Lima Aparatur Sipil Negara di Sidoarjo Reaktif, Sasaran Pengetesan Massal Diperluas
Selain orang dengan risiko, masyarakat umum, dan pelajar di pesantren, pengetesan Covid-19 di Sidoarjo juga menyasar aparatur sipil negara yang menjadi ujung tombak pelayanan masyarakat.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Sasaran pengetesan massal Covid-19 di Sidoarjo semakin diperluas untuk mendapatkan gambaran riil sebaran penyakit. Selain orang dengan risiko, masyarakat umum, dan pelajar di pesantren, pengetesan juga menyasar aparatur sipil negara yang menjadi ujung tombak pelayanan masyarakat.
Ratusan aparatur sipil negara (ASN) di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, berkumpul di Gelora Delta Sidoarjo, Senin (22/6/2020). Para pegawai yang bertugas memberikan beragam pelayanan terhadap masyarakat ini meninggalkan rutinitasnya sejenak untuk mengikuti pengetesan massal melalui uji cepat Covid-19 yang diadakan Dinas Kesehatan Sidoarjo.
”Peserta berasal dari berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Untuk menyasar para aparatur sipil negara ini, Dinkes juga mengadakan pengetesan di instansi tempat kerja,” ujar Kepala Dinkes Sidoarjo Syaf Satriawarman.
Sebelumnya, tim uji cepat Covid-19 Dinkes Sidoarjo telah mendatangi Dinas Pertanian Sidoarjo untuk mengetes 60 pegawainya. Selain itu, ada permintaan pengetesan massal di dinas pajak dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sidoarjo.
Peserta berasal dari berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Untuk menyasar para aparatur sipil negara ini, Dinkes juga mengadakan pengetesan di instansi tempat kerja. (Syaf Satriawarman)
Khusus pengetesan massal yang dilakukan di GOR, direncanakan berlangsung dua hari atau dibuka hingga Selasa (22/6/2020), dengan target sasaran total 800 orang atau 400 peserta per hari. Pada pelaksanaan hari pertama, ada 393 peserta yang ikut pengetesan. Hasilnya ditemukan lima orang ASN reaktif Covid-19 dan 382 lainnya nonreaktif.
Syaf mengatakan tidak ada tujuan khusus terkait uji cepat Covid-19 yang menyasar ASN seperti untuk kepentingan perjalanan dinas. Menurut dia, ASN berisiko terpapar virus korona galur baru penyebab Covid-19 karena mereka memiliki interaksi sosial yang tinggi. Aparatur negara ini menjadi ujung tombak pelayanan masyarakat.
Dalam menghadapi pandemi yang kasusnya makin meningkat setiap hari, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sidoarjo berupaya melakukan percepatan dan perluasan tes massal. Ketua Pelaksana Uji Cepat Covid-19 di GOR Sidoarjo Emy Sriwahyuni mengatakan, dalam dua pekan belakangan ini, pihaknya telah menyasar masyarakat umum, santri yang akan kembali ke pesantren, hingga penyelenggara negara.
Sebagai gambaran, untuk masyarakat umum total yang ikut uji cepat Covid-19 di GOR 2.351 orang dengan hasil 84 reaktif dan 2.267 orang nonreaktif. Sementara pemeriksaan terhadap santri yang akan kembali ke pesantren mencapai 407 orang dengan hasil 4 reaktif dan 403 lainnya nonreaktif.
”Secara total, pelaksanaan uji cepat Covid-19 di GOR menyasar 2.758 orang dengan hasil 88 reaktif dan 2.670 lainnya nonreaktif. Jumlah orang yang hasil tesnya reaktif ini 3,2 persen,” kata Emy.
Syaf Satriawarman menambahkan, Pemkab Sidoarjo menargetkan penapisan Covid-19 melalui uji cepat terhadap 90.000 orang atau sekitar 3,9 persen dari total jumlah penduduk yang mencapai 2,3 juta jiwa. Dari target tersebut, saat ini baru tercapai 46.000 atau sekitar 50 persennya. Salah satu kendalanya adanya penolakan warga.
Uji usap berjalan
Selain menggenjot penapisan melalui uji cepat Covid-19, Sidoarjo juga menggencarkan penapisan melalui uji usap dengan metode reaksi berantai polimerase (PCR). Ada bantuan mesin PCR dari BNPB yang ditempatkan di GOR. Mesin ini memiliki kapasitas pengujian hingga 200 spesimen per hari.
”Pengujian PCR ini mulai dilakukan akhir pekan lalu dengan mengambil spesimen pada 40 tenaga kesehatan, termasuk operator mesin. Selanjutnya ada 100 orang yang diperiksa, yakni mereka yang masuk dalam daftar tunggu pemeriksaan uji usap. Hasilnya akan diketahui dalam dua hari,” ucap Syaf Satriawarman.
Sidoarjo merupakan daerah dengan jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 terbanyak kedua di Jatim. Kasusnya sendiri saat ini mencapai 1.195, sebanyak 194 orang di antaranya sembuh dan 94 orang lainnya meninggal. Jumlah kasus positif Covid-19 di Sidoarjo itu bahkan mengalahkan Provinsi Bali yang hanya 1.080 orang sampai Minggu (21/6/2020), sebanyak 615 orang sembuh dan 9 meninggal.
Penambahan kasus Covid-19 di Sidoarjo juga tinggi. Selama masa transisi normal baru saat ini, penambahan kasus baru 35 orang per hari atau jauh lebih tinggi dibandingkan pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) periode ketiga mulai 26 Mei hingga 8 Juni.
Tingginya penambahan kasus baru itu dipicu oleh perilaku masyarakat yang tidak disiplin menerapkan pola hidup bersih dan protokol kesehatan. Banyak warga yang tidak bermasker saat bepergian dan mengabaikan pembatasan jarak fisik. Di warung-warung, misalnya, banyak dijumpai warga yang berkerumun.