Satu Lagi Bayi Orangutan Dititipkan ke Samboja Lestari BOSF
Oleh
Lukas Adi Prasetya
·2 menit baca
TENGGARONG, KOMPAS -- Pusat rehabilitasi orangutan Samboja Lestari di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, menerima lagi titipan satu bayi orangutan. Dengan demikian, sudah dua orangutan dititipkan ke Samboja Lestari sejak Januari hingga akhir Februari 2018 ini.
“Kondisi bayi orangutan ini agak kurang gizi. Perutnya buncit, beratnya 2,7 kg. Tidak ada luka ditemukan di tubuhnya,”kata Nico Hermanu, Communication Officer Yayasan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF)-yayasan pengelola Samboja Lestari-Selasa (20/2).
Bayi orangutan ini diserahkan warga Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur (Kutim) Kaltim ke Yasser, salah satu anggota Satuan Karya Pramuka (Saka) Wanabakti setempat, Minggu kemarin. Balai Taman Nasional Kutai (TNK) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim, segera merespons.
Menurut Sunandar, orangutan ini ditemukan warga Kaliorang, di kebunnya. Merasa kasihan dan tidak tega, warga itu pun mengambil dan merawatnya. Baru dua bulan kemudian melaporkan.
Kebetulan juga, menurut Kepala BKSDA Kaltim Sunandar Trigunajasa, personel tim penyelamat satwa liar sedang dalam perjalanan dari Wahau menuju Samarinda. Mendapat informasi itu, timnya segera menuju ke lokasi.
Bayi orangutan betina berumur sekitar 2 tahun yang kemudian diberi nama Moa ini, tiba di Samboja Lestari, Kutai Kartanegara, kemarin sore. “Bayi orangutan ini ditempatkan di fasilitas karantina kami di SL, diawasi secara penuh oleh tim medis,”kata Nico.
Dengan kedatangan bayi orangutan ini berarti sudah dua kali Samboja Lestari mendapat titipan orangutan di tahun 2018. Sebelumnya, 15 Februari lalu, satu individu orangutan berumur 5-6 tahun juga dititipkan ke Samboja Lestari.
Orangutan tersebut diserahkan warga Kota Bontang, Kaltim, ke TNK dan BKSDA Kaltim. Orangutan ini dalam kondisi sehat, dan sudah dipelihara selama empat tahun. Orangutan betina ini diberi nama Regina.
Saboja Lestari menjadi tempat "bersekolah"orangutan sitaan maupun serahan dari warga. Mereka bersekolah sampai dianggap sudah cukup mempunyai sifat liar, sehingga bisa dilepasliarkan ke hutan, habitat alaminya.