UNGARAN, KOMPAS - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berupaya meningkatkan mutu dan produktivitas sapi perah. Selama ini, potensi sapi perah belum tergarap optimal antara lain karena rendahnya kualitas dan kurang baiknya manajemen pemeliharaan.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng, Agus Wariyanto, Jumat (4/5/2018), mengatakan, dari potensi yang ada, produktivitas sapi perah di Jateng masih di bawah 8 liter per hari. Padahal, idealnya, minimal 12 liter per hari.
"Sapi-sapi perah di Jateng sudah terlalu lama tidak bisa mengoptimalkan potensi. Karena itu, jumlah produktivitas terus dipacu seiring dengan peningkatan kualitas. Susu yang dihasilkan berkaitan dengan kualitas pakan dan lainnya, sehingga manajemen pemeliharaan menjadi hal penting," ujar Agus.
Agus menambahkan, tingkat kualitas susu hasil sapi perah terlihat dari banyaknya jumlah bakteri yang terkandung dalam susu. Menurut standar nasional, bakteri yang terkandung maksimal 1 juta koloni per mililiter (ml). Sementara, kata Agus, rata-rata saat ini masih sekitar 5 juta koloni per ml.
Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng, produksi susu di Jateng sempat menurun dari 2014 ke 2015 yakni 98.493 ton menjadi 95.512 ton. Namun, pada 2016 kembali naik, 99.996 ton. Begitu juga pada 2017, yang naik menjadi 100.997 ton.
Adapun daerah dengan populasi sapi perah terbanyak di Jateng yakni Kabupaten Boyolali dengan produksi 92.619 ekor. Disusul Kabupaten Semarang dengan 25.557 ekor. Lalu, Kabupaten Klaten (6.134 ekor), Kota Salatiga (3.549 ekor), dan Kabupaten Magelang (2.240 ekor).
Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Wahyu Agung, Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Marsudi Mulyo Utomo, mengatakan, salah satu kendala dalam pengelolaan peternakan ialah keterbatasan sumber daya manusia (SDM). Yang dilakukan kebanyakan peternak masih cara-cara tradisional sehingga produksi yang dihasilkan tak optimal.
Oleh karena itu, pihaknya berupaya menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak, termasuk perguruan tinggi, guna menyebarkan pengetahuan terkait manajemen pemeliharaan yang baik. "Ini juga untuk menghilangkan kebiasaan yang buruk dalam beternak sapi perah dan mempertahankan yang baik," ucap Marsudi.
Sementara itu, Fresh Milk Manager Frisian Flag Indonesia, Efi Lutfilah, menuturkan, pihaknya berupaya mendukung program pemerintah yang bertujuan memenuhi kebutuhan susu nasional. Antara lain melalui program Dairy Development Program (DDP) yang telah dijalankan sejak 2013.
Kenarin, Frisian Flag Indonesia menggelar program Ngariung Cerdas Bareng Peternak di antara para peternak sapi di Getasanm Hal itu, menurut Efi, menjadi salah satu inisiatif strategis untuk membangun komunikasi dua arah antara peternak sapi perah dan para ahli peternakan.
"Komitmen jangka panjang perusahaan terhadap pengembangan peternakan sapi perah di Indonesia secara khusus dan perekonomian Indonesia secara umum," kata Efi.