Ribuan korban banjir di Kabupaten Deiyai dan Kabupaten Mimika kelaparan dan kekurangan air bersih.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Ribuan warga yang menjadi korban banjir di Kabupaten Deiyai dan Kabupaten Mimika, Papua, dilaporkan dalam kondisi kelaparan dan kekurangan air bersih hingga Rabu (29/7/2020) ini. Pemerintah daerah di dua kabupaten ini belum dapat membantu korban karena terkendala cuaca buruk dan putusnya akses infrastruktur.
Banjir terjadi di Kampung Mudetadi dan Kampung Yewadide di Distrik Bouwobado, Kabupaten Deiyai, selama sepekan terakhir. Banjir dipicu meluapnya air dari tiga kali karena tingginya curah hujan sejak awal bulan ini.
Dampak banjir di Mudetadi dan Yewadide menyebabkan 289 keluarga mengungsi, 4 rumah warga hilang diterjang banjir, dan 19,5 hektar perkebunan warga terendam. Jalan Trans-Papua yang menghubungkan Nabire ke Deiyai hingga Mimika putus total.
Sementara itu, banjir melanda satu kampung di Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika, sejak Minggu (26/7/2020). Sekitar 300 keluarga terdampak banjir tersebut. Iwaka berjarak sekitar 60 kilometer dari Timika, ibu kota Kabupaten Mimika. Iwaka juga berbatasan langsung dengan Mudetadi di Deiyai. Kedua daerah ini berada di sekitar areal perkebunan sawit milik PT Pusaka Agro Lestari (PAL).
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Deiyai Melianus Pakage saat dihubungi pada Rabu sore mengatakan, pihaknya belum dapat menjangkau lokasi kejadian. Hal ini disebabkan kondisi jalan yang buruk karena curah hujan yang tinggi.
Ia mengatakan, sekitar 1.000 warga di dua kampung ini dalam kondisi kelaparan karena seluruh kebunnya terendam air. Biasanya, warga memanfaatkan hasil kebun, seperti ubi dan keladi, untuk kebutuhan pokok sehari-hari.
”Berdasarkan informasi terakhir, air masih menggenangi seluruh wilayah dua kampung tersebut. Masyarakat pun masih mengungsi ke kampung terdekat dan lokasi yang tidak terdampak banjir,” kata Melianus.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Mimika Yosias Lossu mengatakan, rencana pengiriman bantuan ke Iwaka dengan menggunakan helikopter pada Rabu ini gagal terlaksana karena kondisi cuaca buruk. Terdapat sekitar 1.000 warga di lokasi tersebut.
”Kondisi cuaca berawan dan hujan di Mimika sejak pagi hari. Menurut rencana, kami ke Iwaka dengan menggunakan helikopter pada Kamis ini,” ucap Yosias.
Ketua Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Mimika Umar Habib mengatakan, pihaknya telah mengirimkan bantuan beras dan mi instan bagi warga yang terdampak banjir di Iwaka pada Selasa kemarin. Namun, warga kesulitan memasak bahan makanan tersebut karena tidak memiliki air bersih.
”Para pengungsi berjalan kaki melewati hutan untuk mendapatkan bantuan dari kami di tempat yang aman dari banjir. Mereka tak bisa melewati jalan Trans-Papua karena terputus sekitar 400 meter,” kata Umar.
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili memaparkan, penyebab tingginya curah hujan di kawasan Papua bagian tengah karena adanya fenomena tekanan udara dari Filipina beberapa hari yang lalu.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya kondensasi dan memicu tingginya curah hujan di kawasan tersebut. ”Diperkirakan fenomena baru akan berakhir tiga hari ke depan. Warga yang bermukim di daerah perbukitan dan dekat daerah aliran sungai harus waspada apabila terjadi hujan selama berjam-jam,” ujarnya.