Pintu Masuk di Balikpapan Belum Terawasi Penuh di Masa Pelonggaran
Pelonggaran kegiatan di Balikpapan, Kalimantan Timur, tanpa dibarengi dengan pengawasan ketat di seluruh pintu masuk bisa memicu kasus baru Covid-19.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Pelonggaran kegiatan di Balikpapan, Kalimantan Timur, bisa memicu penambahan kasus dari luar wilayah jika tidak dibarengi dengan pengawasan ketat di seluruh pintu masuk. Saat ini, syarat wajib tes usap dengan reaksi berantai polymerase (PCR) belum dilakukan di seluruh pintu masuk.
Gubernur Kalimantan Timur sudah mengeluarkan Surat Edaran No 440/3576/B.PPOD.I tentang Protokol Kesehatan dan Tes PCR Penumpang. Di dalam surat edaran itu, seseorang yang masuk ke wilayah Kaltim perlu menunjukkan surat bebas Covid-19 dengan hasil tes usap melalui PCR.
Penumpang dari Palu membawa surat bebas Covid-19 dengan hasil tes cepat. Petugas di pelabuhan melakukan pemeriksaan suhu tubuh dan pengecekan surat itu. (Hotmarulitua Manalu)
Balikpapan merupakan salah satu pintu masuk ke Kaltim melalui Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan, Pelabuhan Semayang, dan Pelabuhan Kariangau. Pemeriksaan dokumen kesehatan penumpang dengan tes PCR baru dilakukan di SAMS Sepinggan dan Pelabuhan Semayang. Padahal, potensi penularan dari wilayah lain masih ada dari Pelabuhan Kariangau.
Para penumpang dari luar provinsi masih bisa masuk Balikpapan melalui Pelabuhan Kariangau meski hanya menunjukkan hasil tes cepat. Pelabuhan itu melayani penyeberangan ke Palu, Sulawesi Tengah. Koordinator Satuan Pelaksana Pelabuhan Kariangau Hotmarulitua Manalu mengatakan, penyeberangan antarpulau sudah mulai dibuka kembali setelah Lebaran.
”Penumpang dari Palu membawa surat bebas Covid-19 dengan hasil tes cepat. Petugas di pelabuhan melakukan pemeriksaan suhu tubuh dan pengecekan surat itu,” kata Manalu di Balikpapan, Senin (22/6/2020).
Ia mengatakan, jumlah kapal yang beroperasi juga sudah lebih banyak dibanding masa mudik. Sebelumnya, hanya enam kapal yang beroperasi, sementara saat ini sudah 10 kapal yang melayani penyeberangan ke Sulawesi dan Penajam Paser Utara. Protokol kesehatan yang dijalankan saat ini adalah mengurangi kuota penumpang di kapal, yakni 50 persen dari kapasitas maksimal.
Dalam sebulan terakhir, pasien positif Covid-19 di Balikpapan bertambah 75 orang. Hingga Senin (22/6/2020), total pasien terkonfirmasi positif Covid-19 berjumlah 132 orang dengan rincian 52 dirawat, 77 sembuh, dan 3 meninggal.
Dinas Kesehatan Kota Balikpapan mencatat, sebagian besar kasus baru muncul dari orang luar Balikpapan. Mereka adalah pekerja di sektor minyak, gas, dan pertambangan dari luar Balikpapan dengan persentase 37,5 persen dari total kasus baru Covid-19. Angka ini lebih tinggi dari angka transmisi lokal, yakni 13,8 persen.
Saat ini, di Balikpapan sendiri tengah menggencarkan tes cepat massal. Sebanyak 2.040 orang sudah mengikuti tes cepat di 27 puskesmas. Beberapa orang hasilnya reaktif dan akan dites cepat untuk kedua kali. Tes usap dengan alat PCR yang bisa mendeteksi virus korona baru lebih akurat baru akan dilakukan dalam jumlah besar.
Disiagakan
Kepala Dinas Kesehatan Balikpapan Andi Sri Jualiarty mengatakan, saat ini Pemkot Balikpapan tengah mengajukan 3.000 alat tes usap ke Pemerintah Provinsi Kaltim. Alat itu akan disiagakan di Bandara SAMS Sepinggan dan Pelabuhan Semayang. Ia belum bisa memastikan kapan alat tes usap diterima Pemkot Balikpapan dan kapan seluruh pintu masuk bisa dipantau ketat.
”Idealnya semua pintu masuk dilakukan penyaringan (penumpang). Namun, wilayah Balikpapan sangat luas dibandingkan jumlah tenaga kami. Saat ini yang mampu kami awasi di Bandara SAMS Sepinggan dan Pelabuhan Semayang,” kata Andi.
Ia juga mengakui bahwa belum ada penjagaan dan pengawasan di jalur darat bagi orang-orang dari luar Balikpapan karena keterbatasan personel. Saat ini, tim Dinas Kesehatan Kota Balikpapan yang bertugas melakukan pengawasan hanya 15 orang yang tersebar di Bandara SAMS Sepinggan dan Pelabuhan Semayang.
Balikpapan sudah mulai melonggarkan kegiatan di pusat perbelanjaan, restoran, dan tempat ibadah sejak 5 Juni. Di tengah pelonggaran itu juga terdapat kluster baru dengan kasus transmisi lokal yang disebut kluster Kampung Baru.
Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman, Risva, mengatakan, pelonggaran kegiatan di tengah wabah Covid-19 yang belum mereda perlu disiapkan matang. Edukasi, sosialisasi, dan simulasi di berbagai sektor yang dibuka perlu digalakkan. Selain itu, pengawasan terhadap warga yang beraktivitas di luar rumah juga perlu diperketat.
”Risiko terhadap kasus dari pembawa virus yang masuk ke suatu wilayah harus bisa dikendalikan,” katanya.