Perburuan lutung kembali terjadi di lereng Gunung Kawi, Kabupaten Malang, Jatim setelah lama tak terdengar. Tragisnya, lutung itu dibunuh, lalu kulit dan kepalanya digantung di jalur pendakian.
Oleh
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS - Setelah lama tidak terdengar, perburuan lutung jawa kembali terjadi di wilayah Malang Raya, Jawa Timur. Bangkai seekor lutung jawa (Trachypithecus auratus)ditemukan dalam kondisi mengenaskan, tersisa kepala dan kulit dalam kondisi tergantung di pohon, di tepi jalur pendakian menuju Cemoro Kandang, lereng Gunung Kawi, Kabupaten Malang.
Pada Selasa (11/8/2020) siang, organisasi pecinta satwa Profauna Indonesia bersama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur dan Perhutani, memeriksa kondisi bangkai lutung di Petak 212 kawasan hutan lindung, yang masuk wilayah Dusun Princi, Desa Gadingkulon, Kecamatan Dau tersebut.
Namun, saat dicek oleh petugas, kepala lutung sudah hilang dan tangannya ditemukan sudah terpotong. Kondisi bangkai mulai dikerubungi belatung meski baunya belum terlalu menusuk hidung.
Satwa dilindungi itu diperkirakan ditembak oleh pemburu, tiga hari lalu. Ketua Profauna Indonesia Rosek Nursahid, mengatakan, bangkai itu ditemukan di kawasan hutan lindung yang berjarak sekitar tujuh kilometer dari permukiman warga. Lokasinya bisa diakses orang dengan jalan kaki karena berada di jalur pendakian.
“Tadi (Senin) malam, kami mendapat informasi soal bangkai lutung itu. Kebetulan seminggu terakhir tim Ranger Profauna Indonesia sedang berkeliling ke hutan lindung di sekitar Kawi dalam rangka sapu bersih jerat satwa. Kami menemukan banyak jerat satwa yang kemudian kami rusak,” ujarnya.
Menurut Rosek, menjadi pertanyaan besar mengapa pemburu meninggalkan bangkai tersebut di jalur pendakian, alih-alih menyembunyikannya untuk menghilangkan jejak. Adapun daging lutung, kemungkinan dijual karena ada mitos bahwa daging primata tersebut berkhasiat meningkatkan vitalitas dan dapat digunakan bahan campuran minuman keras.
Rosek menduga, pelaku adalah orang yang sudah terbiasa berburu, mengingat keberadaan lutung biasanya berada di pucuk pohon dan mereka akan segera menjauh bila mengetahui ada orang datang. “Kami belum bisa memastikan berapa lutung yang berhasil diburu. Di lokasi, kami menemukan ada ceceran rambut dan jeroan,” katanya.
Pelaku diduga adalah orang yang sudah terbiasa berburu, mengingat keberadaan lutung biasanya berada di pucuk pohon dan mereka akan segera menjauh bila mengetahui ada orang datang.
Mamat Rohimat, kepala Seksi BBKSDA Jawa Timur Wilayah VI Probolinggo, yang wilayahnya mencakup Lumajang, Probolinggo, Pasuruan, dan Malang, mengatakan pihaknya akan menindaklanjuti temuan ini bersama Perhutani dan pihak terkait lain. "Yang kami lakukan saat ini sebagai langkah awal untuk mengusut tuntas,” ujarnya.
Mamat memastikan lutung yang dibantai pemburu merupakan satwa liar, bukan hasil pelepasliaran. Beberapa tahun terakhir, BBKSDA Jawa Timur bersama lembaga konservasi satwa memang telah melakukan pelepasliaran lutung jawa. Namun, hal itu dilakukan di kawasan hutan lindung Malang Selatan, bukan di lereng Gunung Kawi.
Selama ini, menurut Mamat, pihaknya belum pernah menemukan lutung yang tertangkap tangan hasil perburuan secara langsung. Yang ditemukan adalah lutung anakan hasil perdagangan satwa liar secara daring. “Kalau ini benar-benar ditembak,” ujarnya.
Temuan kegiatan perburuan lutung ini cukup mengejutkan. Berdasarkan pengamatan Profauna Indonesia, perburuan lutung di kawasan Malang Raya pernah terjadi sebelum tahun 2010. Bahkan saat itu, daging lutung pernah diperjualbelikan di pasar Kota Batu. “Diperkirakan lutung-lutung itu merupakan perburuan di sekitar Gunung Panderman,” kata Rosek.
Menurut dia ada tiga primata endemis yang bisa ditemukan di kawasan Malang Raya. Selain lutung, juga ada monyet ekor panjang dan kukang jawa. Dua bulan lalu, BBKSDA Jawa Timur mengevakuasi dua ekor kukang jawa dari tangan warga di kawasan Malang selatan.
Profauna sendiri telah menjalin nota kesepahaman dengan pihak Perhutani Kawasan Pemangkuan Hutan Malang terkait pemantauan hutan lindung bersama dalam rangka pelestarian keragaman hayati. “Kami menandatangani MoU untuk penyelamatan satwa,” kata Kepala Resor Pemangkuan Hutan Oro-oro Ombo Batu, Hadi Mustofa.