliana Woro Wardani (61), menyambut baik gerakan cantelan makanan di dusun itu. Ia menyebutkan, cantelan makanan itu sangat berguna untuk warga yang terkena dampak pandemi Covid-19. ”Dengan adanya cantelan ini, paling enggak dapur kita bisa ngepul,” tuturnya.
Yuliana menuturkan, selama ini, rasa kekeluargaan di antara warga Dusun Burikan memang sangat baik. Oleh karena itu, ketika ide untuk membuat gerakan cantelan makanan tersebut muncul, semua warga menyambut baik. ”Gotong royong dan rasa persaudaraan di dusun ini sangat erat,” katanya.
Semangat warga Dusun Burikan di Sleman melanggengkan program cantelan makanan menjadi salah satu bukti kokohnya fondasi solidaritas anak bangsa. Sebab, untuk melewati masa yang tak mudah ini, semua pihak mesti berbagi beban dan menyatukan arah.