Sepuluh Awak Kapal TB Immanuel WGSR 3 Belum Ditemukan
Kapal Tug Boat Immanuel Wahana Gemilang Samudera Raya 3 hilang kontak di Perairan Pulau Sangeang, Bima, Nusa Tenggara Barat. Sepuluh dari dua belas awak hingga saat ini belum ditemukan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
BIMA, KOMPAS — Kapal Tug Boat Immanuel Wahana Gemilang Samudera Raya 3 dilaporkan terbakar dan hilang kontak di Perairan Pulau Sangeang, Bima, Nusa Tenggara Barat. Sepuluh awak kapal yang mengangkut bahan bangunan itu belum ditemukan.
Kepala Badan Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Mataram Nanang Sigit PH di Mataram, Sabtu (15/8/2020), mengatakan, Kapal TB Immanuel dilaporkan terbakar pada Kamis (30/7/2020). Sejak saat itu, kapal yang tengah dalam perjalanan menuju Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, itu hilang kontak.
Menurut Nanang, kapal TB Immanuel WGSR 3 yang berangkat dari pelabuhan Gresik, Jawa Timur, 25 Juli 2020, membawa 12 awak. Dua awak sudah ditemukan pada Kamis (6/8/2020). Mereka ditemukan selamat di Pulau Kambang Lamari, Desa Sapuka, Kecamatan Liukang Tangaya, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Makassar.
Sementara sepuluh awak masih dalam pencarian. Mereka adalah Rustam Efendi (Nahkoda), Ahmad Efendi (KKM), Robby Dwi Permadi (Mualim I), Ahmad Mahfutron (Mualim II), Denis Raditia Ermanda (Masinis I), Bayu Santoso (Masinis II), Sahir Juana (Juru Mudi), Rahmad Hermawan (Juru Mudi), Arief Damar Junianto (Juru Mudi), dan Joshua Kalimasa (Juru Masak).
Setelah hilang kontak, operasi SAR sudah dilakukan. Namun, nihil. Setelah itu, pihak perusahaan dan keluarga mengirim surat permohonan ke Basarnas untuk memperpanjang operasi.
”Basarnas Pusat menyetujui perpanjangan operasi SAR selama tiga hari, yakni 14-16 Agustus 2020. Itu berdasarkan surat permohonan dari pihak perusahaan dan keluarga. Kami turut serta membantu Basarnas Makassar bersama unsur terkait yang sebelumnya telah melakukan pencarian di wilayah kerjanya,” kata Nanang.
Menurut Nanang, sejak Jumat kemarin, Kantor SAR Mataram sudah mengerahkan personel dengan menggunakan Rescue Boat 220 Mataram. Pencarian juga diikuti perwakilan pihak perusahaan dan keluarga.
I Gusti Lanang Wiswananda dari Bagian Hubungan Masyarakat Kantor SAR Mataram menambahkan, pencarian saat ini difokuskan di utara Pulau Sangeang. Hal itu karena berdasarkan informasi dari pihak perusahaan, gambar terakhir kapal di aplikasi milik mereka terlihat di sana.
Sejumlah kejadian
Peristiwa yang menimpa TB Immanuel WGSR 3 menambah daftar kejadian kecelakan di perairan laut NTB dan sekitarnya.
Sepanjang Agustus, sudah ada dua kecelakaan yang mengakibatkan pemancing asal Lombok Utara hilang di Pantai Jubrik, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, dan nelayan asal Ampenan, Kota Mataram, hilang saat di Selat Bali.
Sebelumnya, pada awal Februari lalu, Amaq Mawar (50) asal Lombok Tengah hilang seusai memeriksa kerambanya di Laut Awang, Mertak, Kecamatan Pujut.
Kemudian pada pertengahan Februari, lima nelayan asal Pulau Sanane, Sulawesi Selatan, juga dilaporkan hilang setelah lima hari berlayar ke Kabupaten Bima untuk menjual hasil laut.
Pada Juli lalu tercatat ada dua kejadian, yakni Ridwan Hafiz (17), seorang pelajar, hilang di perairan Sekotong, Lombok Barat. Lalu pada hari yang sama, Jayadi (25), nelayan asal Lombok Timur hilang di perairan Sumbawa.
Sejauh ini, menurut Agastya Ardha Chandra Dewi, prakirawan Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid, BMKG mengimbau untuk mewaspadai tinggi gelombang yang mencapai 2 meter atau lebih dalam dua hari ke depan.
Gelombang itu seperti di Selat Lombok bagian utara dan selatan, Selat Alas bagian selatan, Samudra Hindia Selatan NTB, dan Selat Sape bagian selatan.