Sebanyak 30 kapal catrang berukuran lebih dari 100 gros ton milik nelayan pantai utara Kota Tegal, Jateng mulai diberangkatkan ke Natuna, Kepulauan Riau. Keberadaan mereka diharapkan bisa mencegah masuknya nelayan asing.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
TEGAL, KOMPAS -- Sebanyak 30 kapal catrang berukuran lebih dari 100 gros ton milik nelayan pantai utara Kota Tegal, Jateng mulai diberangkatkan ke Natuna, Kepulauan Riau dari Pelabuhan Perikanan Tegalsari, Kota Tegal, Rabu (4/3/2020). Program mobilisasi selanjutnya akan mempertimbangkan hasil evaluasi pemberangkatan kali ini.
Setelah melalui beberapa tahap koordinasi, uji kelayakan kapal, dan pengurusan dokumen perizinan, sebanyak 30 kapal nelayan pantura Kota Tegal diberangkatkan dalam program mobilisasi tahap pertama ke Natuna. Mereka dijadwalkan tiba di Natuna dalam 7-10 hari ke depan. Sebanyak lebih kurang 900 nelayan dari wilayah pantura Jateng itu akan melaut di Natuna hingga beberapa bulan ke depan.
Mobilisasi nelayan pantura ke laut Natuna dilakukan untuk mengisi kekosongan aktivitas penangkapan ikan dari nelayan Indonesia di wilayah tersebut. Jika dibiarkan, wilayah tersebut akan dieksploitasi oleh nelayan asing seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Program ini akan dievaluasi efektivitasnya dalam 2-3 bulan ke depan. Jika dinilai efektif, mobilisasi akan kembali dilakukan.
"Pada program selanjutnya, belum tentu nelayan Kota Tegal yang akan berangkat. Bisa jadi, nelayan dari daerah lain atau nelayan lokal Natuna yang akan diberangkatkan. Semua nelayan Indonesia punya kesempatan yang sama untuk melaut di sana," ujar Deputi Bidang Koordinator Pertahanan Negara Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mayor Jenderal Rudianto di Kota Tegal, Rabu petang.
Baca juga; Kesepakatan Bersama untuk Laut Natuna Utara
Program mobilisasi ini sempat diprotes oleh nelayan lokal Natuna. Nelayan Natuna berharap ada batasan daerah tangkapan bagi nelayan pantura. Selama ini, nelayan lokal Natuna melaut di bawah 12 mil dari pesisir pantai. Untuk menekan potensi konflik, nelayan Kota Tegal akan melaut di atas 12 mil dengan kedalaman 60-70 meter.
"Saya mohon kepada masyarakat dan pemerintah daerah di Natuna untuk menerima nelayan Kota Tegal. Nelayan Kota Tegal akan memberikan kontribusi positif untuk meningkatkan perekonomian di Natuna," kata Rudianto.
Saya mohon kepada masyarakat dan pemerintah daerah di Natuna untuk menerima nelayan Kota Tegal. Nelayan Kota Tegal akan memberikan kontribusi positif untuk meningkatkan perekonomian di Natun
Rudianto menambahkan, ikan hasil tangkapan nelayan Kota Tegal akan dilelang di Natuna. Hal itu akan menyumbang kontribusi terhadap pendapatan asli daerah di Natuna. Tak hanya itu, pembelian bahan perbekalan, bahan bakar, dan perlengkapan melaut lainnya juga akan dibeli di Natuna.
Sementara itu, Udin (32), nelayan Kota Tegal mengatakan dirinya antusias karena bisa menjadi salah satu dari 900 nelayan yang berangkat ke Natuna. Udin berharap, nelayan Kota Tegal yang melaut ke Natuna bisa diterima dan bisa membawa manfaat bagi masyarakat Natuna.
"Semoga tidak ada konflik apapun dan kami bisa diterima. Kami ke Natuna niatnya baik, untuk mencari nafkah bagi keluarga," tutur Udin.
Nelayan lain, Radi (36) juga merasa antusias bisa melaut di Natuna. Meski begitu, Radi masih khawatir dengan adanya gangguan dari nelayan asing. Radi berharap, para nelayan bisa mendapatkan jaminan keamanan selama melaut di Natuna.
"Saya berharap semoga kami dijaga oleh aparat keamanan saat sedang melaut. Sehingga, kami bisa melaut dengan perasaan aman dan nyaman," kata Radi.
Ketua Aliansi Nelayan Indonesia Riyono mengatakan, berdasarkan kesepakatan saat rapat koordinasi bersama dengan pemerintah pusat, nelayan pantura yang ikut dalam program mobilisasi ke Natuna akan dikawal oleh Badan Keamanan Laut (Bakamla) sampai dengan perairan Natuna. Selama melaut, mereka juga akan dijaga dan diawasi oleh Bakmla. Sehingga, para nelayan yang berangkat, Rabu petang, tidak perlu khawatir.