Dewi ”Dee” Lestari Menarasikan Buku

Dewi Lestari membacakan buku ”Filosofi Kopi” karangannya untuk aplikasi buku audio Storytel. Menulis dan menuturkan isi buku sama-sama butuh latihan.

CHRISTOFORUS RISTIANTO

Dewi Lestari

Kepiawaian Dewi Lestari dalam menulis cerita tak perlu diragukan lagi. Buku-bukunya, mulai dari seri Supernova hingga yang teranyar trilogi RapiJali laris manis. Dia mendapat pengalaman baru ketika harus membacakan bukunya menjadi dalam wujud buku audio atau audio book.

”Saya baru juga (bersinggungan) dengan buku audio ini. Saya bukan narator profesional, jadi ada tantangannya juga. Membacakan seluruh isi buku membutuhkan stamina vokal yang panjang, dan bagaimana menghidupkan setiap kalimat dengan intonasi, dan jedanya,” kata Dewi pada Rabu (9/3/2022).

Salah satu buku Dewi, Filosofi Kopi, dialihwacanakan menjadi buku audio untuk aplikasi Storytel, sebuah aplikasi streaming buku-buku audio. Buku tak hanya dibaca, tetapi juga didengarkan. Dewi menjadi narator untuk buku karangannya sendiri.

Meski memerlukan penyesuaian, Dewi mengaku menyukai peran ini. Sebab, dia terkenang masa kecilnya yang akrab dengan sandiwara radio, juga kaset-kaset berisi dongeng. ”Ketika aplikasi buku audio ini muncul, saya senang sekali karena memori yang dulu bisa muncul lagi. Ini jadi salah satu opsi menikmati buku dengan nyaman,” ujarnya.

Dari pengalaman ini, Dewi mendapati bahwa menarasikan buku dan menulis buku mempunyai kemiripan, yaitu sama-sama butuh latihan. Menurut dia, menulis dan menuturkan cerita adalah seni komposisi.

”Kalau (cara) membacakannya biasa saja, belum tentu orang tertarik. Begitu juga menulis. Ada teknik mengatur alur, mengatur komposisi. Latihannya bisa dimulai dengan membiasakan diri setiap hari. Menulis itu seperti ototlah, perlu dilatih,” kata Dewi.