Ratusan Pemandu Wisata di Kepri Kehilangan Pekerjaan
Dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang paling parah dirasakan pekerja sektor pariwisata. Di Kepulauan Riau, lebih dari 600 pemandu wisata kehilangan pekerjaan.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang paling parah dirasakan pekerja sektor pariwisata. Di Kepulauan Riau, lebih dari 600 pemandu wisata kehilangan pekerjaan. Pemerintah didesak ikut memikirkan nasib pekerja sekor pariwisata yang terdampak Covid-19.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Batam Fri Surbakti, Kamis (23/7/2020), mengatakan, sebanyak 340 anggotanya kehilangan pekerjaan karena sejak Februari lalu hampir tidak ada wisatawan dari luar daerah ataupun luar negeri yang datang. Kini, sebagian besar pemandu wisata hanya mengandalkan pekerjaan sampingan untuk bertahan hidup.
”Selama lima bulan terakhir, kami hanya bergantung dari uang tabungan. Sangat sulit mencari profesi baru karena hampir semua sektor perekonomian juga terdampak pandemi Covid-19,” kata Fri.
Pemandu wisata khusus turis Korea Selatan, Gunadi (61), mengatakan, aktivitas wisata berhenti total sejak 18 Maret 2020 ketika Singapura mulai melakukan pembatasan mobilitas. Sebelum pandemi, lebih dari 80 persen turis dari luar negeri datang ke Batam melalui negeri singa tersebut.
”Turis asing biasanya datang dengan sistem paket, trip mereka mencakup wisata di Singapura, Batam, dan Malaysia. Jadi, kalau Singapura menutup akses, tidak akan ada turis asing masuk Batam,” ujar Gunadi.
Jadi, kalau Singapura menutup akses, tidak akan ada turis asing masuk Batam. (Gunadi)
Untuk sementara, Gunadi beralih profesi menjadi pedagang makanan. ”Ironis, karena biasanya antara Agustus dan September ini merupakan puncak kunjungan wisatawan dari Korea Selatan. Namun, sekarang ini malah jadi puncak masa sulit kami,” ucapnya.
Menurut Fri, selain 340 pemandu wisata di Batam, ada sekitar 80 pemandu wisata di Tanjung Pinang dan 70 pemandu wisata di Bintan yang juga kehilangan pekerjaan. Ia memprediksi dampak ekonomi akibat pandemi tersebut masih akan berlangsung lama mengingat Singapura yang menyumbang turis asing terbanyak ke Kepri kini mengalami resesi ekonomi.
Perekonomian Kepri sangat bergantung kepada sektor pariwisata. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Kepri merupakan yang kedua terbanyak setelah Bali. Pada 2019, wisatawan mancanegara yang datang ke Kepri jumlahnya mencapai 2,8 juta orang. Lebih dari 40 persen adalah wisatawan asal Singapura.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Perjalanan Wisata Kepri Andika Lim mengatakan, 88 agen perjalanan wisata di Kepri terdampak pandemi dan harus merumahkan pekerjanya. Ia berharap, pemerintah dapat segera menekan penyebaran Covid-19 agar kepercayaan negara lain kepada Indonesia bisa dikembalikan dan wisatawan boleh kembali datang.
Di Kepri, salah satu kabupaten yang ditunjuk menjadi uji coba konsep pariwisata normal baru adalah Bintan. Sebelumnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif merencanakan program cleanliness, health, and safety (CHS) mulai bisa dijalankan pada Agustus 2020.
Kepala Dinas Pariwisata Bintan Wan Rudy Iskandar mengatakan, pemerintah kabupaten dan provinsi sedang berupaya meminta kelonggaran kepada pemerintah pusat agar wisatawan asing dapat kembali masuk. Menurut dia, protokol wisata normal baru sudah selesai dirancang oleh pengelola kawasan pariwisata strategis nasional di Lagoi, Bintan.
”Kami terus berkomunikasi dengan pusat supaya bisa mendapat kelonggaran terkait Peraturan Kementerian Hukum dan HAM Nomor 11 Tahun 2020 tentang Pembatasan Warga Negara Asing. Kami berharap wisatawan mancanegara bisa segera masuk ke daerah yang dipilih untuk uji coba pariwisata normal baru,” ujar Rudy.
Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kepri menunjukkan, hingga 22 Juli, terdapat 345 kasus positif di provinsi ini. Jumlah pasien positif yang masih dirawat sebanyak 25 orang di Batam dan satu orang di Tanjung Pinang. Adapun lima kabupaten/kota lainnya di Kepri kini nol kasus.