Nilai ekspor ikan dari Maluku belum terpengaruh wabah korona. Pada Januari-Februari 2020 ada 191 pengiriman bernilai Rp 188 miliar dengan mayoritas ekspor berupa ikan tuna.
Oleh
FRANS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Di tengah wabah Covid-19, produksi perikanan tangkap di Maluku tetap stabil. Tangkapan ikan nelayan tradisional ataupun perusahaan perikanan berskala besar masih menjamin stok konsumsi lokal 15 ton setiap hari dan kebutuhan ekspor di pasar global, seperti Uni Eropa, Korea Selatan, Hong Kong, dan Amerika Serikat.
Pantauan Kompas di pelabuhan perikanan pantai Desa Eri, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Selasa (31/3/2020) pagi, lebih dari 30 perahu motor mendaratkan ikan di sana. Itulah tempat pendaratan ikan terbesar di Kota Ambon. Pendaratan dimulai pukul 08.30 hingga 11.00 waktu setempat.
Rata-rata ukuran perahu motor di bawah 0,5 gros ton memuat hingga 100 kilogram ikan pelagis kecil yang ditangkap di Laut Banda. ”Memang sekarang belum puncaknya musim, tetapi ikan cukup banyak. Kami hanya butuh waktu tiga sampai empat jam untuk lepas jaring atau mancing. Kalau kami paksa untuk menangkap lebih banyak, tidak muat di perahu,” kata Buce Lekatompessy, nelayan di pendaratan ikan.
Dua kapal masing-masing dapat 10 ton untuk satu kali perjalanan selama dua hari.
Setiap hari setidaknya 3 ton ikan didaratkan. Ikan dijual ke Pasar Mardika untuk kebutuhan harian warga Kota Ambon. Berdasarkan data dari Dinas Perikanan Kota Ambon, tingkat konsumsi ikan di kota itu 15 ton per hari, yang diangkut dari tempat pendaratan lain di Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, dan Kabupaten Seram Bagian Barat.
Kebutuhan ikan di pasaran tercukupi. Pagi hingga malam, ikan segar tersedia, mulai dari sepanjang jalan Pantai Mardika hingga stan ikan. Harga pun normal. Tongkol dengan bobot sekitar setengah kilogram dijual Rp 10.000. Selain ikan segar, ada juga ikan asap dan ikan kering.
Manajer Cabang PT Perikanan Nusantara (Persero) Minto Yuwono menuturkan, hasil tangkapan anak usaha BUMN di Ambon itu juga masih normal. ”Dua kapal masing-masing dapat 10 ton untuk satu kali perjalanan selama dua hari,” katanya. Saat puncak musim ikan, setiap kapal menangkap hingga 15 ton ikan.
Perusahaan itu punya 2 kapal tangkap berkapasitas masing-masing 20 gros ton, 1 kapal penampung berkapasitas 150 gros ton, 1 unit pengolahan ikan kapasitas 26 ton, gudang pendingin berkapasitas 275 ton, dan pabrik es berkapasitas 10 ton. Tahun ini, mereka akan memenuhi target produksi 350 ton per bulan. Pada 16 Maret lalu, mereka masih mengekspor 25 ton ikan layang biru ke Sri Lanka senilai Rp 459 juta.
Mengantisipasi dampak pandemi Covid-19 di Maluku, kini PT Perikanan Nusantara fokus menjaga pasokan konsumsi. Kapal penampung dikirim ke daerah penangkapan untuk mengambil sebanyak mungkin tangkapan nelayan lokal.
Ekspor mantap
Data Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Ambon juga menunjukkan, nilai ekspor ikan dari Maluku belum terpengaruh wabah korona. Pada Januari-Februari 2020 ada 191 pengiriman bernilai Rp 188 miliar dengan mayoritas ekspor berupa ikan tuna. Nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 96 kali dengan nilai Rp 41 miliar.
Gubernur Maluku Murad Ismail dalam siaran pers mengatakan, pemerintah daerah akan mengalokasikan anggaran Rp 50 miliar hingga Rp 100 miliar untuk mengatasi dampak ekonomi akibat Covid-19. Sektor riil seperti perikanan akan jadi perhatian. Konsumsi ikan warga sangat tinggi.
”Jadi, kalau ada proyek yang tidak terlalu mendesak dan penting akan kami hentikan. Kami takut, jangan sampai proyek yang kami utamakan, tetapi masyarakat menjadi susah,” kata Murad. Sektor perikanan jadi andalan Maluku.