Harimau sumatera berusia remaja kembali tertangkap di daerah penyangga kawasan hutan di Sumatera Barat. Selama Juni-Juli 2020, sudah tiga ekor harimau muda masuk dalam perangkap di Sumbar.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) berusia remaja masuk ke dalam perangkap yang dipasang Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat di Nagari Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumbar. Tertangkapnya harimau itu menjawab teka-teki kematian tujuh ekor kambing warga dua hari lalu. Penangkapan harimau ini merupakan penangkapan ke-3 selama sebulan terakhir.
Sekretaris Nagari Lubuk Alung Landi Efendi, Senin (13/7/2020), mengatakan, harimau masuk perangkap Senin pagi. Perangkap dipasang oleh Resor Konservasi Wilayah (RKW) Padang Pariaman Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar pada Minggu sore di samping kandang tujuh ekor kambing yang diterkam pada Sabtu (11/7/2020) di Korong Surantiah Koto Buruak, Nagari Lubuk Alung.
”Harimau tertangkap tadi pagi. Ketika petugas mengecek sekitar pukul 08.30, harimau sudah ada di dalam. Harimau diperkirakan masih remaja,” kata Landi ketika dihubungi dari Padang, Sumbar, Senin siang.
Harimau remaja itu, kata Landi, belum diketahui jenis kelamin dan berapa tahun umurnya. Harimau telah dievakuasi oleh petugas BKSDA Sumbar, Senin siang. Namun, Landi tidak tahu harimau hendak dibawa ke mana.
Menurut Landi, harimau remaja itu sempat terekam perangkap kamera (camera trap) yang dipasang RKW Padang Pariaman BKSDA Sumbar pada Minggu subuh. Harimau itu melompat ke kandang kambing yang sebelumnya telah dimangsa.
Dari rekaman itu, kata Landi, si harimau muda diyakini sedang belajar berburu. Meskipun tidak terekam kamera, induk harimau diduga mengawasi dari kejauhan. Sebab, berdasarkan tabiatnya, harimau muda biasanya ditemani oleh induknya ketika belajar berburu.
Landi melanjutkan, tertangkapnya harimau muda itu mengonfirmasi jenis hewan buas yang memangsa tujuh ternak kambing yang berada di kandang di hamparan tanah dekat perbukitan. Lokasi itu berjarak 1,5-2 kilometer dari permukiman ramai dan sekitar 5-6 kilometer dari Hutan Lindung Bukit Barisan atau Suaka Margasatwa Barisan.
Kejadian ternak kambing dimangsa hewan buas, kata Landi, sebelumnya pernah dua kali terjadi di Nagari Lubuk Alung. Pada 6 Juni 2020, dua ekor ternak kambing dimangsa hewan buas di Korong Gantiang Koto Buruak. Tiga hari berselang, pada 9 Juni 2020, seekor kambing kembali mati diterkam di Korong Padang Baru. Pada dua kejadian itu, pelakunya diduga macan dahan (Neofelis nebulosa).
”Bisa jadi pelaku pada dua kejadian sebelumnya juga harimau sumatera. Di Korong Gantiang Koto Burak, jejak yang ditemukan kecil. Di Korong Padang Baru, jejak yang ditemukan besar. Kemungkinan itu jejak anak dan induknya,” ujar Landi.
Landi pun mengimbau masyarakat semakin waspada karena ada kemungkinan induk harimau berkeliaran di sekitar lokasi. Respons induk harimau ketika kehilangan anaknya juga tidak dapat ditebak. Masyarakat diimbau tidak sendirian beraktivitas di ladang yang berada di perbukitan dan tidak pulang terlalu senja.
Kepala BKSDA Sumbar Erly Sukrismanto membenarkan informasi tertangkapnya harimau remaja itu. Namun, Erly belum bisa menjelaskan lebih lanjut terkait upaya penanganannya. ”Saya belum dapat laporan lengkapnya. Kawan-kawan masih sibuk untuk penanganan awal,” kata Erly melalui pesan teks, Senin sore.
Harimau Solok
Sebelumnya, sepasang hariamau remaja berusia sekitar setahun juga masuk perangkap di Nagari Gantuang Ciri, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, pada 13 Juni 2020 dan 28 Juni 2020. Sepasang harimau muda itu dan induk mereka berulang kali muncul di perladangan warga dekat Hutan Lindung Bukit Barisan dan Suaka Margasatwa Barisan sejak 7 Mei 2020.
Sepasang harimau bernama Putri Singgulung dan Putra Singgulung itu sedang menjalani rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya, Kabupaten Dharmasraya, Sumbar. Keduanya menunggu waktu siap berburu secara mandiri agar bisa kembali dilepasliarkan.
Kepala RWK Solok BKSDA Sumbar Afrilius, Senin (13/7/2020), mengatakan, sampai saat ini jejak-jejak harimau masih terlihat di perladangan warga di area penggunaan lain (APL). Petugas memasang perangkap kamera sejak Sabtu (11/7/2020) lalu, tetapi penampakan harimau belum terekam.
”Camera trap dipasang untuk memastikan jejak tersebut. Siapa tahu justru individu harimau lain yang datang,” kata Afrilius. Sekarang perangkap tidak lagi dipasang untuk menangkap induk harimau, tetapi tetap disiagakan di posko sekitar lokasi.