Tol Tanggul Laut, Harapan Terakhir Warga Pesisir Demak Terbebas dari Rob
Penanganan utama masalah rob di pesisir utara Kabupaten Demak ialah dengan Jalan Tol Semarang yang sebagian ruasnya berfungsi sebagai tanggul laut. Saat ini, proyek besar itu masih dalam tahap pengerjaan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Kerusakan kawasan pesisir utara Jawa Tengah di wilayah Kabupaten Demak turut menyebabkan banjir rob atau limpasan air laut terus melanda. Kemacetan di jalur pantura dan genangan rob di permukiman membuat aktivitas warga terhambat. Warga berharap pembangunan Tol Tanggul Laut Semarang-Demak segera terealisasi.
Berdasarkan pantauan, Jumat (15/5/2020) siang, bekas banjir tampak di sejumlah titik di Desa Sriwulan dan Purwosari, Kecamatan Sayung, Demak. Jalan berupa tanah paling terdampak. Sementara di jalur pantai utara (pantura), genangan menyebabkan lalu lintas macet lebih dari 2 kilometer.
Mochtar (50), warga Desa Sriwulan, mengatakan, air pasang biasanya terjadi mulai pukul 15.00 dan baru surut di atas pukul 20.00. ”Semakin tinggi, dalam seminggu terakhir, berkisar 20-30 sentimeter (cm). Sampai hampir masuk rumah. Yang jelas akses jadi terhambat, apalagi di jalan tanah,” katanya.
Menurut Ali (51), warga Desa Purwosari, rob sudah menjadi langganan di desanya sejak lama. Selama ini, ia mengandalkan komunikasi dari ketua RT atau RW apabila ada prediksi air akan pasang. Namun, ia pun sering luput dan kenaikan air diketahui mendadak.
Menurut laman pasut.maritimsemarang.com Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang, dari pengamatan digital, puncak ketinggian air pasang dalam tiga hari terakhir berkisar 147-150 cm. Puncaknya pada pukul 15.00.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Jateng Eko Yunianto menuturkan, terkait rob, tingkat elevasi di satu wilayah menentukan. Di Sayung, Demak, abrasi dan penurunan muka tanah menjadi masalah yang sejak lama terjadi.
Penanganan utama ialah proyek Jalan Tol Tanggul Laut Semarang-Demak yang sebagian ruasnya juga berfungsi sebagai tanggul laut. ”Saat ini masih dikerjakan. Maka, adaptasi lingkunganlah yang sekarang bisa dilakukan. Kami mendorong pengelolaan informasi sehingga warga bisa lebih siap saat menghadapi rob,” kata Eko.
Eko menuturkan, saat tanggul laut itu sudah beroperasi, nantinya diharapkan ada penanganan menyeluruh pada sistem sungai di sekitar Sayung, termasuk Kali Sayung Dombo. Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana juga memiliki agenda normalisasi kali di Sayung.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menuturkan, pihaknya terus memantau perkembangan rob di Demak. Ia juga telah meminta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana dan Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Jateng untuk bekerja ekstra dalam menangani rob itu.
”Sayung memang menjadi perhatian saya secara khusus. Hanya, saya harus menjelaskan kepada masyarakat, kami akan menyelesaikan itu dengan program Tol Laut. Namun, karena proyek itu belum selesai, saya minta masyarakat bersabar,” ujar Ganjar.
Kami akan menyelesaikan itu dengan program Tol Laut. Namun, karena proyek itu belum selesai, saya minta masyarakat bersabar. (Ganjar Pranowo-Gubernur Jateng)
Langkah darurat, seperti menyiapkan kebutuhan logistik untuk masyarakat yang terdampak rob, siap dilakukan. Hal tersebut, kata Ganjar, dapat dilakukan dengan pengajuan dari Pemkab Demak kepada Pemprov Jateng.
Terkait kemacetan akibat genangan di jalur Pantura di Sayung, Ganjar telah meminta ada petugas dari dinas perhubungan untuk berjaga. ”Di titik akhir rob ini seharusnya ditaruh petugas agar bisa menarik kendaraan jalan,” ujarnya saat meninjau lokasi, Jumat.
Guru Besar Bidang Oseanografi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Denny Nugroho Sugianto mengatakan, kondisi lapisan tanah berupa aluvial menjadi salah satu penyebab penurunan muka tanah di Demak. Saat ini, kondisi sudah parah dengan penurunan sekitar 15 cm per tahun.
Menurut Denny, penanganan yang bisa dilakukan pemerintah, sambil menunggu tol tanggul laut, ialah pengendalian pemanfaatan air tanah. ”Ini yang bisa terus didorong pemerintah agar penurunan muka tanah tak semakin cepat dan meluas,” katanya.
Penanganan yang bisa dilakukan pemerintah, sambil menunggu tol tanggul laut, ialah pengendalian pemanfaatan air tanah.
Penanganan lain dengan cara adopsi, yakni membuat rumah panggung warga yang sudah dilakukan sejumlah warga di Tambaklorok, Kota Semarang. Adapun relokasi menjadi pilihan terakhir karena menyangkut dampak sosial ekonomi pada masyarakat.
Denny menuturkan, saat ini hasil dari penanganan banjir dan rob di Kota Semarang sudah tampak seiring upaya pompanisasi dan pembangunan Kanal Banjir Timur. ”Dengan demikian, fokus pemerintah bisa bergeser ke Demak yang kondisinya sudah parah,” ujarnya.