YOGYAKARTA, KOMPAS — Gunung Merapi mengalami letusan freatik untuk ketiga kalinya dalam sehari, Senin (21/5/2018) pukul 17.50.
”Benar, terjadi letusan freatik lagi pada Senin pukul 17.50 dengan durasi 3 menit,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida saat dihubungi Kompas, Senin malam.
Hanik menjelaskan, letusan ketiga itu memiliki amplitudo 50 milimeter (mm). Namun, tinggi kolom letusan tersebut tidak terlihat karena saat letusan terjadi sedang ada kabut tebal.
Ketika letusan tersebut terjadi, terdengar suara gemuruh dari Pos Pengamatan Gunung Merapi di Babadan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sesudah letusan terjadi, hujan abu vulkanik dari Merapi dilaporkan turun di sekitar lereng Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Letusan ketiga itu terjadi setelah letusan pertama pada Senin pukul 01.25 dan letusan kedua pada Senin pukul 09.38. Letusan pertama memiliki kolom letusan setinggi 700 meter dan durasi letusan 19 menit serta amplitudo 20 mm. Sementara itu, letusan freatik kedua memiliki kolom letusan 1.200 meter dan durasi letusan 6 menit serta amplitudo 23 mm.
Seperti sejumlah letusan freatik sebelum ini, letusan freatik ketiga itu juga diikuti terjadinya kenaikan suhu di dalam kawah bagian barat Merapi atau yang kerap disebut Area 3. Berdasarkan hasil pemantauan kamera termal milik BPPTKG, suhu di Area 3 pada Senin pukul 17.52 mencapai 271,9 derajat celsius. Padahal, dalam kondisi normal, suhu di Area 3 kurang dari 50 derajat celsius.
Letusan freatik pada Senin pukul 17.50 itu menjadi letusan freatik kesepuluh setelah erupsi besar Merapi tahun 2010. Letusan itu juga menjadi letusan freatik keempat dalam bulan Mei ini. Letusan freatik pertama bulan ini terjadi pada 11 Mei 2018 pukul 07.40 dengan ketinggian kolom letusan 5.500 meter dan durasi 5 menit.